Naya and Dying Boy (9)

48 5 0
                                    

Tak terasa, ini adalah saat dimana pengumuman kelulusan akan di umumkan. Semua murid kelas tiga merasa cemas dengan pengumuman tersebut, mereka khawatir tidak lulus meskipun biasanya sekolah akan meluluskan siswanya 100%.

Pihak sekolah belum mengumumkan kelulusan, semua siswa kelas tiga diminta untuk menunggu. Mengisi waktu, Naya memilih mengobrol dengan Dinda, membicarakan berbagai topik pembicaraan di taman sekolah, dari hal yang serius sampai ke hal yang tak penting. Semua mereka bicarakan.  semenjak Dafa tak disamping Naya. Dindalah selalu menemani Naya kemanapun Naya pergi.

"Nay? Kamu setelah lulus rencananya mau ngapain?" tanya Dinda tiba-tiba.

"Mau ngapain ya?, kuliah mungkin?" jawab Naya santai.

"Kamu belum ngerencanain masa depan kamu, Nay?, bener - bener ya ni anak!!, santuy banget!" celoteh Dinda. Meskipun jawaban Naya yang terdengar santai seperti itu ,Dinda tau bahwa Naya pasti sudah memikirkan apa yang akan ia lakukan nanti setelah lulus.

"Kalau kamu, masih tetap ingin kuliah di Jepang Din??" tanya Naya.

"Iya nih, aku udah belajar keras biar bisa lolos kuliah disana. Mau gimana lagi? Keinginannya Papa biar gampang ketemu gitu" jawab Dinda.

Dinda sekarang tinggal dengan Mama dan kakak laki-lakinya. Sementara Papa Dinda tinggal di Jepang. Mama dan Papa Dinda sudah lama berpisah.

"owhhh... Gituu~ Semangat ya Din. Kamu pasti bisa kuliah di Jepang" ucap Naya menyemangati temannya itu.

"iya, makasi ya Nay, hmmm... Btw Nay? Kamu nggak pernah ikut lagi ngehibur anak-anak di rumah sakit? Kak Anggi nnya terus tuh" tanya Dinda.

"Mungkin setelah lulus ini aku bakal sering kesana, Din. Kengen juga sih liat anak-anak. Udah hampir setahun aku nggak mampir ke sana" pungkas Naya. Dinda tau bahwa sebelumnya Naya adalah aktivis sosial, Naya selalu datang ke rumah sakit untuk menghibur anak-anak penderita kanker yang berada di sana.

"Terus, kabar Dafa gimana?" Tanya Dinda yang membuat Naya murung.

"Lagi proses penyembuhan kata keluarganya. Doain aja ya Din, biar Dafa cepet sembuh" balas Naya seadanya.

"Aamiin" balas Dinda mengamini.

Naya kembali teringat bahwa hari ini adalah ulang tahun Dafa. Naya tersenyum seperti memikirkan sesuatu yang menyenangkan. Melihat itu, Dinda menatap Naya dengan tatapan aneh.

"ih ni anak, kadang sedih, kadang senyum sendiri, selalu bikin aku khawatir.  Kamu itu bikin aku nggak bisa ninggalin kamu sendiri tau nggak Nay!?" celoteh Dinda lagi.

"apaan sih Din!? Aku tu nggak papa, kenapa juga harus khawatir?. Tenang aja, aku baik-baik aja kok. Makasi udah khawatir Dindaku sayang" balas  Naya dengan memeluk sahabatnya itu.

"bener ya? Kamu lagi nggak ngerencanain sesuatu yang ekstremkan?" tanya Dinda lagi memastikan.

"Nggak ada kok, tenang aja"
Ucap Naya meyakinkan.

Tak lama terdengar panggilan dari pihak sekolah untuk berkumpul di aula. Pengumuman kelulusan akan disampaikan langsung oleh kepala sekolah.

Nama-nama siswa satu - satu persatupun dipanggil ke depan untuk mengambil surat kelulusan. Sampai pada saat nama Dafa disebutkan, kepala sekolah mengatakan kesedihan Dafa yang tidak lulus karna harus berjuang melawan penyakitnya.

"Bapak merasa sedih bahwa salah satu siswa bapak, teman kalian harus dinyatakan tidak lulus karena harus melawan penyakit yang dideritanya.
Bapak benar - benar meminta maaf kepada kalian dan tentunya juga kepada Dafa sekaligus keluarga Dafa , karna harus menyampaikan pemberitahuan yang tidak menyenangkn ini, tapi kami harus menjalankan ketentuan yang sudah berlaku. Saya secara pribadi, merasa bersalah dan kasihan pada Dafa .  Dafa dikenal sebagai siswa yang pintar, rajin dan ramah, namun harus diuji dengan sakitnya, tapi ini sudah takdir yang ditentukan oleh Allah SWT. Kita hanya bisa menerima dan bersabar. Semoga sakit Dafa diangkat oleh Allah dan bisa beraktivitas lagi. Aamiin" ungkap Kepala Sekolah dengan tulus menyampaikan permintaan maafnya. Berat memang, tapi seperti yang Kepala Sekolah katakan, mau bagaimana lagi?, ini sudah takdir.

Nama Dinda sudah dipanggil dan dinyatakan lulus, kini giliran nama Naya yang dipanggil.
"oke, selanjutnya, kepada siswa yang bernama Naya Aurellia Putri, selamat atas kelulusannya, silahkan maju ke depan untuk mengambil surat kelulusan" ucap Protokol.

Naya tersenyum gembira, Dinda yang duduk di sebelahnya langsung memeluk Naya erat.

"Selamat ya Naya" ucap Dinda saat Naya mulai berdiri dan maju ke depan untuk mengambil surat kelulusannya. Naya menyalami tangan Kepala sekolah dan mengucapkan terima kasih. Naya pun turun dan kembali ke tempat duduknya.

Naya segera mengirimkan pesan pada Mamanya untuk memberitahukan bahwa dirinya sudah lulus SMA. Mama Naya pun bngga dan segera menelpon Naya saat itu juga, Naya yang tak nyaman menerima panggilan telepon harus izin keluar aula.

"Wah! Selamat ya anaknya Mama. Kamu mau apa setelah pulang nanti? Kita makan-makan di restoran? Shopping atau apa?" tanya Mama Naya dengan semangatnya.

Naya berpikir sejenak, Naya memikirkan sesuatu hal yang ingin. Namun ia ragu, tapi ia mencoba untuk mengutarakannya ada Mamanya.

"Hmmm... Aku mau ke Singapur Ma. Mau jenguk Dafa, boleh nggak Ma?"

" boleh sih Nay, tapi kamu dibolehin nggak sama keluarganya Dafa? Gimana kalau kamu pulang dulu, kita bicarain hal ini di rumah?"

"Maaf Ma, Naya mau nya setelah ini langsung ke Singapur Ma, aku udah bawa pasport sama uang tabungan aku. Naya harap Mama jangan khawatir, setelah Naya liat keadaan Dafa, Naya bakalan  langsung pulang kok, tapi maaf Ma, Naya mau pergi dengan atau tanpa izin Mama, Maaf sekali lagi ya Ma. Aku rela kok dapat hukuman setelah pulang nanti. Apapun hukumannya Naya terima. Maaf Ma" ungkap Naya meminta maaf pada Mamanya. Saat Naya mau menutup panggilannya,  Mama Naya segera meminta untuk tidak menutup teleponnya dulu.





Haii... Jangan lupa vote dan komen gaisss.. Biar author Ai lebih semangat lanjutin cerita😆
By❤❤

Naya and Dying BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang