Extra Chapter - #1 A Letter From You, Ten Years Later

261 30 31
                                    

Bangun tidur lebih pagi, menjerang air untuk teh, makan sembari mendengar siaran radio pagi, menyapu halaman, baru lanjut mengerjakan hal lain adalah kegiatanku Minggu pagi ini sebelum pergi menemani Ayano fitting pakaian dan mencoba katering untuk resepsi pernikahannya. Iya, masih dengan Ayano yang sama dengan teman sekelasku dulu. Setelah sempat hampir tidak pernah bertemu sehabis lulus, akhirnya kami bertemu lagi empat tahun lalu di reuni kelasーplus sudah berstatus sebagai pacar orang dan sekarangーsebentar lagi, akhirnyaーsiap dipinang.

Ponsel di meja kopi ruang tamu berbunyi nyaring. Nama Ayano terpampang di bagian ID Caller.

“Halo?”

“Hei, aku sudah masuk kompleks perumahan tapi aku lupa rumahmu yang mana.”

“Nomor delapan dari jalan besar. Sebentar, aku keluar.”

Aku meraih cardigan di sandaran sofa, lantas berjalan menuju teras. Kulihat sedan hitam dari arah jalan besar, memberi tanda dengan dua kali kerlap lampu yang kubalas lambaian tangan.

Ayano keluar dari pintu passenger seat, berjalan cepat dengan kedua tangan terentang, dalam kecepatan dan kekuatan luar biasa menubrukku.

“Aaah, aku sangat bersyukur kaumau menemaniku.”

“Tidak masalah, sungguh. Toh, aku sedang senggang, kok.” Kutepuk punggungnya dua kali. Pandanganku beralih pada seseorang yang tengah melipat lengan di dada, bersandar pada badan mobil. “Tapi, kupikir kita hanya akan pergi berdua saja.”

“Aha, pasti menganggur karena sedang sendiri di rumah ya.” Ayano melepas pelukan kami. Senyum tengilnya masih seperti yang kuingat sepuluh tahun lalu. “Biarkan saja. Anggap dia jadi sopir yang mengantar kita jalan-jalan hari ini.”

“Bukan aku yang bilang, ya,” tuturku.

Kaminaga mencibir. “Sudah belum? Kau yakin mau pergi dengan daster seperti itu?”

“Hei, sebaiknya kau nyalakan mesin saja sana.” Ayano melotot galak pada Kaminaga sementara mantan anggota tim basket itu mendengkus, berbalik untuk kembali masuk ke mobil. Mereka sudah berpacaran sangat lama, tetapi aku tetap saja belum terbiasa melihat mereka berinteraksi sebagai pasanganーbahkan aku tidak pernah menduga, dari sekian banyak laki-laki di muka bumi ini Ayano akan menikah dengan Kaminaga.

“Eh, ini tidak mau minum teh dulu? Atau sarapan? Aku tadi masak banyak karena kupikir kau mau ikut makan.”

“Maaf, makan bersamanya ditunda dulu. Ada panggilan mendadak dari orang tuaku jadi kita harus segera pergi supaya bisa cepat selesai.”

“Oh, oke. Tunggu sebentar, aku ganti baju dulu.”

Kegiatan fitting dan mencoba katering terasa sangat menyenangkan dan waktu rasanya berjalan sangat cepat. Sisi baiknya aku bisa kembali mengobrol lama dengan Ayano, mengejar ketertinggalan informasi tentang teman sekelas lain, perkembangan sekolah, dan mendengar curhatan gamblangnya tentang laki-laki yang sebentar lagi jadi suaminya.

Dari Kaminaga aku mendapat informasi tentang Jitsui yang sekarang tinggal menetap di Swiss, Amari di Inggris, dan Hatano di Hokkaido. Yang membuatku cepat tua di sini hanya perdebatan tanpa ujung mereka. Di butik mereka ribut berebut siapa yang mau diukur lebih dulu, di tempat katering mereka ngotot ingin memasukkan menu sebanyak-banyaknya, di jalan saat mobil terjebak kemacetan, mereka lebih banyak berdebat tentang warna undangan dan suvenir.

“Ini sungguhan kalian tidak apa-apa kutinggal?” Tanyaku memastikan. Selama bersama mereka tadi ada aku yang bisa mencegah perdebatan semakin menjadi. Coba bayangkan apa yang terjadi jika mereka ditinggal berdua saja dari sini sampai Osaka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asmaraloka | Tazaki [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang