#1 ~ Pupus

190 80 83
                                    

Hai!
Buat kalian yang baca ini, sebelum baca jngn lupa vote + comentnya yaps biar author nambah semangat ngayal 😂

ILY tigarebu kembali gope :*

🐾

Seluruh murid sudah memasuki kelasnya masing-masing. Tetapi, tidak dengan Sheza yang masih membereskan ruang guru yang sebenarnya terlihat tidak berantakan. Karena, dia telat masuk sekolah padahal hari ini dikelasnya sedang mengadakan kuis Bahasa Indonesia. Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan bintang di mata pelajaran ini.

Sheza hanya menyapunya saja, itupun tidak ada kotoran sama sekali. Entah dia harus sebut ini sebagai hukuman yang guru piketnya berikan atau hanya membuang-buang waktunya saja. Sheza tidak sengaja mendengar guru yang sedang berbicara dengan guru yang ada didepan guru tersebut.

"Iya bu, saya juga heran sama anak itu. Dia hanya diam jika sedang diajak bicara, saya sampe darah tinggi kalau lagi bicara sama dia." kata guru yang berhijab dan berperawakan gemuk.

"Jika sekalinya dia bicara, bicaranya dia melewati batas, bu. Dia berbicara seakan-akan saya ini bukan guru, dia berbicara seenak yang dia mau entah itu baik atau buruk, senang atau tidak senang si pendengarnya. Saking pendiemnya dia dan nyelekitnya jika dia bicara sampai tidak ada yang berani untuk berbicara dengan dia," kata guru yang berhijab pula dan berperawakan lumayan kurus.

"Sudah sering saya beritahu ke dia bahwa jangan terlalu pendiem dan jangan juga berbicara seenaknya dia, dia tidak tahu bahwa yang dia ajak bicara telah tersakiti hanya dengan perkataannya. Tapi, dia masih saja tidak berubah," kata bu Tari yang berperawakan gemuk.

"Saya pernah berbicara sama ayahnya, sangat berbeda." ucap bu Dewi.

"Berbedanya?"

"Ya berbeda. Ayahnya sangat ramah sama saya, dia juga terus bilang 'tolong maafkan anak saya atas perilakunya yang tidak mengenakan' gitu bu,"

"Oh ya?"

Sudah. Sudah cukup banyak Sheza mendengar pembicaraan bu Tari dan bu Dewi. Tidak baik jika Sheza terus mendengarnya, lagian juga Sheza tidak mengenal siapa yang mereka bicarakan dan tidak ingin juga bertemu dengan anak yang dibicarakan guru tersebut.

"Semoga deh semoga gue gak ketemu sama dia," ucap Sheza dengan suara yang kecil. Sheza kembali melanjutkan menyapunya sampai depan pintu ruang guru.

Saat sudah selesai menyapu Sheza pamit untuk masuk kedalam kelasnya, sebelum keluar dari ruang guru Sheza berpamitan pada bu Dewi.

"Bu, maaf saya sudah selesai menyapu."

"Sudah? Yasudah, kamu kembali ke kelas lain kali jangan telat lagi atau pak Tono yang ngasih kamu hukuman." Sheza yang mendengar nama pak Tono langsung bergedik sendiri.

Mendengar namanya saja sudah membuat para siswa-siswi sudah panas dingin. Bagaimana tidak, jika sudah ada yang sudah berurusan dengan pak Tono, dia tidak akan membiarkan orang itu lolos begitu saja. Dia bahkan tidak segan-segan memberikan hukuman diluar nalar manusia.

Sheza mengangguk. "Iya bu, permisi." sambil salim ke bu Dewi dan bu Tari.

Sheza pun meninggalkan ruang guru dan mencari kelasnya dimana. Saat Sheza ingin menaiki tangga dia melihat seorang cowok berjalan dengan santai sedangkan dibelakangnya ada guru yang terus memanggil namanya.

"Tama." panggil pak Tono. Tetapi empunya tidak menanggapi panggilan gurunya, dia terus berjalan.

Sheza yang melihatnya hanya menggelengkan kepala. "Dasar orang," tetapi Sheza tetap tidak beranjak dari posisinya.

"Tama Raditya!" yang mempunyai nama tersebut langsung berhenti ditempat dan pak Tono langsung menghampirinya.

"Kamu tidak punya telinga atau apasi? Kalau saya panggil itu nyaut bukannya malah terus jalan seakan-akan saya itu bukan manusia!"

"Bapak merasa? Syukur deh," ucapnya santai tapi begitu nyelekit.

Wajah pak Tono sudah merah padam dan nafasnya mulai tidak beraturan. "Dasar anak tidak punya sopan santun!" tangan kanan pak Tono sudah terangkat keatas ingin menampar Tama. Sheza yang melihat pak Tono ingin menampar Tama langsung lari menghampiri keduanya dan Sheza berdiri diantara pak Tono dan Tama.

Dan...

PLAK!

Hening...

Tama dan pak Tono kaget bukan main melihat Sheza lah yang kena tamparan pak Tono. Penglihatan Sheza pun sedikit demi sedikit terus buram dan Sheza malah nyengir.

"Saya gapapa kok pak," kata Sheza yang mengacungkan ibu jarinya. Dan setelah dia mengatakan itu penglihatan Sheza langsung gelap. Dan-

"Sheza! Ya ampun, bangun! Tama bawa Sheza ke uks sekarang!" perintah pak Tono dan kali ini Tama melaksanakannya karena dialah dirinya terhindar dari amukan pak Tono. Tama menggendong Sheza yang posisi pingsannya jatuh kearah Sheza, jadi Tama tidak susah untuk menggendong Sheza ala brydal style.

🐾

Follow my instagram
@azaufa_

See u next part bby :*

Azaufa

WHO? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang