Jangan lupa buat tinggalin jejak kalian di pojok kiri bawah yaa jangan lupa juga buat dicoment monggo.
ILY tiga rebu :*
🐾
Sheza masih menimbangkan jawaban dari Dika kemarin saat dirumahnya. Apakah benar kalau Tamrin adalah nama dari cowok itu dan dia ikut mengantar Sheza ke rumah sakit.
Kalau dia ikut kerumah sakit, berarti dia yang nolongin gue waktu itu. Pikirnya.
"Gak mungkin!" ucapnya tiba-tiba saat mata pelajaran sedang berlangsung.
Kelas yang tadinya hening dan pada fokus ke bu Dewi yang sedang menjelaskan matematika, kini mereka langsung melihat kearah Sheza yang sedang menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"Apanya yang tidak mungkin Sheza?" tanya bu Dewi heran terhadap Sheza yang teriak saat kelas sedang hening.
Sheza menurunkan kedua tanganya dan melihat kesekelilingnya bahwa dia sedang menjadi pusat perhatian.
"La, ko pada ngeliat ke gue semua?" tanyanya pada Lala yang duduk disebelahnya.
Lala mengernyit bingung. "Loh? Lo gak sadar?"
"Gak sadar kenapa?" tanya Sheza balik.
"Lo tadi teriak gini 'gak mungkin' masa lo gak sadar?" ucap Lala mengikuti gaya teriakan Sheza tapi dengan nada pelan.
"Masa sih?"
"Sheza, Lala kenapa kalian malah bicara berdua? Dan kamu Sheza, kenapa teriak dipelajaran saya? Gak suka? Kamu bisa keluar dari pelajaran saya." ucap bu Drwi sarkatis.
"Eh? Engga bu, tadi saya lagi ngerjain soal yang ibu kasih tadi." jawab Sheza yang berbohong bahwa dia sedang mengerjakan soal.
"Sekarang waktunya saya menerangkan pelajaran bukan mengerjakan soal, akan ada waktunya jika ingin mengerjakan soal."
"Tapi kan bu, supaya saya bi–"
"Kamu masih ingin ikut pelajaran saya atau keluar?" ucap bu Dewi to the point.
"Shez, udah deh lo nurut aja apa kata bu Dewi. Udah tau dia orangnya begitu," ucap Lala.
"Gak. Gue udah terlanjur badmood."
Kini Lala hanya menggelengkan kepalanya, dia pasrah jika Sheza sudah badmood. Karena jika keinginannya tidak di-iyakan maka itu akan membuat dirinya semakin tidak terkendali.
"Saya keluar bu." ucap Sheza sambil berdiri dari tempatnya dan mulai berjalan keluar.
"Bagus, lagian saya tidak rugi jika kamu tidak dikelas saya."
Brag!
Suara keras dari pintu yang Sheza tutup.
"Sampe kapan Za?" tanya Dika saat Sheza sudah tidak ada lagi dikelas.
"Ini yang paling gue takutin kalau lo udah diluar kendali Shez," ucap Lala sambil menghembuskan nafas beratnya.
"Oke. Sekarang kita lanjut ke pelajaran dan anggap saja tidak terjadi apapun."
Kini kelas kembali kondusif dan di dominasi suara bu Dewi yang tegas dan lugas.
🐾
"Pah, Nja cape. Nja gak tau harus ngapain lagi,"
"Nja cape pura-pura bahagia sama semua orang, Nja pengen kayak dulu lagi yang bener-bener bahagia bukan pura-pura. Nja kangen papah," ucapnya dengan nada parau.
"Nja kangen banget sama papah," ucapnya sambil menangis.
"Nja gak mau terus-terusan kayak gini,"
"Nja pengen ketemu papah," Sheza menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan dia tidak bisa mengontrol tangisannya. Tangisannya pecah seketika.
Sheza mengeluh entah pada siapa, karena tidak ada orang disekitarnya. Hanya ini satu-satunya cara Sheza melampiaskan rasa sedihnya pada angin yang berlalu. Dia berpikir bahwa jika dia cerita pada angin dan angin akan menyampaikan ceritanya ini pada orang yang dia tuju dan orang tersebut akan menyampaikannya pada Tuhan agar Tuhan memberikan dia jawaban atas pertanyaan dia dan rasa sedih yang dia miliki.
"Angin. Tolong kasih tahu papah, Nja rindu papah, Nja pengen cerita banyak hal sama papah, Nja pengen bareng terus sama papah." tangis Sheza sambil membuka kedua tangannya dari wajahnya.
Sheza suka cerita dengan angin. Karena Sheza tahu bahwa angin tidak akan memberitahu semua rahasianya pada orang lain, angin tidak akan menghianatinya.
Kini Sheza sedang berada di tempat biasa dia mencurahkan isi hatinya ketika disekolah, yaitu di rooftop.
Sheza memang tipe orang yang cepat marah, sedih, ataupun senang, atau bisa disebut moody-an. Tapi jika hawa Sheza tidak bersahabat bukan berarti dia semena-mena sama aturan sekolah ataupun yang lainnya. Dia akan cepat marah dan mengeluarkan isi hatinya ditempat ini dan juga dia tidak melanggar aturan sekolah.
"Angin, pergilah dan sampaikan pesan Nja ke papah supaya papah bilang ke Tuhan kalau Nja rindu dan siapa tau Nja bisa ketemu sana papah lagi," mohonnya dengan angin yang berlalu dan kini air matanya nambah deras.
Sudah satu jam Sheza berada di rooftop dan sudah satu jam itu pula angin mendengarkan ceritanya yang sedih. Sheza tidak pernah cerita kepada Arga ataupun ke mamahnya tentang kesedihannya ini, biarlah dia yang mengatasinya sendiri, biarlah dia menjadi manusia yang kuat dan bisa mengatasi semuanya.
"Kenapa harus sama angin?" suara seorang cowok yang tiba-tiba menyadarkan Salma dari kesedihannya.
Sheza langsung menghapus air matanya yang membasahi hampir seluruh wajahnya. Matanya yang sembab tidak bisa dia hilangkan dan juga hidungnya yang merah. Lalu Sheza menetralkan dirinya dan dia bisa menguasai dirinya lagi agar tidak ada air mata yang jatuh lagi.
Sheza tidak langsung menjawab pertanyaan seorang cowok yang ada dibelakangnya dan Sheza juga belum mengetahui siapa yang sedang bicara dengannya. Dia masih menatap lurus pemandangan dari atas sini.
Terdengar suara langkah kaki yang mendekati dirinya. Entah mengapa itu malah membuat jantungnya berdetak tak karuan. Sheza memejamkan matanya saat suara langkah kaki itu semakin dekat sambil mengepalkan tangannya. Tanpa Sheza duga air matanya jatuh kembali.
Kenapa gue jadi gak karuan gini sih?
"Lo kuat!" ucap cowok tersebut sambil memegang pundak Sheza.
Kepalan tangan Sheza perlahan dia buka dan Sheza merasakan suara itu sama seperti suara tiga hari yang lalu.
Apa dia? Tanyanya dalam hati.
Perlahan Sheza membuka kedua matanya yang terpejam, air matanya masih terlihat dikelopak matanya. Sheza menatap orang yang memegang pundaknya dari belakang, dia melihat cowok itu menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Mungkin karena wajah Sheza yang semuanya hampir merah bekas tangisannya tadi.
Sedetik kemudian Sheza menyadari bahwa cowok didepannya ini adalah cowok yang Sheza harapkan agar tidak bertemu lagi dengannya.
"Lo?" tanya Sheza bingung dan entah mengapa Sheza pun lupa dengan namanya.
🐾
Kira-kira itu siapa ya? Tamrin kah? Gimana dia tau kalau Sheza ada di rooftop? Apa dia memang sengaja ngikutin Sheza? Atau dia tau kalau Sheza sedang sedih? Tapi bagaimana?
Ini Aka doang yang penasaran atau kalian juga penasaran?
Stay tune di part selanjutnya yaa
Follow my instagram
@azaufa_
See u next part bby :*Azaufa
KAMU SEDANG MEMBACA
WHO?
Teen FictionTerkadang apa yang kamu lihat dan dengar belum tentu semuanya benar. Bisa saja dia menutupi sesuatu darimu karena memang itu yang terbaik buat kamu. Jadi, saat kamu tau tentang semuanya jangan salahkan dari satu sisi saja, tapi kamu harus lihat dari...