01

5.5K 318 33
                                    




Hana's POV

Hari ini aku akan mengadakan pertemuan dengan seseorang. Ya, siapa lagi jika bukan kekasihku; Kim Tae Hyung. Pemuda yang telah menjadi pasanganku sejak tiga tahun lamanya. Dialah satu-satunya orang yang sangat gemar mengabadikan aku, untuk ia simpan sendiri atas cintanya untukku. Dia pula, salah satu orang yang sangat gemar menghabiskan waktu-hanya untuk mencari tempat bagus atau bersejarah.

Semua hasil fotonya sangat bagus. Kuakui, dia pantas menjadi seorang seniman. Kecintaannya terhadap seni, membuatku sedikit iri. Namun, tidak masalah. Karena ia selalu bersamaku ketika sedang sibuk memotret banyak hal. Dia tak pernah absen mengajakku untuk mengabadikan suatu momen.

Dia selalu berkata, "Kau pun tak kalah indah dengan seni yang amat kucintai. Kau adalah pahatan Tuhan yang paling sempurna, yang hanya tercipta untukku." Manis sekali, dan perlu kalian tahu ... ia mengatakan hal itu hampir setiap hari. Tak pernah berhenti memujiku yang katanya indah. Sangat menggemaskan.

Terlihat di sana, sosok pria yang kutunggu telah datang. Ia berlari, masih sama dengan benda yang selalu ada di tangan atau lehernya. Sebuah kamera kecil, namun mahal.

"Hana-ya, maaf aku terlambat lagi."

Sekedar info, Taehyung bukanlah orang yang tepat waktu. Dia selalu terlambat atau terkadang datang lebih awal. Itu tidak membuatku marah atau kesal, karena memaklumi dia. Aku tersenyum padanya dan membalas, "Tidak masalah. Aku tidak cukup lama menunggumu." Dia tersenyum lega, lalu menatapku dengan mata elangnya yang begitu tegas.

"Ah! Aku mendapat objek baru untuk kuabadikan. Temani aku lagi, ya?"

"Aku selalu menemanimu, Kim Taehyung!"

Kami tertawa kecil. Dia polos sekali. Selalu mengulang sebuah kata atau kalimat, mungkin agar aku tak lupa. Ya, hampir setiap hari kuhabiskan waktu untuk duduk di sekitarnya-menemani dia yang tengah sibuk dengan kegiatan tersebut.

Kami berangkat. Tidak menaiki mobil atau motor, karena kami lebih suka menaiki bus jika sedang bersama. Di dalam sana, Taehyung menyiapkan kameranya. Bersiap untuk memotret sesuatu yang menurutnya indah. Mulai dari pejalan kaki, rintik hujan, genangan air, langit, atau mungkin pohon rindang.

Jiwa seninya memang sangat kuat.

Hingga kami tiba di tempat yang telah Taehyung tentukan. Kami turun di halte berikutnya sebelum mencapai ke sana. Taehyung bilang, jaraknya sekitar seratus meter. Hm ... lumayan dekat. Kami berjalan, bergandengan tangan seraya mata yang memperhatikan betapa indahnya dunia. Taehyung tak berhenti untuk tersenyum. Dia tampak menikmati lokasinya saat ini.

"Tunggu sebentar!"

Ia menghentikan langkah. Berjalan ke depan tanpaku, lalu berhenti setelah beberapa langkah. Menyiapkan kamera, dan ... seperti biasa; ia tak lupa untuk mengabadikanku terlebih dahulu.

Cekrek!

Hasilnya tak pernah membuatku kecewa. Selalu bagus walau aku tidak menampakkan wajah. Dia mengembuskan napas, lalu menghampiriku dengan wajah murung. Aku tidak mengerti, mungkinkah ada kesalahan?

"Kenapa?"

"Tunjukkan wajahmu. Kau tidak pernah menunjukkan wajah saat aku memotret."

Aku diam sejenak. Ya, aku memang jarang menunjukkan wajah ketika Taehyung sedang memotretku. Tapi itu semua ada alasannya, dan aku enggan untuk memberitahu.

"Maaf. Aku tidak ingin wajahku menjadi konsumsi publik, jadi-"

"Aku mengerti. Namun, harus berapa kali kukatakan bahwa hanya akulah penikmat parasmu? Aku menyimpan fotomu di sebuah ruangan khusus, yang hanya bisa dimasuki olehku dan dirimu."

P O T R E T - TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang