17

1.1K 124 31
                                    



(One month later)

Hana pergi ke kantor seolah ia bekerja hari ini. Terhitung, sudah hampir satu minggu ia tidak mendengar kabar dari Kim Seokjin. Hana tidak ingin mengira bahwa ucapan Seokjin hari itu benar-benar serius untuknya. Tapi, mengingat selama ini Seokjin tidak menghubunginya-membuat Hana takut jika lelaki itu sungguh memecatnya.

Tidak. Hana tidak ingin itu terjadi. Ia masih membutuhkan pekerjaan ini, dan Seokjin tidak bisa memecat dia begitu saja. Kontraknya masih lama, bahkan Seokjin sendiri yang bilang bahwa Hana adalah termasuk orang penting dalam pemilihan tahun depan.

Ia masuk. Niat hati ingin menemui Seokjin secara langsung dan bicara banyak padanya. Ia tak melihat Seokjin ada di kantor tersebut; sepertinya. Biasanya pria itu berkeliling untuk memastikan para pekerjanya bekerja dengan benar.

Hana pun terdiam. Sempat berpikir bahwa Seokjin tidak masuk hari ini. Tapi, kenapa? Apakah dia sedang sakit?

Hana berbalik. Ia berniat pergi karena tidak dapat menemui Seokjin hari ini. Namun, saat dirinya berbalik dan akan keluar dari kantor-ia melihat Seokjin baru saja memasuki kantornya. Hana membulatkan mata, senang sekali karena bisa bertemu dengan Kim Seokjin.

Ia berlari menghampiri Seokjin. Lelaki itu semula tidak tahu, tapi sekarang tahu dan memasang muka malas. Ralat, wajah kesal yang masih ada hingga sekarang. Bahkan ketika Hana tiba di hadapannya, lelaki itu justru membuang muka.

"Kupikir kau tidak masuk hari ini," ucap Hana dengan semangat. Seokjin melirik dan berkata, "Untuk apa kau kemari? Bukankah aku sudah memecatmu?" Astaga, Hana jadi bersedih. Baru pertama kali ini ia tidak mendapat sambutan yang baik dari Kim Seokjin.

"Seokjin-ah, jangan bicara begitu. Aku masih harus bekerja di sini." Hana akan memohon kali ini. Ia tidak bisa kehilangan pekerjaan begitu saja. Seokjin tidak menanggapi dengan baik. Ia hanya diam untuk sementara ini.

"Ayo, aku harus bicara banyak hal denganmu."

***

Mereka sudah berada di ruang kerja Seokjin sekarang. Ini semua sebab Hana yang memaksa agar lelaki itu mau mendengarkan seluruh ucapannya.

"Ayolah, kau tidak benar-benar memecatku, 'kan?" Hana bertanya. Seokjin melirik dengan tajam, kemudian menyeringai. "Apakah ucapanku hari itu belum jelas? Pergilah, dan biarkan Taehyung yang merawatmu. Kenapa kau kembali padaku?" Seokjin menjawab sekaligus bertanya. Ia membuat Hana diam sejenak.

"Tapi, aku hanya butuh berada di sampingmu sampai saham itu kau dapatkan. Kumohon, biarkan aku bekerja di sini lagi. Sampai kau benar-benar mendapatkan saham itu."

Melihat Hana memohon seperti orang bodoh, membuat Seokjin merasa tak enak hati. Ia juga sebenarnya tidak bersungguh-sungguh memecat Hana hari itu. Dia hanya emosi. Kalau dibilang masih membutuhkan atau tidak, sudah pasti Seokjin sangat membutuhkan Hana. Apa lagi wanita itu sudah terdaftar sebagai pendukung yang akan memberikan suaranya pada pemilihan tahun depan.

"Baiklah. Tetaplah bekerja di sini, semaumu!"

Hana sumringah. Ia tersenyum lebar, gembira sekali mendengar keputusan Seokjin. Ia akan melakukan yang terbaik kali ini.


===



"Taehyung-ah, jangan macam-macam saat di sana nanti!"

Kim Taehyung, memandang kekasihnya yang sejak tadi tampak tak bagus suasana hatinya. Ya, setelah bertemu dengan Seokjin tadi-Hana meminta izin untuk pulang dan bekerja mulai besok. Tentu saja alasannya adalah karena sang kekasih. Hari ini Taehyung akan berangkat ke pulau Jeju untuk pemotretan khusus.

P O T R E T - TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang