03

1.8K 223 43
                                    




Ada sesuatu yang mengganggu. Berbagai pertanyaan dan tebakan kepada Kim Taehyung yang tiba-tiba menutup teleponnya saat sedang mengobrol. Taehyung juga tidak menghubungi Hana lagi walau hanya sekedar pesan. Hana tak ingin berpikir negatif, tetapi kekasihnya itu tak kunjung memberi penjelasan. Gelisah, bingung dan merasa aneh atas tindakan tersebut. Sampai akhirnya Hana memutuskan untuk mengirim pesan. Bagaimanapun juga ia harus mendapatkan sebuah alasan. Tak bisa seperti ini. Ia hanya ingin menduga jika Taehyung lupa, tetapi di sisu lain ia menaruh curiga.

"Tidak mungkin. Taehyung tidak seperti itu!" ucapnya seraya bergeleng ria. Mengambil ponsel dan mulai mengirim pesan pada kekasihnya itu. Tidak ada balasan selama beberapa saat, mungkin Taehyung sedang sibuk. Baiklah, Hana acuh saja. Ini masih jam bekerja, tidak baik jika ia bermain ponsel seperti ini. Ia keluar untuk membuat kopi agar pikirannya bisa tenang. Di tengah perjalanan, ia mendengar seseorang memanggilnya. Satu kali, Hana masih belum yakin karena kantor sedang sangat berisik.

"Kim Hana!"

Benar, kemudian Hana berbalik. Melihat Direktur Kim tengah sedikit berlari menghampirinya. Hana menunduk untuk menyambut atasannya itu. "Direktur Kim, Anda memanggil?" Hana bertanya, dibalas oleh pria tersebut. Ia tersenyum, manis sekali. Tubuh tegapnya membuat beberapa karyawan jatuh hati, ditambah paras tampan dengan bibir penuh yang sangat memikat.

"Kita perlu bicara!"







——







Di sinilah mereka, ruang kerja seseorang yang tak lain adalah Direktur Kim Seok Jin. Hana tidak tahu apa yang akan dibicarakan olehnya, tapi sepertinya penting. Hana diam seraya menunggu atasannya itu bicara. Sebelumnya, Seokjin tetap tersenyum seakan memberitahu jika ia sedang bahagia.

"Hana-ssi, kau tahu mengapa aku tersenyum seperti ini?" tanyanya. Hana menggeleng dengan pelan. Kemudian Seokjin tertawa. Sungguh itu membuat Hana bingung. "Seokjin-ah, cepat bicara karena aku memiliki banyak tugas. Jika tidak ada sesuatu yang penting, aku keluar saja!" ungkap Hana dengan nada seakan kesal. "Kau bicara tak formal padaku?" Seokjin kembali bertanya, dibalas anggukan dari Hana karena ia sangat yakin. "Kau sendiri yang memintaku untuk bicara tak formal jika sedang bersama," sambungnya. Ya, Seokjin mengerti. Sekedar info, mereka adalah teman sejak mengenyam pendidikan di universitas yang sama. Bahkan, Seokjin yang mengajak Hana untuk bekerja dengannya.

"Baiklah, aku akan bicara." Ancang-ancang terlebih dahulu, dan Hana sangat menantinya. "Aku berhasil membuat Ayahku untuk ikut mendukung dalam pembagian saham tahun depan. Ia telah menandatangani daftar yang kuberikan. Sekarang, aku butuh tanda tanganmu!" sambungnya dengan sangat gembira.

"Tunggu sebentar, kenapa aku?" Hana bertanya. Ia tampak bingung, dan Seokjin berdecak pada saat itu juga. "Aku membutuhkan tanda tangan dari orang penting. Kau pikir, posisimu di tempat ini tidak penting? Ayo, tanda tangani berkas ini dan kau akan memilihku di rapat nanti!" jawabnya. Entah Hana sudah paham atau masih tidak mengerti, namun ia bergerak untuk memberikan tanda tangannya di sana. Setelah selesai, Seokjin kembali memberikan senyum dan menyimpan berkas tersebut. Melihat Hana yang tiba-tiba diam, membuatnya penasaran.

"Hana-ya, ada apa?" Ia bertanya. Hana mengembuskan napas, kemudian mengalihkan pandangan kepada Seokjin. "Aku tidak apa-apa," jawabnya. Seokjin tahu ada yang sedang Hana sembunyikan. Namun, ia tak dapat menebak karena ia pun tak punya hak. Ia cukup tahu jika sesuatu terjadi pada Hana, namun tidak ikut campur. Siapa dia sampai harus tahu semuanya tentang gadis itu?

Dia tak lebih dari teman dan atasan.








====






P O T R E T - TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang