04

1.6K 197 45
                                    





Kim Hana, duduk termenung di sofa rumahnya. Ia diam seraya memandang layar televisi. Fokusnya bukan pada tontonan, melainkan kekasihnya. Bahkan ini sudah terhitung tiga hari setelah kejadian, di mana bukan Taehyung yang menjawab teleponnya—melainkan orang lain. Entah apa yang dilakukan Taehyung di sana, namun sampai saat ini ia tak memberi kabar.

Ia bahkan tidak menyadari atau memang tak ingin peduli, jika Hana tak juga memberi kabar. Jadi, bisa dikatakan mereka dalam keadaan merenggang. Hana merasa aneh, takut, khawatir dan lain sebagainya. Kekasihnya itu tak kunjung menghubungi untuk memberikan penjelasan.

Gadis itu memejamkan mata sejenak. Ia mengembuskan napas, lalu merebahkan diri. Menatap langit rumah, hatinya kembali kacau. Tak ada yang ia pikirkan selain Kim Taehyung. Pria sialan yang sangat menyebalkan itu, sukses merusak suasana hati Hana. Perasaannya pada saat itu, ia benar-benar berpikir penuh pertanyaan. Alasan apa dia mengadakan makan malam bersama dengan seorang wanita, berdua pula.

Tak masalah jika setelah itu Taehyung menghubunginya, lalu menjelaskan. Tetapi ini tidak. Pria itu bahkan tidak memberi kabar apa pun, entah melalui pesan atau telepon. Benar-benar keterlaluan. Sesibuk apakah dia hingga menyentuh ponsel pun tidak sempat? Dia sendiri yang berkata akan selalu menyempatkan waktu untuk berkomunikasi, namun kenyataannya jarang. Harus Hana lebih dulu yang mengirim pesan, bukankah itu tidak adil? 

Entahlah, Hana tidak mengerti. Ia acuh saja dengan Taehyung dan tak lagi menanyakan alasan tentangnya. Biarkan dia menjelaskan jika ingin. Namun, jika sampai esok dan esoknya lagi tetap sama—maka biarlah Hana menyerah. Ia tak cukup kuat dengan laki-laki tak bermental kuat seperti Taehyung. Menjelaskan saja ia tak mampu, apa lagi mendampinginya ke jalan kebahagiaan.










=====






Hari ini Taehyung akan kembali ke Korea. Setelah melakukan pekerjaan di London selama satu bulan, kini ia diizinkan pulang untuk beristirahat sebentar. Lokasi pemotretan setelah ini akan berpindah di Korea, dan hal itu membuat Taehyung senang. Setidaknya ia tak akan jauh lagi dari Hana. Sudah cukup selama ini ia menahan rindu, menahan sesaknya dada karena tak ada kekasih yang berbagi cerita.

Ia mengingat saat pamit satu bulan lalu. Ia berkata pada Hana, bahwa orang pertama yang akan ditemui adalah dirinya. Saat ini pun Taehyung tengah tersenyum, hatinya terasa gembira. Tak sabar ingin menemui Kim Hana secepatnya, dan memeluk dia begitu erat. Pasti sangat menyenangkan bisa memandangnya lagi lebih lama.

Hwayoung Kim, tentu ia ikut pulang karena memang pekerjaannya di negara ini sudah selesai. Ia satu pesawat dengan Taehyung, namun berbeda jemputan saat berada di sana. Ia menghampiri Taehyung yang sedang duduk seraya memotret beberapa objek. Ikut duduk di sebelah pemuda itu, sambil sesekali meliriknya.

"Pekerjaan kita di sini sudah selesai. Kudengar, Pak Jung sedang menyiapkan tempat untuk pemotretan selanjutnya." Ia membuka suara ketika Taehyung tak lagi fokus pada kameranya. Pemuda itu menoleh dan membalas, "Ya, Pak Jung sudah memberitahu hal itu padaku. Dia bilang, kita diberikan waktu istirahat selama satu minggu untuk menyiapkan semua." Hwayoung mengangguk, juga tersenyum. Ia memandang lagi dan bertanya, "Kau akan langsung pulang, atau menemui seseorang terlebih dahulu?" Taehyung menoleh cepat ketika pertanyaan itu ia dapatkan.

Sebenarnya, Hwayoung iseng saja menanyakan hal itu. Namun, ia juga sedikit penasaran dengan seorang wanita yang menelepon Taehyung beberapa hari lalu. Omong-omong, Hwayoung tidak mengatakan kejadian saat makan malam itu. Karena saat Taehyung kembali, ia sudah tidak lagi berkomunikasi dengan Hana. Pria itu juga tidak memeriksa ponsel sama sekali, dan tidak membahasnya.

P O T R E T - TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang