4. Truth Or Dare

3.9K 308 6
                                        

The feeling miss a which can't for raved
Now must emerge to surface to finished

💢💢💢

    Anak-anak kelas dua belas ips satu, terutama anak-anak yang mengikuti lomba basket tadi, kini sudah berkumpul disalah satu kafe tempat mereka sering nongkrong. Tak tertinggal juga Aliano, Illyana, Vika dan Satya. Mereka berempat juga sudah sampai disana.

"Helloo broo!" Sapa Satya duluan terhadap teman-temannya yang sudah sampai terlebih dahulu.

"Eh Sat, baru dateng?" Sahut Dino bertanya.

"Iya nih, gara-gara si looser Alex. Bangsat emang dia." Satya masih saja menyumpah serapah si Alex.

"Kenapa?" Tanya Joni yang memang tadi tidak melihat kejadian yang terjadi di lapangan basket.

"Itu, tadi si Alex gak terima kelasnya kalah. Terus dia ngelempar bola basket hampir ngenain si Dias, untungnya Ali sigap, dia langsung lindungin Dias deh." Jelas Dino sambil mencomot kentang goreng yang telah ia pesan.

"Waah bener-bener tuh si Alex, pengecut emang." Joni yang mendengarnya ikutan emosi dibuatnya.

"Udahlah, lagian gue fine. Oke?" Ujar Aliano menengahi. "Udah pada pesen?" Lanjut Aliano bertanya pada teman-temannya, yang diangguki oleh mereka semua.

"Udah, kalian juga udah dipesenin kok." Ujar salah satu dari mereka.

"Mantap emang lo Fer!" Sahut Vika yang langsung nyerobot duduk disamping yang ia panggil Fer, Feron.

Illya pun sedari tadi cuma diam tak tahu mau ngomong apa. Karena memang dia masih baru dan masih terlihat canggung untuk akrab terhadap teman sekelasnya. Dia terbilang cuek dan tak pandai bergaul.

"Eh ada neng cantik Dias, sini-sini duduk samping babang Joni." Ujar Joni menggoda Dia yang masih tampak berdiri. Illya hanya menatap datar pada Joni. Dia lebih memilih duduk disamping Satya yang sampingnya memang kosong, dan kini dia duduk diapit sama Satya dan Aliano.

"Makan tuh kacang! Hahahaha." Ejek Satya yang langsung melempar kacang polong pada Joni. Dan semua pun ikut menertawakan tingkah Joni yang tidak mendapat respon dari Illya.

"Makan?" Aliano bertanya pada Illyana yang sedari tadi hanya diam.

"Gak laper." Jawab Illya singkat.

"Tapi kan Ly-"

"Gue nggak laper Ali!" Potong Illya penuh penekanan. Aksi mereka berdua pun menjadi tontonan para teman sekelas mereka. Tumben si Aliano care sama perempuan? Itulah yang ada dibenak mereka.

"Oke." Dan selanjutnya pun hanya ada keheningan, tidak seperti biasnya yang selalu tampak ramai dan rusuh. Sampai salah satu dari mereka memecahkan kecanggungan.

"Eh- gimana kalau gitu maen truth or dare?" Usul Vika, yang langsung mendapat sorakan setuju dari mereka semua. Kecuali Aliano dan Illya yang hanya diam.

"Gimane nih Li, Yas, setuju?"

"Hm." Dehem mereka bebarengan.

"Dasar es!" Umpat Satya pelan, yang tentunya terdengar oleh orang yang diumpatinya, karena jelas mereka langsung menatap tajam pada Satya.

"Oke oke kita langsung saja ya." Ujar Joni.

"Eh bentar, ini muternya pake apaan dah?" Tanya Vika bingung.

"Gue pinjem sama pelayan dulu deh-" Sahut Dino yang lansgung memanggil salah satu waiters untuk meminta sebuah botol kosong.

"Oke kita mulai, puter Sat!" Dino berujar menyuruh Satya memutar botol lebih dulu. Satya pun memutar botol tersebut, dan putaran berhenti pada,

"Joni!" Seru semunya.

"Anjiiir!" Pekiknya frustasi, padahal dia sangat menghindari itu.

"Oke Joni, sekarang pilih, truth or dare?" Satya tampak sangat semangat untuk mengerjai Joni.

"Truth deh." Ujar Joni tampak ogah-ogahan.

"Yah, cemen lo Jon! Masak truth sih."Protes Vika, dia emang menunggu Joni biar dia bisa melihat penderitaan si Joni tukang usil kalau di kelas.

"Oke-oke, gue pilih dare! Puas?!" Pasrah Joni pada akhirnya.

"Yes! Oke gue aja yang milihin dare buat dia, ya Sat please?" Pinta Vika pada Satya.

"Yaudah."

"Oke Joni, terima tantangan dari gue. Gue mau Elo nyanyi dari meja ke meja. Lagunya dangdut ya, pokoknya harus kocak." Jelas Vika menyebutkan tantangannya. Sedangkan Joni? Dia sudah melotot menatap tajam Vika.

"Gila Lo! Gak mau gue, maluu anjiiiir!" Tolaknya.

"Nggak mau tahu, elo udah milih. Do it now!" Ujar Vika nggak mau tahu.

"Oke-oke gue lakuin, puas?!"

"Buruan!" Joni pun menjalankan tantangannya dengan perasaan campur aduk, dia sesekali menutupi wajahnya karena malu. Dan itu sukses membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak melihatnya.

"Hahahahahaha" Tawa mereka setelah Joni menyelesaikan tantangannya.

"Awas Lo Vik, gue bales nanti!" Dendam Joni menatap Vika tajam, Vika sendiri cuma memeletkan lidahnya mengejek.

"Oke giliran Lo Jon, puter botolnya" Suruh Feron. Joni pun memutar botolnya, dan puteran botol berhenti pada,

"Ali!" Seru Satya yang paling semangat.

"Dare!" Sahut Alano langsung.

"Pilihan yang tepat bung, haha. Ini nih yang gue tunggu." Ujar Satya dengan nada sok sinis.

"Nah Li, sekarang elo ngadep si Dias. Terus elo tatap matanya selama 1 menit, setelah itu ungkapin yang mau lo ungkapin!" Ujar Satya menjelaskan tantangannya.

"Kok gitu?!" Sahut Illya protes, dia memang yang terkejut dengan tantangan oleh Satya.

"Bebas dong." Acuh Satya.

"Oke." Balas Aliano. Dia pun segera menghadap kearah Illya, sedangkan Illya masih membuang muka dan mengalihkan pandangannya.

"Tatap gue!" Pinta Aliano pada Illya dengan suara yang datar namun tegas. Gadis itu pun hanya bisa pasrah. Dan aksi tatap-tatapan pun dimulai. Mereka berdua tampak saling menantap dan menyalurkan rasa. Entah rasa apa, tapi yang jelas ada sorot seakan menjelaskan sesuatu yang penuh arti. Bahkan orang-orang disekitar mereka termasuk teman sekelas mereka ikut terhanyut oleh mereka berdua. Satya pun tak berani mengintrupsi untuk melepaskan tatapan antara keduanya. Dia memang sengaja. Padahal tantangan tersebut sudah lebih dari satu menit.
Tak sadar juga, Aliano sudah menggenggam tangan Illya. Illya sendiri masih hanyut oleh tatapan sendu Aliano yang seolah menyampaikan rindu yang terdalam.

Sampai tiga kata yang terucap dari bibir Aliano membuat pertanyaan dibenak mereka semua, serta membuat tubuh Illya menegang, karena shock.

"Gue.Kangen.Elo!"

💢💢💢

REPEAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang