30| Farah and The Complicated Man

13.3K 1.9K 276
                                    







"Tuh kan, gue bilang juga apa. Malem ini lo lebih stunning daripada gue. Dia aja lebih pangling ngeliat lo daripada ngeliat gue."

"Apaan sih," Farah ketawa canggung, terus sedikit ngedorong pundak cewek di sebelahnya, "Setengah jam yang lalu lo mengklaim diri lo shining shimmering splendid. Sekarang malah merendah cuma gara-gara dia ngeliatin gue."

"Gue mau ngalah aja. Udah terbukti lo paling cakep, gue masih pake baju shooting tadi pagi gini mana ada shining-shining-nya."

"Gak setuju, gak dandan aja lo cakep, gue mah boro-boro," Farah dan cewek itu ketawa berdua, terus Farah sedikit tersentak. "Eh, lupa gue kalau lo mau bantu. Lo bisa potongin paprika?"

Senyum gue terbit. "Bisa, bisa."

"Nama lo siapa btw? Biar kita enak manggil lo-nya."

"Keala Zania. Just call me Lala."

"Noted, Lala. Gue Dipsy, ini sebelah gue Pou."

"Gendut dong gue," ucap cewek di sebelah Farah sambil merengut, "Gue biasa dipanggil Rury. Yang di sebelah gue ini namanya Farah. Please jangan dianggep serius omongan dia tadi, bentukan gue gak kayak Pou."

Sambil mulai ngambil pisau dan paprika-paprika merkujo itu, gue ketawa untuk menimpali ucapan Rury. "I know you both."

Kedua mata Farah memicing bingung. "Wait ... you know me? Kalau lo tau Rury sih gue gak kaget ya, mungkin lo liat dia di infotaintment atau lambe-lambe Instagram. Nah, gue? Emang kita pernah ketemu?"

Aduh, kayaknya gue salah ambil langkah nih. Gue jadi bingung gimana harus nanggepin pertanyaan Farah. Seharusnya tadi gue pura-pura gak tau aja biar kesannya gue emang stranger. Kalau gini kan, gue malah keliatan kayak spy-spy psycho yang suka stalking seseorang.

"Hmm ...," gumam gue bingung, "Molan pernah cerita tentang lo."

"Hah? Molan? Ap—" dia berhenti ngomong dan mengembuskan napas, "Lo ke sini bareng dia ya?"

Gue ngangguk. "Tadinya gue kan gak berniat ke mana-mana malem ini. Tiba-tiba aja dia ngejemput gue dan ngajak ke sini. Nyebelin banget dia tuh."

"He is," jawab Farah. Nada dia merendah, dan gue ngerasa suasana jadi awkward banget sekarang ini.

Setelah gue ngerasa ada yang aneh selama beberapa saat, gue baru sadar kalau Farah sama Molan kan lagi ga baik hubungannya. Eh gue malah keceplosan lagi bilang dateng bareng dia. Ya Tuhan aku ingin menjadi undur-undur saja untuk kali ini. Gue malu, ditambah gak enak sama Farah.

"Eh, sorry, sorry, gue gak maksud buat dateng sama dia kok sebenernya. Udah gue tanya juga kenapa dia gak bareng lo, tapi dia bilang kalau dia gak tau kalau lo udah pulang dari rumah sakit atau belum."

"It's ok, La. Gue juga ngerti kok."

Gue berhenti motong paprika sebentar buat ngeliatin ekspresi Farah, tapi dia cuma senyum dan gue gak tau senyum itu menggambarkan suasana apa. Please, gue jadi ngerasa gak enak banget sekarang. Kalau Farah mikir yang macem-macem gimana? Ini Molan harus tanggung jawab sih asli.

"Molan tuh yang sahabat lo itu, Far? Temennya Bernard, kan? Dia ke sini?" tanya Rury.

"Lo kan tau gue baru balik dari rumah sakit tadi sore, Ry. Gue juga belum sempet kontakan sama Rama."

Tuan UltimatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang