19| Someone Said This Is Dating (2)

14.3K 1.9K 153
                                    




"Mau nambah?"

"Enggak deh. Gue kenyang."

"Buat di apartemen mungkin?"

"Gak usah, Bang. Masih ada cemilan kok kalau gue laper."

"Apa? Mie instan?"

"Tau aja."

"Gak sehat banyak-banyak makan mie instan. Lo pesen aja buat di apartemen."

"Ih, gak usah. Gue juga gak laper-laper banget kalau malem."

"Yakin?"

"Iya."

"Ya udah, kalau berubah pikiran bilang aja."

Molan balik makan makanannya lagi dengan khidmat. Dia kayaknya hobi makan sushi, pesenannya banyak banget buset dah kayak kuda liar kelaperan. Gue aja sampe kenyang sendiri liat dia makan. Ini pertama kalinya gue liat porsi makan Molan sebanyak ini, biasanya kan dia bawa bekal herbivoranya tuh.

Setelah sekian menit, akhirnya dia sampe ke menu terakhir yang dia pesen, maguro sushi. Dia pake sumpitnya buat ngambil itu makanan, habis itu dia deketin ke mulutnya buat dia lahap. Tapi, pas mau sampe ke dalem mulut, eh tunanya jatoh ke meja. Mulut Molan yang tadinya mangap langsung rapet lagi.

Dalem hati gue ngakak parah liat ekspresi dia waktu tunanya jatoh. Ih beneran deh gue sering banget diem-diem ngetawain dia, dosa gak ya kira-kira. Gue takut kualat doang ini mah.

"Eh, kok lo ambil?" tanya gue waktu liat dia ngambil tuna loncat itu. Dia natap gue sambil makan sushinya, terus dengan ekspresi polos, dia ngunyah makanannya.

"Belum lima menit."

"Sama aja, jatohnya ke meja. Banyak bakterinya, nanti lo sakit perut gimana?"

"Gak bakal."

Molan ngambil sushinya lagi dari piring, gue kira mau dia makan kan ya. Eh, sumpitnya malah disodorin ke depan mulut gue! Refleks kepala gue mundur dong, kaget gue sumpah. Tadinya gue mikir dia mau capit hidung gue, taunya dia ngasih sushinya.

"Apaan nih? Enggak ah, gue udah kenyang, Bang."

"Lo dari tadi ngeliatin mulu, gue kira lo pengen. Udah, makan aja."

"Enggak—"

"Buruan, tangan gue pegel nih."

Karena terpaksa, akhirnya gue masukin itu sushi ke mulut. Gue kunyah sampe halus, terus gue telen.

"Enak kan?"

"Iya lah, namanya makanan ya enak."

"Ya, I know. Tapi, ada aja kan orang yang gak suka tuna."

"Kayak si Liona."

"Kayak Farah."

Tangan gue yang baru aja mau nyentuh matcha tsubuan milik gue pun langsung stuck di atas piring gara-gara Molan nyebut nama Farah. Walaupun dia lagi makan, gue tau ada sesuatu yang mengganjal di dalam pikirannya. Tatapan dia berubah waktu nyebut nama Farah, pasti ada apa-apa nih sama mantannya.

Dahi gue mengernyit, bertanya-tanya ada apakah gerangan sang bos besar ini. Apa ini ada hubungannya sama waktu kemaren kita pulang tiba-tiba itu?

"Bang, di luar kantor kita temen kan ya?"

Dia ngalihin tatapannya ke arah gue. "Ya. Kenapa?"

"Lo mau cerita kayak seorang temen yang punya masalah, terus dia cerita ke temennya? I mean, lo hari ini gue rasa aneh banget. Kalau lo punya masalah, lo bisa cerita ke gue."

Tuan UltimatumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang