Kecewa

3.9K 228 13
                                    

      

        Willa berkali-kali melirik jam yang berada di pergelangan tangannya, hari ini Nanda akan pulang. Walaupun pria itu tidak memberitahunya, namun Willa bertanya pada Riko. Untung saja asisten suaminya tersebut mau memberitahunya segala yang Nanda lakukan di sana.

Sejauh ini Nanda terlihat baik-baik saja, walaupun Willa agak heran. Apa yang membuat Nanda seperti berubah padanya, jika itu memang karena sakitnya Willa jelas akan memakluminya. Namun jika itu karena Hanum, ia tidak akan terima.

Terkadang Willa tidak ingin terlalu menunjukan emosinya pada Nanda, bagaimanapun ia masih begitu dekat bersama Juan. Walaupun itu hanya sekedar hubungan karena Arfa, namun siapa tahu karena ini Nanda mulai meragukan kesetiaannya.

Willa merasa ia terlalu terjebak di masa lalu dan sekarang, disisi lain ia selalu berusaha untuk menjadi ibu yang baik di hadapan Arfa ketika mereka bersama Juan. Ia tak mungkin terlihat menjaga jarak, Arfa masih terlalu kecil untuk mengerti yang terjadi.

"Mbak… "

Suara Tania terdengar memanggil dirinya, Willa pun menoleh. "Kenapa Tan?"

"Mbak Willa ga jemput Arfa?"

"Oh, hari ini Juan yang jemput."

"Oh… gitu."

Tania pun terdiam, lalu Willa pun menyadari apa yang telah ia ucapkan. Sesuatu yang membuat Tania agak terluka tampaknya. Willa pun mendekati Tania, dengan hati-hati ia duduk di sampingnya.

"Sorry ya Tan, semenjak hari itu aku ga ada jelasin apapun soal Juan. Maaf aku pura-pura ga kenal siapa Juan pas kamu nunjukin foto kalian berdua." Ujar Willa lirih.

Tania hanya tersenyum tipis, hatinya sedang berantakan namun bukan karena ucapan atau sikap Willa. Tapi karena Juan, berapa hari yang lalu pria itu meminta maaf padanya. Ia tak ingin memberikan hati pada wanita manapun lagi, Juan hanya tak ingin ada wanita yang terluka karena sikap labilnya. Ia memutuskan untuk fokus hanya pada Arfa.

"Mbak Willa tenang aja, aku paham kok. Seandainya aku di posisinya mbak, aku pun bakalan gitu." Sahut Tania tersenyum ia pun merapikan barang-barangnya.

Tania hari ini ada janji diluar, kebetulan toko roti mereka menjadi pilihan menu untuk wedding dessert. Willa pun menatapnya dengan perasaan serba salah, harusnya dari awal ia jujur.

"Sekali lagi Mbak Willa ga perlu ngerasa bersalah ya, aku tahu mbak, kalo Tuhan ga takdirin Mas Juan buat jadi milik aku. Ya mana mungkin aku menentang Tuhan bukan. Realistis aja lah mbak. Tuhan jangan di lawan cuman karena perasaan cinta."

Tania pun berlalu setelah mengatakan kalimat yang sangat menampar bagi Willa. Jelas sekali bahwa posisi Willa sekarang menentang Tuhan jika ia tetap ingin berharap pada Juan.

Willa terhenyak duduk di kursinya, ia merasakan seluruh kekuatannya hilang begitu saja. Tak lama ponselnya pun bergetar, nama Nanda terlihat di layar ponselnya.

" Assalamualaikum Willa"

"Waalaikumsalam mas, dimana sekarang?"

"Oh aku mampir kantor nih, baru juga sampai. Kamu dimana? Lagi jemput Arfa ya?"

"Juan yang jemput Mas, lagian hari ini sekolah Arfa ngadain hari ayah."

"Oh ya.. Yaudah kalo gitu, aku balik kerja dulu."

Telepon pun dimatikan tanpa salam, Willa memijat pelipisnya karena bingung. Ia tahu pasti Nanda menyembunyikan rasa kecewanya. Willa akhirnya pun pergi keluar dari kantor, ia mengirimkan pesan pada Juan.

UNFINISHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang