Bertahan Atau Pergi?

3.9K 293 58
                                    

"Play song : The 1975 - Be My Mistake"




   Detak jarum jam yang terus mengisi ruangan sunyi ini membuat mata Willa semakin terjaga. Seperti malam-malam sebelumnya, ia tetap merasa sulit untuk terlelap. Pikiran Willa terus tertuju pada Nanda, menunggu kabar suaminya yang beberapa menit lalu mengatakan akan pulang kerumah.

Namun Willa merasakan firasat yang aneh, apalagi Nanda mengatakan maaf berkali-kali. Ia meminta maaf harus meninggalkan Willa dan Arfa setiap harinya. Hal itu akan Willa maklumi, namun ia pun jelas akan meminta Nanda fokus pada mereka berdua. Nanda tetap saja mempunyai batasan untuk membantu orang lain.

Lamunan Willa terhenti ketika telinganya mendengar suara mobil memasuki halaman rumah mereka. Ia yakin itu pasti Nanda, Willa merindukan pria itu. Bahkan sangat merindukannya, apalagi ia merasa dirinya lebih membutuhkan keberadaan Nanda sekarang.

Willa dengan cepat membuka pintu, ia yakin senyum pria itu akan terlihat setiap kali ia menunggunya seperti ini lalu berlanjut omelan kecil. Nanda akan memprotesnya yang terjaga hingga tengah malam.

"Mas Nanda..." Kalimat Willa berhenti saat ia menatap seseorang di belakang Nanda.

Mata Willa meyakinkan jika ia memang tidak salah melihat, Nanda datang bersama Hanum. Sebuah perasaan tidak nyaman menjalar keseluruh tubuhnya.

"Belum tidur Willa? Maaf ya aku balik malam banget. Oya, Hanum tidur di sini ya malam ini." Ujar Nanda sambil memberikan kecupan ringan di pipi Willa.

Hanum memberikan senyuman ragu sembari menyapa Willa yang masih terdiam di depan pintu. Hanum tahu Willa pasti merasa aneh dengan dirinya yang datang bersama suaminya di tengah malam seperti ini. Tapi semua penjelasan biarlah Nanda yang akan bicara.

"Sayang, ayo masuk, dingin loh di luar sini. Hanum juga harus istirahat." Nanda pun menarik tangan Willa untuk masuk. Hanum mengikuti mereka dari belakang.

Willa masih terdiam beberapa detik sebelum ia memberanikan diri untuk bertanya pada Nanda. Willa butuh penjelasan tentunya.

"Mbak Hanum mau nginap lama di sini?" Tanya Willa sambil melirik sebuah koper besar yang Nanda bawa.

Hanum pun mengiyakan dengan tersenyum kikuk. Ia serba salah.

"Yang pasti kalau kondisi aku baikan, aku bakalan balik kok Will. Nanda yang minta aku di sini aja, biar dia bisa jagain aku sekalian."

Untuk kedua kalinya Willa merasa di hantam oleh pukulan keras. Ada apa sebenarnya dengan jalan pikiran Nanda yang harus bertanggung jawab untuk merawat Hanum dalam satu atap bersama mereka. Dia bukan lagi terjebak dalam kisah sinetron azab kan?

Willa melemparkan pandangan protes sekaligus kesal pada Nanda. "Mas, aku mau ngomong berdua, bisa?" Tanya Willa.

"Iya Willa, tunggu aja dulu di kamar. Aku mau bawain koper Hanum ke kamar tamu." Sahut Nanda sambil membawa koper besar itu.

Hanum pun mengucapkan selamat malam dan pamit pada Willa yang masih berdiri menatap tingkah laku mereka berdua. Dengan rasa sedih dan kesal yang meluap Willa naik ke lantai atas dan masuk ke kamarnya. Ia mencoba menarik nafas dan menghembuskannya perlahan. Willa harus tenang, ia tidak ingin ribut di tengah malam seperti ini.

Tidak lama Nanda pun membuka pintu kamar, pria itu tersenyum menatap wajah istrinya yang masih terlihat kesal. Nanda seolah-olah merasa semuanya baik-baik saja.

"Mas Nanda bisa jelasin ga, buat apa mbak Hanum harus tinggal sama kita? Kamu juga ga minta persetujuan aku dulu?"

"Maaf Willa, soalnya mendadak juga. Kamu tahu kan waktu lalu Hanum nyaris ngelukain tubuhnya sendiri. Aku pikir kalau dia tinggal di sini, aku bisa fokus jagain dia juga. Apalagi ada kamu, anggap ajalah Hanum saudara kamu juga Will. Kamu kan belajar psikologi jelas tahu dong soal mental Hanum."

UNFINISHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang