Pijaran Rindu

3.6K 214 18
                                    

Pelukan hangat mengiringi kepergian Nanda hari ini, ia terus tersenyum menatap Willa dan Arfa. Walaupun  ada sedikit perasaan cemas juga resah, namun Nanda tidak akan mampu melakukan  lebih dari apa yang menjadi batasannya.

"Hati-hati ya mas, kabarin aku terus." Ujar Willa sambil memberikan kecupan hangat di pipi kiri Nanda.

"Kamu juga, kalo ga enak di rumah sendirian ke tempat ibu aja sayang."

"Aku baik-baik aja kok."

Nanda pun  memegang erat tangan Arfa dan membisikan sesuatu padanya, hingga membuat Arfa tertawa senang. Willa hanya tersenyum lalu ia beralih menatap asisten Nanda yang masih dengan setia menunggu atasannya ini.

"Ko.. Jagain Mas Nanda ya, obatnya dia jangan lupa. Awas lo bikin laki gue kerja keras disana." Ujar Willa di iringi cekikikan  centil ala Riko. Pria tampan namun kemayu.

"Idih… nyonya besar, si bos mah kalo kerja keras sama nyonya doang kali. Jeduk-jeduk gitu."

"Yee bukan gitu juga kali, inget ya kalo ada apa-apa langsung kabarin gue ya, Ko."

"Sip nyonya besar!" Riko pun memberikan pelukan centilnya dan membuat Nanda jadi tertawa.

Mereka berdua pun pergi, Willa dan Arfa terus menatapnya hingga hilang dari pandangan mata. Sejenak rasa rindu sudah terlihat jelas di mata Willa, ia merasa resah. Apalagi kesehatan Nanda mulai menurun, tampaknya pria itu lebih bekerja keras dari sebelumnya.

Namun Willa tak mampu menghentikannya, karena Nanda sangat keras kepala. Ia selalu ingin  segalanya tampak sempurna dalam pekerjaan jika tidak itu menjadi beban bagi Nanda.

"Mah, ayo!" Suara Arfa membuat Willa terhenti dari lamunannya.

Mereka pun kembali pulang, Arfa terlihat sudah tidak sabar. Karena hari ini ia dan Juan akan bertemu, Willa berhasil membujuk Arfa untuk tidak meminta ayahnya ke rumah. Bagaimanapun Willa tidak ingin membuat Nanda merasa tidak nyaman dengan kehadiran mantan suaminya di rumah mereka.

Willa bimbang, apa ia harus bertemu Nanda jika Tania juga ikut bersama mereka. Quality time yang sangat buruk akan terjadi jadi hari ini.

Akhirnya kaki Willa dan Arfa berhenti di salah satu mall besar, karena Arfa meminta untuk nonton mau tak mau Willa harus pergi ke bioskop. Juan pun menyetujuinya, karena film yang Arfa inginkan memang khusus anak-anak.

Dari kejauhan Willa menatap Juan yang sedang berdiri menunggu mereka. Pria itu masih sama, kecuali wajahnya yang terlihat lebih lelah dari biasanya. Kulit putih dan matanya yang sipit tidak akan berubah dari semenjak hari pertama mereka bertemu. Mata Willa menjelajahi ke segala arah, hanya untuk menemukan dimana Tania berada.

"Ayah…..! " Teriakan nyaring Arfa pun terdengar menghambur ke pelukan  Juan. Pria itu terlihat sangat senang melihat anaknya datang. Ia berkali-kali mencium puncak kepala Arfa dan memeluknya erat.

"Udah lama Jun?" Willa bertanya saat mereka berdiri bersisian.

Juan menggeleng. "Cuman 15 menit kok di sini, oya filmnya 5 menit lagi mulai loh. Langsung masuk aja ya."

Arfa pun mengiyakan ucapan ayahnya, Willa ingin bertanya soal Tania namun urung melihat mereka bertiga akan masuk ke dalam bioskop.


Tawa Arfa kian nyaring terdengar ketika ia mendengar ayahnya bercerita sesuatu padanya, Arfa pun semakin bersemangat memberitahu apa saja yang ia lakukan di sekolah. Tampaknya Arfa memang begitu merindukan ayahnya.

"Jun, kok Tania ga sama kamu?" Akhirnya pertanyaan itu pun lolos dari bibir Willa.

"Emangnya Tania mau ikut kita?" Juan malah balik bertanya, terlihat jelas ia tidak mengetahui apapun.

UNFINISHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang