Perpisahan

5K 337 37
                                    

|Play song : Mahen ~ Luka yang kurindu|





"Kalo kamu ga sanggup, kamu bisa pergi ninggalin semuanya Willa"...

Kata-kata itu seperti menancap kuat di pikiran Willa, ia bahkan tidak mampu menangis atau mendebat kalimat Nanda lagi. Ia tidak menduga jika pria yang pernah menjadi terbaik di masa lalu dan sekarang mulai berubah. Nanda seperti orang asing yang berubah dalam waktu singkat. Apa semua ini gara-gara wasiat sialan itu?

Willa hanya diam saat melihat Nanda pergi keluar meninggalkannya, seharian ia tidak tahu apa yang mereka lakukan di luar sana. Jika bukan karena Arfa yang pulang, Willa mungkin tidak akan keluar dari kamar.

Pria kecil itu berlari-lari menghampirinya, ia pulang diantar oleh Juan. Namun Juan tidak diizinkan oleh Nanda untuk mengunjungi Arfa dirumah selain diluar. Jadi pria itu hanya berdiri menatap Arfa di balik kaca mobilnya sampai anak kesayangannya itu masuk kedalam rumah.

"Mama...Arfa sudah pulang." Pria kecil itu berlari menuju Willa. "Oh ya, tadi Arfa jalan sama ayah sebentar dan beliin mama ini. Kata ayah mama suka ini." Arfa pun menunjukan bungkusan plastik di tangannya.

Willa melirik bungkusan itu lalu tersenyum simpul. Ia hanya tidak menduga Juan membelikannya cimol, pria itu tidak berubah sama sekali bukan.

"Mama suka ya? Tapi Arfa dilarang sama ayah makan banyak-banyak ma."

"Iya dong ga bagus buat perutnya Arfa, kalo mama kan udah tua jadi gapapa."

Arfa tertawa mendengar apa yang Willa katakan, pria kecilnya itu terlihat begitu bahagia hari ini. Ia bersemangat menceritakan segalanya termasuk rencana soal berangkat umroh bersama bapak, ibu dan kak Hannah.

"Ma, Abi mana?" Tanya Arfa saat dia menyadari rumah ini sepi tanpa suara Nanda yang biasa menyambutnya.

"Abi kan kerja." Jawab Willa dengan datar.

"Tapi ma, pagi tadi abi bilang ga kerja kok hari ini. Mau nemenin Arfa bikin tugas sekolah. Tante Hanum juga mau bantuin Arfa."

Willa menghembuskan nafasnya kasar, ia merasa jengah karena ia merasa Nanda dan Hanum sedang membuat drama pernikahan di sini. Iya di dalam rumahnya sendiri. Willa mengusap lembut wajah Arfa dan memintanya untuk berganti pakaian dengan segera.

Sambil menunggu Arfa yang berganti baju Willa pun pergi menuju dapur, ia melihat mbak Asih sedang membereskan pekerjaan rumah. Willa menyapanya sekilas lalu duduk di meja makan.

"Mbak.. " Sebuah suara menyapa Willa.

Ternyata mbak Asih memberikannya secangkir teh hangat pada Willa. "Mbak Willa pucat banget, udah makan apa belum mbak? Biar saya siapin." Lanjut nya menawarkan.

Willa menggeleng pelan, selera makannya telah hilang karena rasa pusing yang terus melanda. Apalagi perutnya terasa ngilu dan kram.

"Ga usah mbak Asih, saya ga laper. Oh ya, boleh minta tolong di sediain cemilan aja buat Arfa, mbak." Pinta Willa.

Mbak Asih pun mengangguk paham, ia dengan cekatan melakukan apa yang Willa pinta.

"Mbak, mas Nanda sama Hanum kemana ya? Tadi aku ketiduran jadi ga tau." Tanya Willa ragu.

Mbak Asih pun terlihat seperti berpikir lalu ia menganggukkan kepalanya. "Iya mbak tadi kata mbak Hanum mereka mau ambil barang di apartemennya mbak Hanum habis itu mau kerumah sakit katanya."

UNFINISHEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang