13. Kucing Mandi

1.8K 314 50
                                    

"... Bicara sedikit saja, satu cambukan akan dia terima. Lebih banyak di punggung. Tapi itu sudah sangat lama. Pasti bekasnya sudah hilang. Kami, maksudku anak buahku, melakukannya sejak hari kedua setelah dibeli. Beberapa hari sebelum operasi pertama dilakukan. Dokter bilang beberapa hari lalu dia haid? Mungkin efek suntik hormon itu sudah hilang. Tapi tetap saja itu adalah sebuah keajaiban. Aku pikir pemberian obat hormon selama beberapa kali akan membuat organ reproduksinya mengalami kerusakan. Gadis itu terlalu kuat ternyata. Harusnya dia kembali diberi suntikan benerapa hari setelah penangkapan kami. Dihitung hingga hari ini, sudah tertunda hampir dua bulan."

Seokmin mencatat semua informasi penting yang ia dapatkan hari ini. Lengkap, tanpa satu kata pun yang tertinggal hingga membuat maknanya berubah. Menarik kesimpulan, lalu dilingkarinya dengan pena bertinta merah. Saat dibeli, Jisoo sudah bisa bicara. Dicambuk setiap kali mengeluarkan suaranya kecuali mengeong atau meraung seperti kucing. Siksaan itu memang telah berlalu hingga belasan tahun yang lalu. Akan tetapi, semenjak penyiksaan itu terjadi, Jisoo tidak pernah bicara dan berinteraksi lagi dengan sesama manusia. Hidup diantara belasan ekor kucing. Membuatnya kehabisan kosa kata. Kembali seperti anak perempuan yang tidak bisa bicara.

Seokmin berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tangan masih mengepal di atas meja. Resah. Amarahnya belum juga hilang meski pertemuannya dengan Sejun telah berlalu beberapa jam yang lalu. Seokmin hampir tidak sanggup mengontrol emosi. Di umur tiga tahun, Jisoo telah mengalami hal yang tidak bisa dikatakan manusiawi. Jauh dari kata wajar. Sungguh masuk akal jika sekarang Jisoo mengalami trauma yang amat sangat berat.

"Ajak Jisoo bicara. Satu kali 25 jam, kalau bisa." Seokmin memotivasi diri sendiri. Yakin bahwa ia pasti bisa menormalkan hidup Jisoo. "Jika anak kecil mulai lancar bicara di umur dua atau tiga tahun, Jisoo dewasa pasti bisa melakukannya dalam 1 tahun ke depan."

Diraihnya buku catatan kecil yang berada dalam laci meja kerja. Sampulnya berwarna hitam dengan pena yang juga berwarna hitam dikaitkan pada beberapa lembar kertas sekaligus di dalamnya. Seokmin mencatat target. Secara spesifik dan lengkap. Sekarang Jisoo sudah bisa makan dan berpakaian sendiri, meski masih melakukan banyak kesalahan. Tidak apa. Itu masuk ke dalam daftar perkembangan yang bagus. Besok Seokmin akan membiarkan Jisoo mandi sendiri. Ia yakin bahwa gadis itu pasti sudah bisa melakukannya. Jangan hiraukan seberapa banyak botol sabun yang akan terbuang.

Target Seokmin, dalam tiga bulan ke depan Jisoo harus sudah bisa hidup dengan bebas. Tidak dikurung di dalam kamar lagi. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, Seokmin akan mengamankan benda-benda berbahaya. Enam bulan ke depan, Jisoo sudah bisa bicara. Kata sederhana dulu. Memanggil nama Seokmin, misalnya. Atau menyebutkan namanya sendiri. Hong Jisoo.

Menutup buku catatan, menyimpannya kembali ke dalam laci, beranjak dari kursi. Seokmin mematikan lampu ruang kerja dan keluar dari sana. Makan malam ia dan Jisoo telah berakhir satu jam yang lalu. Menurut kebiasaan, Jisoo belum tidur. Gadis itu pasti masih berdiri di depan jendela. Memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di depan rumah sampai akhirnya Seokmin datang dan mematikan lampu kamar. Mempersilakan Jisoo tidur. Tidak perlu diselimuti lagi. Gadis itu sudah bisa membaluti tubuhnya sendiri dengan selimut. Meski setengah jam setelahnya, Seokmin wajib datang lagi untuk membenarkan posisi selimut itu.

"Mau tidur sekarang?" tanya Seokmin. Mengagetkan. Gadis itu sedikit tersentak. Menoleh ke belakang. Seokmin tertawa. Jisoo mengerucutkan bibirnya. "Kenapa? Belum mengantuk?"

Seokmin turut berdiri di sana. Melakukan hal yang sama dengan yang Jisoo lakukan. Memegangi pagar jendela. Memperhatikan suasana di luar. Tidak ada siapa-siapa di sana. Tidak ada yang lewat. Tidak ada hal yang menarik untuk diperhatikan. Namun, berbeda halnya dengan Jisoo. Gadis itu nampak antusias. Samar terlihat lengkungan di kedua sudut bibirnya. Seokmin jadi ikut tersenyum. Ini pertama kalinya ia melihat Jisoo tersenyum setelah berbulan-bulan berperan sebagai dokter pribadinya.

Meow! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang