16. Dokter Yang Gagal

1.8K 303 49
                                    

"Yang pasti bulan depan, tanggalnya belum ditentukan. Itulah tujuanku datang ke sini. Memintamu melakukan operasi kedua setidaknya dua minggu sebelum sidang pertama. Jadi, ketika kasus ini telah sampai ke media, Jisoo sudah dalam kondisi normal. Kita bisa menyembunyikan kondisi Jisoo sebelum dioperasi untuk selamanya. Demi masa depan Jisoo juga. Jika sampai kondisi fisik Jisoo tersebar luas, aku yakin akan mempengaruhi mentalnya kelak."

Seokmin mengangguk perlahan. Terus mengamati berkas-berkas laporan yang dibawakan oleh Hansol. Seluruhnya sudah lengkap. Siap dibawa ke persidangan. Menuntut hukuman terberat untuk sang pelaku kejahatan. Meski matanya fokus membaca seluruh kalimat yang ada di sana, tentu ia dapat mendengarkan penjabaran Hansol dengan baik. "Tentu saja aku setuju. Apa pun itu jika untuk kebaikan Jisoo, aku setuju. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan korban lainnya? Jisoo dan Wonwoo, masih ada korban yang hilang. Kalian belum menemukannya?"

Wajah Hansol mendadak lesu. "Kabar baik, dia sudah kami temukan. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan Wonwoo. Memiliki ekor yang mati. Tapi sayangnya... Dia dibunuh. Baru kemarin kami berhasil menemukan lokasi penguburannya, setelah menangkap pelaku pembunuhan. Orang yang membelinya dari Sejun. Hasil autopsi diperkirakan akan keluar dalam beberapa hari ke depan. Menyempurnakan tuntutan."

Hansol coba menyenderkan bahunya, berusaha menenangkan diri. Tugasnya terasa amat berat sejak didapuk sebagai ketua tim dalam kasus Jisoo. Ditambah beberapa kasus kecil terus berdatangan tanpa henti. Rasanya amat melelahkan. Ia butuh istirahat panjang. Hansol melanjutkan kalimatnya. "Baguslah kalau kamu setuju dengan penyegeraan operasi Jisoo. Selagi menunggu proses penentuan jadwal operasi kalian, aku hendak beristirahat. Biarkan sisa berkas dan persiapan kecil lainnya anak buahku yang mengatur. Jika ada masalah segera hubungi aku, aku yang akan memerintah mereka."

"Akan kuusahakan apa yang aku bisa. Terakhir kali aku meminta pengaturan jadwal operasi kedua pada Mingyu, dia malah menantangku. Minggu depan Jisoo harus terbiasa dengan orang luar, supaya dia tidak perlu dibius saat dibawa ke rumah sakit."

Tidak heran. Saran itu sungguh wajar diajukan pada Seokmin. Bahkan sangat tepat untuk dilakukan. Ternyata, telah berhasil menangani kondisi Wonwoo dengan baik, memberi Mingyu banyak pengalaman berharga untuk diterapkan lagi dalam proses pengobatan Jisoo. Hansol menyetujui dengan segera. "Juga akan sangat membantu saat sidang pertama nanti. Jisoo tidak akan mengamuk saat dipertemukan dengan pelakunya. Semakin tenang Jisoo di sana, semakin sulit media menerka perubahan seperti apa yang terjadi terhadap Jisoo."

Memang sidang tertutup, demi kelangsungan hidup para korbannya. Namun tetap saja, kepolisian mengundang beberapa orang perwakilan media untuk menyaksikan persidangan. Tidak diperkenankan merekam apa pun. Pengalaman Mingyu begitu dapat diandalkan. Seokmin menyesal sudah sempat mengeluhkannya. Malah berprasangka bahwa Mingyu hendak menunda-nunda jadwal operasi kedua Jisoo.

Seokmin menutup semua berkas. Mengembalikannya pada Hansol. "Ingin bertemu dengan Jisoo? Saat kamu datang dia masih berada di kamar. Aku lihat tadi sudah berada di ruang tengah. Bermain di depan televisi. Merobek semua majalah kesehatanku. Saat bertemu dengan Jeonghan dia tidak berontak. Hanya membeku seperti patung. Nampaknya masih ketakutan. Dia harus sering-sering bertemu dengan orang asing agar cepat terbiasa."

Meja yang tadinya berada di tengah dengan sengaja Seokmin kesampingkan. Membuat lahan tepat di depan televisi jauh lebih luas dari sebelumnya. Di sana Jisoo duduk dengan tenang. Menjulurkan kaki pendeknya yang kurus, menimang tiga majalah kesehatan sekaligus. Belajar dari kejadian lalu, saat Jisoo melahap habis koran-koran lama yang ada di dalam kamarnya masuk ke dalam mulut, kali ini Seokmin memberikan peringatan tegas sebelum membiarkan Jisoo bermain dengan majalah tersebut. Jika ada potongan kecil lembaran majalah itu masuk ke dalam mulut, jangan pernah berharap ada jatah makan siang setelahnya.

Meow! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang