21. Angin Musim Semi

1.8K 310 73
                                    

Seokmin mengurungkan niat perginya. Menutup pintu dari dalam seakan tidak mau diganggu. Duduk ke posisi semula. Di hadapan Jisoo. Kaki bersila. Menatap Jisoo lekat. Kalau bisa, ia hendak merekam suara Jisoo saat menyebut namanya. Sayangnya, mulut Jisoo kembali bungkam saat disodorkan ponsel genggam Seokmin yang siap merekam. Kepala gadis itu termundur menjauh. Mengerti. Seokmin tidak memiliki niat jahat, padahal. Merekam suara Jisoo pun tanpa alasan yang jelas. Hanya ingin. Mungkin sebagai pembangkit energi. Akhir-akhir ini Seokmin membutuhkan energi lebih banyak untuk menyiapkan operasi kedua Jisoo.

Perkembangan amat drastis ini membuat Seokmin penasaran. Apa saja yang dikatakan Hansol pada Jisoo, hingga berhasil membuat si gadis Hong ini membuka mulut dan bersuara? Bahkan lebih dari itu. Bersuara, tertawa, tersenyum sangat lebar. Bagi Seokmin ini adalah triple kill. Kini niatnya untuk meninggalkan Jisoo sendiri di dalam kamarnya telah buyar entah ke mana. Mungkin tertiup angin. Menelusup keluar melalui pentilasi udara atas jendela. Bersatu dengan udara hampa di sana dan akhirnya benar-benar menghilang. Tanpa meninggalkan jejak. Kalau boleh, Seokmin ingin tidur di kamar itu malam ini. Sampai bisa mendengar suara Jisoo memanggil namanya satu kali lagi.

Jisoo mengalihkan pandangan. Lantai, kiri, lantai lagi, kanan. Entah memikirkan apa. Membiarkan Seokmin terus memandanginya dalam waktu yang lama. Membuat Jisoo risi. Bergerak tidak nyaman. Mengubah posisi duduk. Menghadap pintu. Menjulurkan kaki. Menggerakkan jari kakinya yang kecil namun gemuk.

"Aku tahu kamu menyimpan banyak topik untuk diceritakan," Seokmin membuka suara tanpa mengubah posisi. Membiarkan Jisoo mencari posisi ternyaman untuk dirinya sendiri. "Mau berbagi cerita denganku?"

Jisoo menggeleng ragu. Tangan dan kakinya tidak bisa berhenti melakukan gerakan-gerakan kecil.

"Baiklah... Kalau begitu aku yang bercerita sedikit padamu."

Seokmin berdiri. Memegang tangan Jisoo. Berusaha membujuk gadis itu agar mau ikut dengannya. Keluar dari kamar. Mendatangi taman belakang yang tersambung langsung dengan dapur dan halaman depan rumah. Hanya bersekat satu buah pintu di setiap sisinya namun selalu terkunci dengan rapat. Jisoo pernah coba membukanya sebelum ini. Tapi selalu gagal. Kuncinya sengaja Seokmin sembunyikan. Ada kolam renang yang cukup dalam di sana. Seokmin khawatir Jisoo akan tercebur tanpa sepengetahuannya.

Seokmin mulai bercerita, begitu Jisoo ikut duduk di sampingnya dengan mencelupkan kedua kaki ke dalam kolam. "Jeonghan mendekatiku saat kami masih SMA. Dia seniorku. Aku tidak pernah memberi respon padanya. Tapi dia tetap mendekatiku hingga aku diterima bekerja di rumah sakit. Aku menerimanya bukan tanpa alasan. Alasannya juga bukan karena kasihan. Aku kagum dengan keteguhannya. Dia akan terus berusaha mendapatkan apa yang dia mau. Tidak mengenal kata menyerah. Menjadi desainer adalah impiannya sejak kecil. Bersamaku adalah impiannya sejak SMA. Itu yang dia katakan. Aku kagum. Aku kira kekagumanku akan secara perlahan berubah menjadi cinta seiring berjalannya waktu.

"Ya, aku memang menyukainya. Aku suka perhatiannya. Tapi hanya sebatas menyukai. Bukan cinta. Jadi, Hong Jisoo, apa pun yang dikatakan Jeonghan padamu, jangan dipikirkan. Juga jangan menyalahkan dirimu atas putusnya hubungan kami. Tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Kedatanganmu bukan memperkeruh suasana. Justru aku bersyukur. Aku jatuh cinta dengan dunia medis. Semakin jatuh cinta begitu mendapati kasusmu. Aku semakin yakin bahwa dunia medis adalah hidupku. Lupakan masalah cinta. Aku yakin jika waktunya tiba, akan ada seseorang yang berhasil menarik perhatianku, seperti yang dunia medis lakukan terhadapku."

Jisoo menganggukkan kepala. Mengayuhkan kedua kakinya di dalam air. Menciptakan gelombang kecil yang semakin lama malah semakin membesar.

Belum ada tanda-tanda bahwa Jisoo akan membuka suaranya lagi. Seokmin terus coba membujuk. "Jadi, boleh aku tahu apa yang Hansol mengatakan padamu?" Membujuk Jisoo, tentu bukan tanpa alasan. Mengajukan pertanyaan yang sama pada Hansol tentu saja akan percuma. Laki-laki Choi itu kemungkinan besar akan membohonginya.

Meow! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang