Setiap orang pasti memiliki pencapaian tertingginya masing-masing. Beda individu, beda pula pencapaiannya. Tertinggi bagi seseorang, belum tentu tertinggi bagi orang lain. Beda standar. Tanpa terkecuali. Polisi, pengusaha, investor, bahkan seorang presiden sekalipun. Termasuk seorang dokter.
Bicara mengenai pencapaian tertinggi seorang dokter, Seokmin juga memilikinya. Ia memiliki pencapaian tertinggi meski hingga detik ini pun belum benar-benar bisa ia gapai. Belum jatuh ke tangan. Untuk itu, tidak heran jika akhir-akhir ini ia tidak pernah gencar meski tertatih dan tergopoh. Bekerja hingga larut malam, meski hasilnya malah mengganggu jam tidurnya sendiri. Tidak ada yang lain, tujuannya hanya satu. Yaitu kesembuhan Hong Jisoo.
Beralasan kelangkaan kasus, Seokmin jadi begitu yakin. Jika ia berhasil membuat hidup Jisoo kembali ke garis normal, itulah pencapaian tertingginya sebagai dokter.
Setelah berhasil mempertemukan Jisoo dengan Mingyu di rumah sakit tanpa melakukan pembiusan, titik terang pencapaiannya semakin nyata terlihat. satu pencapaian kecil kembali jatuh ke tangan. Kejelasan jadwal operasi Jisoo menjadi salah satu peta. Jalan menuju pencapaian tertingginya. Rasanya lebih dari kejatuhan durian runtuh. Semangat Seokmin berkobar. Membara. Lebih dari saat pertama kali ia mengenakan jas putih kebanggaan. Hari pertama bertugas di salah satu rumah sakit terbaik.
Tiba di rumah, memasakkan Jisoo makan malam spesial, Seokmin segera memasuki ruang kerja. Selain untuk menyiapkan berkas, ia juga harus memberi Jisoo ruang lebih untuk melepas rindu dengan kucing kesayangannya. Karena pasti tidak akan lama lagi, kucing itu akan ditinggal jauh lebih lama. Dititipkan selama Jisoo menjalani operasi dan masa pemulihan.
Sebelum menyentuh kertas, tanpa ragu Seokmin menghubungi Hansol terlebih dulu. Satu-satunya sahabat yang menjadi bak sampah untuknya. Menjadi penampung rasa kesal, marah, kecewa, juga patah hati. Termasuk pula kegundahannya selama menjalin hubungan yang tidak jelas ke mana arahnya. Kini ia memiliki topik lain yang jauh lebih baik untuk dibagikan.
"Hari Rabu. Ya... Semakin cepat semakin baik. Tapi aku harus lembur untuk hari ini dan besok. Ada banyak hal yang harus aku siapkan. Besok juga ada rapat tim. Tidak, tidak ada yang masuk atau disingkirkan. Masih yang kemarin. Formasi masih sama. Aku juga sudah memberi tahu Seungkwan. Dia telah bekerja keras. Kalau bisa, sesekali ajaklah dia jalan-jalan."
Seokmin terdiam mendengarkan. Tidak berbeda jauh dengan dirinya yang antusias menceritakan jadwal operasi Jisoo, Hansol pun terdengar amat antusias atas usulan Seokmin. Mengajak Seungkwan jalan-jalan. Memberitahu Seokmin satu fakta. Kemungkinan untuk keduanya kembali menyatu semakin besar. Mungkin inilah pencapaian tertinggi seorang Hansol. Mendapatkan kembali orang tercintanya.
Dengan penuh semangat Hansol menanyakan kapan waktu yang tepat untuknya mengajak Seungkwan jalan-jalan. Sedikit catatan, jalan-jalan dalam tanda kutip berkencan. Seokmin tertawa. Geleng-geleng kepala. Seorang polisi ternyata juga bisa se-bucin ini. "Sepertinya setelah masa pemulihan Jisoo nanti, juga sudah bisa. Aku akan kembali bekerja seperti biasa. Kembali ke Rumah Sakit. Kemungkinan besar Jisoo hanya dioperasi dua kali. Itu artinya operasi mendatang akan menjadi operasi terakhir untuknya. Aku mengerti. Selama aku menangani Jisoo, Seungkwan sudah terlalu sibuk dengan tugas-tugas yang kuserahkan. Setelah ini tugasku selesai. Seungkwan bisa mengambil cuti beberapa hari untuk istirahat."
Sesekali Seokmin melirik jam digital di atas meja. Masih menunjukkan angka sembilan di bagian depan. Namun tentu, sudah hampir menyentuh angka sepuluh. Tidak terasa, karena ia dan Hansol sama-sama antusias menceritakan orang lain. Ingin mengakhiri sambungan telepon dan mengajak Jisoo istirahat, tapi di sisi lain juga tidak tega. Seokmin tidak mungkin menghancurkan semangat sahabatnya itu begitu saja. Karena itu ia merasa cukup dengan sikap diam, menjadi pendengar yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meow! (✓)
Fanfiction[SEOKSOO GS Fanfiction] Operasi pertama, ekor. Operasi kedua, telinga. Setelah seluruh tahapan operasi dilakukan, apakah Jisoo bisa hidup normal?