19. Manis Yang Asing

1.7K 302 125
                                    

Seokmin tidak pernah merasa sekhawatir ini. Terhadap pasien sebelumnya, tanpa ragu ia memberitahu hasil pemeriksaan meski tahu si pasien atau keluarga yang mendampingi akan terpukul hingga menangis. Ia akan terus bekerja secara profesional, tanpa ikut mencampuradukkan perasaan pribadi. Memberi kejelasan bahwa selalu ada harapan. Tapi sekarang, Seokmin merasa bahwa dirinya sendirilah yang butuh kekuatan. Butuh pendorong dan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tidak akan ada yang bisa menghalangi proses pengobatan Hong Jisoo.

Sesaat sebelum ditinggalkan, Jisoo masih melakukan perlawanan. Gadis itu bahkan tengkurap di atas ranjang begitu Seokmin masuk ke dalam kamarnya. Menutup wajah dengan selimut. Seperti enggan melihat wajah Seokmin, terus berontak begitu disentuh. Rasanya baru beberapa detik lalu Jisoo terlihat manis saat diajak bermain di halaman. Perubahan seratus delapan puluh derajat ini pasti ada penyebabnya.

Kantor polisi yang mengawasi rekaman CCTV di depan rumah Seokmin terletak tidak jauh dari sana. Berkat keberadaan Hansol, semua proses yang harus dilalui untuk melihat rekaman amat cepat dan mudah. Keduanya dipersilakan masuk begitu saja. Bersama seorang polisi yang bertugas di sana, menunjukkan rekaman sesuai jam dan lokasi kejadian. Satu jam lalu.

Seokmin mengenali mobil yang berhenti di sana. Jeonghan keluar dari mobilnya. Hanya di situ. Cukup di situ. Seokmin mengalihkan pandangan. Percuma saja terus diperhatikan. Bagaimana aktivitas di halaman rumah, berada di luar jangkauan kamera.

Mengerti situasi, Hansol menepuk pundak sahabatnya. Menguatkan. Terlihat jelas Seokmin tengah menahan amarahnya. Membuat kepolisian di sana menatap heran. Hansol hanya memberi kode agar ia jangan bertanya. Rahasia pribadi. Privasi. Untung polisi itu tidak mengenali si desainer muda. Wajahnya tertutup oleh kaca mata hitam dan topi.

Seokmin coba merunut seluruh kenangan hingga jauh ke belakang. Kenalan, lalu Jeonghan menyatakan perasaannya untuk pertama kali. Mereka masih di SMA. Seokmin merasa masih banyak hal yang harus ia capai, terlebih cita-citanya untuk menjadi seorang dokter sudah ada di depan mata. Masih samar, tapi Seokmin yakin itu tinggal selangkah lagi.

Bertahun-tahun hanya menjadi teman yang sulit dikatakan akrab, akhirnya Jeonghan kembali memberanikan dirinya menyatakan perasaan di saat Seokmin mengucap sumpah dan diresmikan sebagai dokter. Lagi-lagi tidak serta merta diterima. Jeonghan menunggu lagi. Beberapa bulan setelah mengabdi di salah satu rumah sakit, mereka mendapat kesempatan untuk bicara berdua. Gadis itu hanya bilang, kamu tahu bagaimana sabarnya aku menunggumu. Dan, ya, Seokmin akui itu. Cukup dengan sebuah anggukan kepala, akhirnya mereka resmi menjalin hubungan.

Terlalu lucu. Atau dramatis. Entahlah, Seokmin terkekeh geli mengingatnya. Putaran roda mobil dilajukan.

Hansol tahu masalah pekerjaan dibumbui percintaan terlalu rumit untuk ditelaah mendalam. Pasti membutuhkan waktu dan ketenangan untuk berpikir. Mengerti, karena Hansol sendiri pun sempat mengalami dan benar menyiksa. Karenanya, ia hanya berpesan agar Seokmin tidak mengebut di jalanan. Bicarakan semuanya dengan kepala dingin. Ditinggal tidur dulu, kalau perlu. Membiarkan Seokmin pulang sendiri. Tentang Hansol, jangan dipikirkan. Seluruh kantor polisi adalah rumah kedua baginya.

Akan tetapi, menunda menyelesaikan masalah artinya adalah menunda jadwal operasi Jisoo. Setiap detiknya sangatlah berharga.

Seokmin turun dari mobil lengkap dengan topi dan masker. Beberapa pengunjung butik bahkan tidak mengenalinya. Karyawan mempersilakan. "Apa maumu?" Di sini adalah poinnya. Seokmin akan coba mempertahankan jika kemauan Jeonghan dapat ia penuhi. Dengan catatan, jika.

Jeonghan tersentak di tempat. Di sisi lain, ia merasa senang. Seokmin sungguh jarang datang ke butik kesayangannya. Sungguh berbanding terbalik dengan Jeonghan sendiri yang mungkin sudah puluhan kali bertandang ke Rumah Sakit tempat Seokmin mengabdi seperti dia sendiri-lah yang bekerja di sana. Ini sebuah kemajuan pesat. Dan seperti biasa. Suara halusnya mengalun dengan sangat manis. "Sayang, tumben sekali kamu datang ke sini... Ada apa?"

Meow! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang