4 - Malam Minggu

16 1 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas.

"Lu ngapain disitu?" Tanya Ceisya sewot saat Bimo menunggunya, bertopang dagu di depan mejanya tanpa duduk. Karena posisi bangku Ceisya yang ada di depan.

"Nungguin lu lah. Pake nanya."

Adiba yang masih duduk di bangkunya cuma tersenyum aneh melihat kedua orang di depannya. Ada ada saja menurutnya.

"Kalian mau tau nggak?" Ucap Adiba ke Bimo dan Ceisya.

"Nggak!" Jawab Bimo dan Ceisya barengan.

"Ya ampun. Biasah aja kali. Gue pulang duluan deh. Ngeri sama kalian berdua." Adiba keluar dari kelas.

"Mau makan dulu nggak?" Tawar Bimo sambil merangkul bahu Ceisya. Mereka sudah berjalan hendak keluar kelas.

"Mau." Jawab Ceisya seperti anak kecil.

"Oke. Kita mampir ke rumah bokap gue dulu. Kita makan gratis disana."

"Elah! Gue kira lu mau ngajak ke restoran mana gitu."

"Ngarep ae lu."

Mereka sudah sampai di parkiran. Bimo mulai menaiki motornya. Ia meraba raba saku celana dan bajunya, mencari kunci motor. Namun, ia tidak menemukannya.

"Aish! Kita nggak bisa pulang, Cei."

"Lah. Kok gitu?"

"Kunci motor gue nggak ada. Ketinggalan di laci deh kek nya."

"Ya ambil bego! Ish." Ceisya menampol bahu Bimo.

"Ish! Kok nampol sih? Iya iya. Gue ambil. Lu tunggu sini. Jangan kemana mana. Awas."

"Ya udah cepetan!"

Bimo berlari menuju kelasnya. Begitu masuk kelas, ia segera meraba laci untuk mencari kunci motornya yang mungkin tertinggal disana. Dan benar saja memang ada disana. Ia segera kelaur kelas, namun Bimo sadar sesuatu.

"Loh. Lu kok belum balik sih? Mau ngapain?"

Tata menoleh ke Bimo. "Eng-Nggak ngapa ngapain kok, Bimo."

"Eh, kita belum kenalan ya. Jangan sebut sebut nama gue deh."

"Haishh.. lupain." Lanjut Bimo. "Kalo nggak ngapa ngapain kenapa nggak pulang aja? Di rumah kan bisa bobo kalo emang lu nggak punya kerjaan kek sekarang."

Mendengar itu Tata langsung menunduk ketakutan.

Bimo yang melihat itu segera menyadari ucapannya. "Sorry sorry. Gue kesannya nge-gas ya? Ya udah deh terserah kalo masih mau disini."

Tata menoleh lagi ke Bimo.

"Kenapa?" Tanya Bimo.

"A-Aku cuma nunggu sekolah sepi. Setelah i-itu aku bakal pulang."

Bimo menepuk jidatnya sendiri. Demi apa Tata cuma nunggu sekolah sepi. Semalu itu kah dia menjadi murid baru. Atau di sekolah lama memang dia begitu. "Astaga. Ada alesan lain nggak? Yang kerenan dikit gitu. Misal, lu nunggu kerata lewat disini. Atau apa lah. Ada?"

Tata menggeleng pelan.

"Ya ampun. Alesan lu bener bener... akh! Sulit di jelaskan dengan kata kata. Ayo sekarang gue anter ke depan." Bimo berjalan mendekat ke bangku Tata. Niatnya mau menyeret anak itu keluar dari kelas. Kasihan kalo dia nggak cepat cepat pulang. Mau nunggu sekolah sepi ya nanti, tengah malam.

Tata menggelang cepat. "Bimo duluan aja."

"Hah? Bimo duluan aja?"

Tata mengangguk.

Ceisya-yangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang