10 - Datang Masalah

16 1 0
                                    

"Tujuan saya pagi hari ini mengumpulkan seluruh siswa-siswi kelas 11 adalah untuk memberitahu kalian bahwa pada tanggal 14 Maret besok sekolah kita mengadakan studi tour khusus untuk anak kelas 11,"

"Kemana, pak?"

"Sabar." Ucap wakil kepala sekolah untuk siswa yang memotong pembicaraannya. "Jadi kita akan adakan studi tour ke Bali pada tanggal 14 Maret besok!"

Ceisya yang sedang menyimak wakil kepala sekolah berbicara mengenai anggaran tiba-tiba menoleh kesamping saat dirinya merasa mendengar namanya di panggil oleh seseorang yang baris disamping kanannya.

"Rain?" Kaget Ceisya. Perasaan bukan Rain yang baris disamping kanannya.

"Lu ikut ya?" Pinta Rain agar Ceisya mengikuti studi tour itu.

Ceisya mengangguk dengan senyuman. "Gue ikut kok."

"Ntar kita satu bis. Satu tempat duduk."

"Eh? Kan kita beda kelas. Kita nggak satu bis dong. Gue juga duduk bareng Adiba."

"Kita satu bis, Ceisya. Liat aja. Bahkan kita satu tempat duduk."

Ceisya hanya mengangguk-anggukkan kepala. Entah apa yang akan dilakukan Rain. Lagian dia tidak akan memikirkan hal itu. 3 bulan dari sekarang, terbilang masih cukup lama.

🌬🌬🌬

"Bim, serius lu nggak ikut? Sekali-kali liburan bareng temen-temen satu angkatan elah." Gerutu Sapto yang mulai lelah membujuk Bimo agar ikut studi tour ke Bali Maret besok.

"Serius lu nggak ikut, Bim?" Tanya ulang oleh Adiba yang baru saja datang ke kantin menyusul dua teman-temannya yang ternyata belum memesan apa-apa.

Adiba duduk di depan Bimo dan Sapto. Kemudian Adiba mengangkat tangannya untuk memesan makanan.

"Pak! Batagor tiga sama es tehnya tiga."

"Kok tiga? Katanya lu mau nyusul kita sama Ceisya?" Tanya Sapto. Padahal Bimo juga akan bertanya seperti itu. Alhasil Bimo diam dan menunggu jawaban Adiba.

"Tuh, Ceisya." Tunjuk Adiba pada meja ujung. Sontak Bimo dan Sapto menoleh ke arah dagu Adiba menunjuk.

"Kok bisa?" Tanya Bimo spontan dengan mata membelalak.

Adiba yang melihat ekspresi Bimo rasanya ingin tertawa. Bukan karena muka Bimo yang lucu, tapi karena ekspresi yang tidak biasa yang ia tunjukan saat melihat Ceisya dengan laki-laki lain. Terlebih laki-laki itu adalah Rain. Adiba tahu kalau Bimo bawaannya emosi saat melihat muka Rain dalam segala kondisi. Sekarang Adiba mulai yakin kalau ada sesuatu yang luar biasa di balik kata-kata SAHABAT.

"Jadi gimana? Lu tetep nggak mau ikut?" Goda Adiba yang mulai gemas.

Bimo memicingkan matanya ke Adiba. Ia mulai mencurigai Adiba kalau anak itu sudah tahu sesuatu yang seharusnya ia tidak perlu tahu. "Dib," Panggil Bimo dengan penuh curiga.

"Ung??" Jawab Adiba bersamaan dengan pesanan yang datang. Adiba sama sekali tidak berani melihat wajah Bimo. Bukan karena takut, tapi karena ia sudah tak tahan ingin tertawa kencang saat itu juga.

Adiba menggeser makanan itu untuk Bimo, tapi sama sekali tidak menatap wajahnya. Ia cukup membayangkan saja bagaimana ekspresi Bimo saat ini sudah cukup membuatnya ingin tertawa kepingkal-pingkal.

"Yooo… makan, makan." Ucap Sapto yang sudah siap untuk menyantap.

"Bismillah dulu dong." Ucap Adiba

"Oiya, lupa." Sapto nyengir, lalu berdoa barengan dengan Adiba.

"Dib," Bimo memanggil Adiba dengan penuh curiga lagi di sela-sela saat Adiba sedang makan.

Ceisya-yangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang