5 - Satu Sepeda Berdua

14 1 0
                                    

Ting Tong. Ting Tong Ting Tong.

Ceklek

"Bimo. Lu abis ngapain?" Tanya Ceisya begitu melihat wajah Bimo yang basah dengan keringat.

Bimo mengacungkan tangannya ke Ceisya. Ia menunjukkan jam tangannya yang menunjukkan tepat pukul 08:00.

Melihat Ceisya yang bingung dengan maksudnya, Bimo berkata, "Tepat." Lalu ia tersenyum.

"Ish! Iya iya, lu selalu tepat kalo ada janji sama gue. Tapi lu abis ngapain keringetan kek orang abis mandi gitu?"

Bimo menunjuk ke sampingnya dengan nafas yang masih tidak beraturan. Namun masih menampakkan senyum.

Ceisya menoleh ke arah jari Bimo menunjuk. "Lu naik sepeda kesini? Gila aja lu. Jauh banget, bego!"

"Hosh. Kasih gue minum kek timbang ngomel ngomel nggak penting gitu."

"Aish! Sini sini masuk."

Bimo berjalan di belakang Ceisya. Ceisya berjalan ke dapur. Namun langkah Bimo terhenti saat melihat Ayah Ceisya sedang duduk menikmati kopi di meja makan. Biar Ceisya saja yang mengambilkannya minum. Ia akan menyapa dan basa basi saja dengan Ayahnya Ceisya.

"Pagi, Yah." Sapa Bimo ke Ayah Ceisya. Tentu saja setelah melepas topi yang sedari tadi ia pakai terbalik.

Ayah Ceisya menoleh ke Bimo. "Eh, Bimo." Ia menjabat tangan Bimo yang sedari tadi sudah terulur untuk menyalaminya. "Duduk duduk."

"Sudah lama disini, Bim?" Tanya Ayah Ceisya saat Bimo sudah duduk di dekatnya.

"Baru aja, Yah. Ini ceritanya Bimo mau ngajak Ceisya jalan jalan, Yah, mumpung hari minggu. Hehe. Cuma keliling deket sini aja."

Ayah Ceisya tertawa kecil. "Dasar anak muda."

"Loh, belum jadi jalan kok sudah keringetan, Bim?" Lanjutnya saat melihat Bimo mengantur nafas sambil mengusap keringat di pelipisnya.

"Hehe. Tadi Bimo naik sepeda kesininya, Yah. Ngebut. Lumayan juga."

"Jadi kamu bela belain naik sepeda dari rumah, cuma buat jalan jalan sama Ceisya keliling daerah sini?"

Bimo nyengir malu. "Jadi... Bimo dapet izin apa enggak nih, Yah?"

Ayah Ceisya menghela nafas. Ada ada saja Bimo ini. Menaiki sepeda dengan jarak yang biasa di tempuh 15 menit dengan motor kecepatan 65 km/jam. Itu terbilang sudah cukup jauh "Iya iya. Ayah izinkan. Asal kamu jaga Ceisya baik baik ya, Bim? Jangan sampai pulang keliling, Ceisya malah sedih."

"Sudahku duga. Ayah akan mengatakan hal yang sama." Ucap Bimo dramatis. "Padahal aku sudah berjanji padanya. Kalau aku, akan menjaga putrinya. Dan tidak akan pernah membiarkan air matanya jatuh untuk suatu hal yang bodoh. Yang tidak seharusnya ia tangisi."

Ayah Ceisya tertawa. "Pantas Ceisya kalau cerita soal kamu suka kesel sendiri, Bim. Benar kata Ceisya. Kamu tengil. Dan buat tadi, Ayah cuma wanti wanti ke kamu. Ayah tahu kalau kamu tidak akan pernah lupa dengan janji yang kamu ucapkan sendiri ke Ayah. Bukan begitu?"

"Tentu saja, ---"

"Minum dulu nih." Ucap Ceisya yang sudah menempelkan botol berisi air putih dingin di ceruk leher Bimo.

Bimo menerima botol itu. Ceisya duduk di sebelah Bimo.

"Perhatian banget ya, Yah. Cemburu dong, Yah, sama Bimo." Ucap Bimo ke Ayah Ceisya.

Ceisya-yangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang