6 - Kejadian Samping Sekolah

13 1 0
                                    

"Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pembukaan. Bahwa sesungguhnya kemerdakaan itu..."

Bimo berbalik badan membelakangi pintu gerbang yang tertutup. "Ck. Telat lagi."

Bimo mengacak rambutnya sendiri. Bingung mau tetap masuk atau pulang saja. Kalau pun masuk, mana mungkin bisa lewat gerbang dengan santainya. Yang ada, ada acara ngerayu satpam dulu. Ujung ujungnya BK juga.

Kalau pulang, ada Mamanya di rumah. Bisa di marahin habis habisan.

Sempat terlintas ide untuk pergi ke bar saja. Namun ia tepis ide yang tiba tiba muncul seenaknya itu. Ia sudah tak mau lagi datang ketempat terkutuk itu. Kecuali kalau khilaf.

"Lewat samping nih keknya aman." Gumam Bimo. Ia berniat memasuki sekolah lewat samping sekolahnya. Didalam sana akan sepi kalau sedang ada upacara. Pikirnya.

Bimo memastikan tangga yang ia sandarkan pada dinding sekolah itu kuat. Tangga itu biasah di pakai untuk anak anak yang bolos atau telat masuk sekolah seperti Bimo sekarang ini.

Tangga itu ada dua. Satu di dalam dan satu lagi di luar. Tentu saja mereka yang biasah menggunakannya menaruh tangga itu di tempat paling aman yang mereka pastikan jarang guru dan yang lainnya lihat.

"Iyah." Seru Bimo lirih seraya menyelesaikan anak tangga terakhir. "Ngebantu juga nih tangga."

Bimo berbalik badan. Niatnya mau ke kantin sambil nunggu upacara selesai. Tapi, "Wo!" Bimo benar benar di buat kaget oleh guru BK yang ada di depannya dengan ekpresi siap memberi hukuman.

"Maaf, Bu, maaf. Saya nggak lagi lagi deh. Janji."

"Maaf, maaf! Sudah jam berapa ini, hey?!"

"Ibu kan pake jam tangan. Kenapa musti tanya saya?"

"Kamu ini!!"

"Eh, iya iya, Bu. Saya tau saya telat. Tapi jangan hukum saya dong, Bu. Ya, Ibu Sukma cantik?"

"Jangan rayu rayu saya! Nggak mempan!"

"Buset."

"Kamu saya hukum!"

🌬🌬🌬

"Bu, udah dong, Bu." Bimo memohon mohon pada Bu Sukma. Ia sudah berdiri hormat pada bendera selama 1 jam pelajaran. Dan selama itu, Bu Sukma selalu datang untuk mengeceknya. Bimo jadi susah untuk sekedar istirahat sebentar.

"Kamu ini! Masih saja nawar. Seharusnya kamu bersyukur saya cuma beri kamu hukuman hormat sama bendara selama 2 jam pelajaran."

"Iya iya, Alhamdulillah."

Bu Sukma geleng geleng kepala lalu pergi untuk menggurus yang lain. Ada ada saja anak ini. Ia kira Bimo sudah tobat. Sudah lama ia tidak berurusan dengan BK sejak teman se-geng Bimo pindah sekolah. Eh, sekarang malah terlambat masuk sekolah.

"Hufft..."

"Syut syut! Bimo!"

Bimo merendahkan pandangannya. Mencari siapa sosok yang memanggilnya.

"Eh! Gue disini geblek."

"Lah!" Kaget Bimo melihat Ceisya. Seharusnya ini masih ada pelajaran di kelas. "Lu ngapain?"

Ceisya mengacungkan botol minumnya seraya di goyang goyangkan. "Gue bawa minum buat lu."

"Hah?"

"Ini. Buat lu."

"Sini deketan! Gue nggak denger."

"Aman nggak?"

"Ck! Dibilangin nggak denger juga."

Ceisya-yangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang