32

806 41 2
                                    

1 minggu telah berlalu

Dalam satuminggu ini sikap eca berubah drastis tidak ada lagi eca yang ceria,tidak ada lagi eca yang selalu tersenyum,tidak ada lagi eca yang menghampiri rayan dengan menenteng bekal, tidak ada lagi eca yang berbicara lembut semua itu tidak ada lagi yang ada hanya eca yang pendiam, eca yang berbicara pedas, eca yang kasar entah apa yang membuat eca seperti ini dan jangan lupa dengan rayan yang selalu mempertahankan hubungannya dengan eca tapi selalu ditolak dengan eca dengan berbicara "Ingat rayan eca akan selalu menunggu kata putus dari rayan kalo tidak eca yang akan memutuskan ini semua"

"Kenapa dia semakin menjauh dari gue?"

"Ingat bro, ini yang dulu eca rasaiin" ucap chiko

"Mungkin ini karma buat lu kali" ucap ravin

"Gue nyerah" pasrahnya

"pengecut"

"seterah lu mau bilang apa, cewe sialan itu engga menghargai perjuangan gue" dan melangkahkan kakinya keluar kelas

Sedangkan ditempat eca

"Mau sampai kapan buat rayan berharap sama lu ca?"

"Bukan gue yang nyuruh dia untuk berharap lebih. Gue udah kasih dia pilihan tapi apa yang dia lakukan, jadi jangan pernah salahin gue soal ini"

"Tapi ca dia udah berjuangin lu selama sat---"

"baru satuminggu bukan duatahun jadi jangan lebay"

"Ayo kekantin" ajak vania yang langsung membuat eca bangkit

Eca berjalan menuju kantin dengan aura dingin membuat vania disebelahnya bergedik ngeri

Ditengah koridor eca melihat rayan dengan seorang wanita sejak kapan rayan menjadi playboy entah lah untuk apa eca memikirkan itu semua ia pun melanjutkan jalannya

"Hay kembar" ucap ravin entahlah apa yang sedang dipikiran ravin saat itu

"Sekali ngomong kembar gue cekik lu" ucap vania membuat ravin takut

"Ca gue mohon kembali dengan rayan"

"Hidup dia hancur dan karir dia hancur" lanjutnya

"cuma lu yang bisa mengembalikan itu semua"

"Oh ya tadi gue liat sahabat brengsek lu lagi godain adik kelas tuh" bukannya menjawab tapj ia malah mengalihkan pembicaraan

"Ponsel lu bunyi ca" ucap vania

Saat melihat siapa yang menolopon akhirnya ia menjawab dengan nada lembut. Saat memutuskan sambungan teloponnya vania melihat airmata eca menurun

"Ada apa ca?"

"Aya..hh van"

"Kenapa sama ayah ca?"

"Di..aa ke....cel...akan"

Ucapan eca bagaikan petir untuk vania walupun ayah eca bukan ayahnya tapi ia sudah mengangkap ayah eca sebagai ayahnya

Sesampainya didepan rumah banyak sekali pelayat untuk sekedar memberi bela sungkawa

"Bun.....da" ucap eca dengan suara pelan dan memeluk tubuh sang bunda yang bergetar

Eca berlari kepeti dimana jenazah ayahnya berada

"Ayah" lirih eca saat melihat sang ayah berkujur kaku

"Kenapa ayah tinggalin eca sama bunda? Ayah bohong sama eca"

"Ayah engga mau liat eca sama bunda sedih tapi ayah sendiri yang buat eca sama bunda eca"

"Ayah engga ingin liat putri ayah menikah bangun yah jangan tinggalin eca"

Semua menatap eca dengan pandangan sedih dan kasian

"Ikhlas ca walaupun itu sulit" ucap vania yang sudah didepan jenazah

"Selamat jalan om, walaupun kita baru ketemu tapi saya sudah menganggap om sebagai ayah saya sendiri" ucap vania dengan air mata yang terus mengalir setelah itu ia membawa eca berdiri dibantu oleh bunda eca

"Selamat jalan my heart, cinta dan kasih sayang ini selalu untukmu" guma sang bunda yang masih didengar vania dan eca

Peti sudah tertutup rapat

"Jangan diangkat dulu" ucap eca dan berjalan mendekat kepeti tersebut

"Bila ini jalan yang harus eca jalanin eca siap. Semoga tenang disana, eca sayang ayah melebihi apapun. Sampai berjumpa dilain waktu" ucap eca dan memeluk peti tersebut

1 menit

3 menit

Eca belum juga melepas pelukan itu yang membuat sang bunda mendekat kearahnya

"Tolong anak saya pingsan" ucap sang bunda yang membuat semua pelayat membantunya

********

"Bunda" ucap eca

"Kenapa sayang?" sambil tersenyum

"Eca mimpi buruk bun!"

"Memangnya anak bunda mimpi apa si?"

"eca liat ayah meninggal" jawab eca membuat sang bunda menangis

"Bunda kenapa nangis?"

"Ikhlas sayang" ucap sang bunda sambil mengelus rambut putrinya

"Apa maksud bun? Ayah eca masih hidup, ayah eca engga pergi kan bun?" sang bunda hanya mampu mengelus rambut sang putri yang berada dipelukannya

"Ikut bunda, kamu akan tau jawabannya" ajak sang bunda yang membuat eca mengikutinya saja

"Kenapa rumah kita rame bun?" tanya eca saat ditengah tangga yang dibelas dengan senyum oleh sang bunda

"Hay ca" sapa vania dengan nada pelan

"Baca untuk ayahmu disana"

"Yang kamu bilang dikamar itu bukan mimpi" jawab sang bunda dengan wajah menahan kesedihan

"Ayahmu membutuhkan doa jadi kirim doa buat dia" lanjutnya

Eca menerima yasin tersebut dan membaca bersama sama

*******

5 hari berlalu tapi rasa kehilang masih menyelimuti keluarga eca

Semenjak kepergian sang ayah eca lebih suka menyendiri dikamar walaupun sudah membujuknya tapi tetap saja hasilnya nihil

"Non dibawah ada tamu yang ingin bertemu non eca?"

"Bilang aja ecanya udah tidur mbok"

"Tapi non"

"Eca lagi pengen sendiri mbok"

"Yasudah mbok cuma ingatkan jangan larut dalam kesedihan kasihan tuan diatas ikut sedih liat non eca kaya gini"

"I Miss You Dad" lirihnya sambil menatap cahaya rembulan

#####

051019

VATTENE [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang