Tujuh.

114 6 0
                                    

Agam bukan tipe orang yang gemar berangkat sekolah pada menit-menit terakhir. Dia akan lebih memilih untuk datang ke sekolah 15 sampai 20 menit lebih awal. Alasannya sederhana, kalau-kalau dia lupa mengerjakan tugas, dia akan mengerjakannya di sekolah.

Begitu jam menunjukkan pukul 06.45 dan Naya tak menemukan Agam di bangkunya, Naya tau Agam tidak akan masuk hari ini.

Atau mungkin telat..

Naya mencoba mencari kemungkinan lain.
Sebenarnya, Naya juga tak tau kenapa dia jadi sibuk mencari-cari Agam. Hanya saja, kelas tanpa Agam itu sepi rasanya.

Kelas yang sepi, atau Naya yang kesepian?

Entahlah, Naya pusing memikirkannya.

Paginya sudah dihabiskan dengan menanti kehadiran Agam. Tapi sampai menjelang istirahat, Agam belum juga menunjukan batang hidungnya di sekolah.

Oke, mungkin dia emang ga berangkat.

"Nay.. Mikirin apa si bengong mulu dari tadi."

Naya yang sedang melamun pun tersadar dari lamunannya. Eh-- dia harus jawab apa pada Rara? Tidak mungkinkan dia menjawab kalau seharian ini dia bingung kenapa tak menemukan Agam di manapun?
Buset, bisa mati dia kalau sampai Rara tau itu. "Mikirin matematika, aku belom ngerjain sama sekali tau." Naya memilih berdusta.

"Yaelah.. Santuy ngapa. Biasanya juga nyontek kan."

"Eh anjay." Naya tertawa.

"Sepi ya, Nay." Rara tiba-tiba mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

"Ho'oh."

"Jajan yuk, Nay."

"Deuh gila, bisa ditangkep GDS ntar."

"Gapapa, pengen populer gue."

"Apadah Ra.. Unfaedah."

Obrolan mereka berhenti sampai disana karena guru pelajaran berikutnya sudah memasuki kelas.

Naya bersiap mengikuti pelajaran, mengeluarkan bukunya dari tas lalu menyimpan ponselnya di kolong meja. Belum ada lima belas menit pelajaran itu dimulai, ponsel Naya yang ada dikolong meja bergetar.

Naya diam-diam mengambil ponselnya, berusaha tak menarik perhatian guru yang sedang menerangkan pelajaran di depan sana. Ia melihat ponselnya di bawah meja, sesekali melihat kedepan, kemudian menunduk kembali setelah memastikan sang guru tak memperhatikannya.

Ternyata pesan itu datang dari Agam. Naya mengernyit. Agam tak berangkat sekolah, kenapa mengirim pesan kepadanya?
Pesannya singkat, seperti biasa. Hanya kata 'Nay' begitu saja.

Tanpa pikir panjang Naya membalasnya.

Apa?

Balasannya datang kurang dari sepuluh detik kemudian.

Lagi apa Nay?

Lagi belajar, dong.
Kamu kenapa ga masuk sekolah?

Setelah menjawab pesan Agam itu, Naya kembali memasukkan ponselnya ke kolong meja, tak lupa ia mematikan sambungan data pada ponselnya. Sekarang belajar dulu, Agam bisa nanti.

Baru setelah bel pergantian jam pelajaran berbunyi dan guru yang mengajar kelasnya keluar, Naya mengeluarkan ponselnya kembali. Naya menyalakan data selulernya, sudah banyak notifikasi yang diterima. Salah satunya dari Agam.

Iya nih, aku izin
Ke jakarta

Lucunya, pesan dari Agam bukan hanya satu, tapi Agam sempat men-spam Naya dengan berbagai kosa kata yang bikin Naya tertawa geli.

Naya

Nay

Astatang kemana nih anak

Naaayyy

Ooyyyyy

Oyoy captain

Tega kau fahri off sembarangan

Naya tertawa membacanya. Lumayan lah, pesan dari Agam ini bisa menjadi hiburan dikala stress melanda.

Ngapain ke jakarta?

Sori, tadi ada guru.

Balasannya datang tak sampai sepuluh detik kemudian, bikin jantung Naya goyang sedikit dari tempatnya.

Ada urusan, bentar kok
Besok juga udah masuk lagi
Kamu jan kangen yah

Idihhh.. PD banget:v Siapa juga yang mau kangen sama kamu.

Bener nih ga kangen?

Bener dong.

Yah, sedih:(

Naya terkekeh melihat balasan dari Agam. Tapi karena bingung harus merespon seperti apa, akhirnya Naya membiarkan pesan dari Agam teronggok begitu saja tanpa membalasnya.

Agam itu, satu dari sejuta. Sosoknya tak pernah bisa tergantikan oleh siapapun.

Dia berbeda, dia bisa membuat Naya merasakan dua rasa sekaligus dalam satu waktu.

"Nay!"

Naya menoleh, mendapati Alfa tengah menatapnya.

"Hah? kenapa, Al?"

"Ayok."

"Lah kemana?!"

"Ke Lab Astaga."

"Ohh.. Lah yang lain kemana?!"

"Udah duluan, anjay. Lagian lu ngapain disini sendirian? Untung gue masuk kelas."

"LAH IYA RARA KEMANA?"

"YEEE GAUSAH NGEGAS DONG. TADI GUE PAPASAN SAMA DIA DI DEPAN."

"YA ELU KENAPA IKUTAN NGEGAS."

"Oke, maaf. Tadi gue papasan sama dia, katanya dia duluan."

"Kok dia ga bilang gue?!"

"Elunya gadenger kali. Udah ayok sama gue aja."

"Aisshh. Yaudah ayodah."

Alfa mengulurkan tangannya. Naya menatapnya bingung.
"Apanih?"

"Gandengan, biar sosweet. Hehe" Alfa nyengir.

"Ogah." Naya menepis tangan Alfa.
Alfa? Cemberut tentu saja.





TO BE CONTINUE

AgamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang