Limabelas.

73 5 9
                                    


Malamnya, Naya tak bisa tidur sama sekali. Entah kenapa, dia jadi memikirkan bagaimana reaksi Agam nanti. Padahal seharusnya, itu tidak perlu. Lagi pula, diantara mereka kan tidak ada apa-apa, harusnya Naya merasa biasa saja. Tapi faktanya, perasaan bersalah terus mengganggunya.

Naya sedang duduk dikursi belajarnya. Menghadapi sebuah buku yang terbuka, tapi pikirannya sama sekali tak terarah kesana. Benaknya justru sedang sibuk menimbang apakah ia harus mengirim pesan pada Agam atau tidak.

Naya membuka hp-nya. Dilayarnya tertera bahwa sekarang menunjukkan pukul 21.45, itu artinya Agam sudah pulang dari kafe tempatnya bekerja.

Chat.. jangan..
Chat.. jangan..
Chat.. jangan..

Naya semakin bingung saja. Mau nge-chat, tapi gengsi. Tapi kalo ga nge-chat, dia bisa mati penasaran. Akhirnya dia bangkit dari kursinya, lalu memilih merebahkan diri dikasur. Tadinya mau menenggelamkan diri dalam mimpi, tapi apa daya, matanya tak mau diajak kompromi.

Naya membuka ruang chat obrolannya dengan Agam. Chatnya berhenti pada pagi ini. Agam mengucapkan selamat pagi yang dibalas Naya dengan kalimat yang sama. Setelah itu Agam tidak menghubunginya lagi.

Naya baru akan menekan ikon telepon pada layar ketika tiba-tiba saja hpnya bergetar. Ada satu pesan baru dari Alfa. Naya membukanya.

Alfa

Nay

Apa?

Lagi ngapain?

Ga ngapa-ngapain

Ko belom tidur?

Iya, belom ngantuk

Tidur gih, udah malem

Iya, nanti

Sekarang, Nay

Ini kamu ngusir ceritanya?

Nggak gitu, sayang. Ini udah malem, jangan begadang. Ga baik buat kesehatan.

Naya tersenyum geli, kemudian membalas.

Tapi kamu juga belom tidur.

Aku bentar lagi tidur.

Boong

Beneran, Nay

Naya tidak membalasnya. Atensinya teralihkan ketika dia mendapat pesan yang sejak tadi ditunggunya. Pesan dari Agam tentu saja.

Agam

Nay

Sebenarnya Naya tuh bingung, kenapa orang-orang yang berkirim pesan padanya harus diawali dengan kata 'Nay'? Padahal kan bisa pake 'Naya', gitu.

AgamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang