Delapanbelas.

12 2 0
                                    


Hari ini hari sabtu. Tepat jam istirahat pertama. Naya sedang berada di kelas bersama Rara. Setelah tadi malam bergelut dengan perasaannya sendiri, Naya bisa menyimpulkan satu hal yang sekarang sangat mengganggunya.

Dia merasa berada di tempat yang salah. Dia merasa tidak seharusnya dia berada disana. Tidak seharusnya dia berada diantara Rara dan Agam.

Ya. Naya semalaman hanya memikirkan itu. Memutar ingatan ketika melihat Rara dan Agam yang terlihat sangat dekat. Bagaimana Agam tersenyum dan tertawa ketika bersama Rara, dan bagaimana Rara memandang pada Agam.

Sepertinya Rara menyimpan sesuatu pada Agam, begitu juga sebaliknya. Dan Naya tidak ingin mengganggu mereka.

Entah, mungkin hanya perasaan Naya saja, atau mungkin memang benar begitu adanya?

"Eh tumben bawa bekel, Nay?" Rara bertanya ketika Naya mengeluarkan kotak bekal dari tasnya.

Naya tersenyum, "Iya nih, dibawain ibu. Kamu mau?"

"Mau laahh." Rara dengan semangat menjawab.

Naya memberikan sendok bekalnya pada Rara, yang dengan senang hati diterimanya. Rara menyuap sesendok kedalam mulutnya, sebelum dia mengambil sesendok lagi, tapi kali ini menyodorkannya ke depan mulut Naya.

Naya tertawa, tapi tak urung membuka mulutnya, menerima suapan yang disodorkan Rara. Keduanya kemudian larut dalam tawa. Hingga tak menyadari kedatangan Agam yang sebenarnya sejak tadi sudah memperhatikan mereka.

"Mesra amat, ikutan dong!" Katanya.

Naya dan Rara tertawa.
"Nih, bekelnya Naya. Enak tau." Rara promosi. Naya hanya tersenyum.

"Boleh, Nay?" Agam bertanya yang hanya Naya balas dengan anggukan kepala.

Agam mengambil sendok yang disodorkan Rara, lalu mulai menyendok bekal Naya, dia mencicipinya, kemudian tersenyum lebar.

"Enak banget, Nay!" Agam berkata dengan semangat. Sebelum secara impulsif, dia membawa kotak bekal milik Naya itu. Menawarkannya pada teman-teman yang lain.

Naya diam saja. Senang, karena masakan ibunya dibilang enak. Juga terhibur dengan tingkah semangat Agam.

Awalnya, Agam hanya menawarkan bekal milik Naya itu ke teman laki-laki nya. Sampai akhirnya bekal itu kembali ke meja Naya, yang hanya menyisakan setengah.

Naya memandang Agam yang nyengir lebar. Lalu katanya, "Kenapa ga sekalian sekelas aja ditawarin, Gam?"

Awalnya Naya hanya berniat untuk sarkas, tapi ternyata ditanggapi Agam dengan serius. Dia kembali memutarkan kotak bekal milik Naya itu, menawari kepada setiap orang yang ada dikelas.

Sampai ketika tiba kembali di meja Naya, kotak bekal itu sudah tidak ada isinya. Naya speechless, bingung harus senang atau sedih. Senang, karena teman-temannya menyukai masakan ibunya. Sedih, karena dia hanya sempat mencicipi bekalnya itu sesendok saja.

Naya menghela napas. Kemudian tersenyum. Memandang pada Agam dan Rara yang sekarang sedang berdebat menyalahkan satu sama lain gara-gara bekal Naya yang habis.

Diam-diam dalam hatinya, dia sudah mengambil keputusan.















To be continue..

Hola, sudah lama tidak menyapa.
Baik-baik ya, disana.
Jangan lupa makan, jaga kesehatan.
I loaf U ❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AgamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang