Sebelas.

101 8 2
                                    

Apa yang terlintas di benak Naya ketika Agam menceritakan masalahnya? Naya.. juga bingung. Banyak sekali asumsi-asumsi juga pikiran yang berseliweran memenuhi kepalanya.

Mulai dari rasa kasihan, cemas, khawatir, juga pikiran bagaimana bisa seseorang tega melakukan itu?

"Wah.. kaya sinetron, ya." Itu reaksi Naya saat Agam selesai menceritakan perihal mamanya untuk pertama kali.

Agam hanya tersenyum. Dia bilang, "Sebenernya, hidup aku kayanya lebih sinetron dibanding sinetron itu sendiri."

Naya hanya mengangguk. Bingung harus bereaksi seperti apa. Hingga dia memberanikan diri mengangkat tangan, kemudian menepuk-nepuk kecil bahu Agam. Berusaha menyalurkan sedikit rasa semangatnya.

Mengatakan bahwa dia tidak sendiri di dunia ini. Masih ada Naya yang akan selalu ada disampingnya, apapun yang terjadi.

"Hng.. Aku gabisa bilang semuanya bakal baik-baik aja. Tapi aku bisa pastiin kalo aku akan selalu ada, bareng-bareng sama kamu, nemenin kamu. Till the end of the world."

Agam menoleh pada Naya. Menatap pada kedalaman mata coklat miliknya. Menelusuri tiap jengkal dari wajah gadis dihadapannya. Gadis yang akhir-akhir ini selalu memenuhi kepalanya yang--padahal-- sudah sangat penuh. Gadis yang--entah bagaimana-- menjelma menjadi seorang teman yang amat sangat baik kepadanya.

Seorang teman yang mau menerima keluh kesahnya. Seorang teman yang mau mendengarkannya, dan tak akan pernah menghakiminya.

"Promise me something?" Agam bertanya dengan suara rendah. Membuat suaranya terdengar lebih husky dari biasanya.

"What?"

"Don't go."

Permintaan sederhana tapi mampu membuat Naya terdiam cukup lama. Hingga akhirnya ia hanya mampu tersenyum lalu mengangguk.

Agam menurunkan tangan Naya yang masih bertengger manis di pundaknya. Lalu menggenggamnya hangat.

"Kamu baik banget, Nay." Agam berkata tetapi matanya tak memandang Naya. Ia terlalu pengecut hingga hanya bisa melarikan pandangannya pada tangan Naya yang masih digenggamnya.

"Tau dari mana? Bisa aja aku jahat, kan?" Naya iseng menjawab.

"Nay, kalo kamu jahat, kamu pasti udah sebarin aib-aib aku keseluruh dunia. Tapi sampe sekarang, yang tau masalah aku cuma kamu. Dari situ aja, aku bisa simpulin kalo kamu itu orang baik." Agam menjelaskan dengan sabar.

Naya terdiam, kemudian tersenyum. Membalas genggaman tangan Agam dengan lebih erat.
Mereka masih asik berbagi pandangan ketika tiba-tiba saja, pintu kelas terbuka.





To be continue..






Holaaaa.. pendek banget, aku tau.
Tapi aku gatel banget pengen apdet ini cerita, wkwk
Gapapa lah ya, seadanya dulu.
Ohiya, stay safe yaa kalian semua. Jaga kesehatan ❤️
Oiya juga nih, aku baru sadar ternyata aku nulis cerita ini tuh tanggal 23 januari 2019, dan sekarang udah 05 maret 2020. Udah setahun lebih aja 😭 tapi partnya masih dikit banget:'
Maapin ya:' aku emang males banget:'
Semoga akhir tahun ini, ceritanya bisa tamat. Do'akan yaaaa
See youuuuuu

AgamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang