Empatbelas.

59 7 4
                                    

"Cek.. cek.. 1 2 3.. bisa didengar? Yak, untuk anak-anakku tercinta, berhubung sekarang hari jum'at dan para guru sedang ada rapat, maka pembelajaran dilanjutkan dengan kebersihan bersama."

"Yess...."
"Woooo.... Akhirnyaaaaa.."
"Alhamdulillah.."

"Sekali lagi saya ingatkan, ini kebersihan bersama. Dilarang pulang sebelum kelas kalian bersih! Nanti saya akan cek sendiri kesana! Dan bagi kelas yang masih kotor, akan ada konsekuensi yang ditanggung oleh semua penghuni kelas! Sekarang silahkan dimulai bersih-bersihnya. Terimakasih."

Suara pak Bambang yang terdengar di microphone sekolah sudah hilang, diganti keributan didalam kelas yang mirip pasar kalo lagi weekend.

Seperti kata pak Bambang, hari ini hari jum'at. Biasanya, hari ini hari bebas bagi kelas Naya karena hari ini mereka olahraga. Setelah olahraga dilanjut dengan pelajaran seni budaya, yang mana gurunya tidak terlalu sering masuk kelas. Guru tersebut termasuk guru paling sibuk disekolah, jadi Naya dan teman-temannya seringkali hanya diberi tugas.

Naya mengemasi barang-barangnya. Membersihkan kolong meja dari buku dan novelnya. Begitupun dengan Rara. Beruntungnya mereka, mereka termasuk anak rajin yang selalu membawa pulang buku kerumah. Jadi tidak ada buku dikolong meja, kecuali buku yang mereka bawa hari itu.

"WOE JANGAN KELUAR DULU LO PADA! INI KURSINYA ANGKATIN DULU WOY!" Itu seruan Haidar. Tentu saja, sebagai kapten dalam kelasnya, dia bertanggung jawab secara penuh dengan apa yang teman-temannya lakukan.

Sayangnya, tidak semua teman sekelasnya berbudi pekerti luhur. Ada juga yang kelakuannya seperti setan. Haidar kesal, tapi mau bagaimana lagi? Daripada waktunya habis buat mengurusi orang-orang badung seperti mereka, lebih baik waktunya dimanfaatkan untuk membantu yang lain membersihkan.

"YANG PIKET HARI INI NYAPU SAMA NGEPEL YA! YANG LAINNYA BERSIHIN JENDELA, PAPAN TULIS SAMA DEPAN KELAS SANA!"

"Aduuuhhh iyee Hai, yaampun kaga usah treak-treak!"

"Iyaaa dih kalem dooongg."

"Iya tuuhh. Sakit nih kuping gue."

Protesan teman-temannya tak dihiraukan Haidar. Dia terus bergerak memastikan setiap anggota kelasnya melakukan tugas dengan baik.

Kadang Naya juga bingung, kapten kelasnya itu sebenarnya manusia jenis apa? Kerjaannya kalo ga nge-gass-in orang ya nyuruh-nyuruh.

"Nih, Nay. Lu piket kan?"
Haidar menyodorkan sapu ditangannya pada Naya.

Naya mengangguk, lalu mengambilnya. Hari ini dia piket, funfact nya, dia piket bersama dengan Agam, Rara, Haidar dan Alfa. Kebetulan yang menyenangkan bukan?

Teman-teman sekelasnya sudah pada hijrah keluar, membersihkan kaca juga halaman depan kelas. Naya mulai membersihkan kelas, menyapunya dari bagian belakang. Rara membantunya disisi lain kelas.

Karena dia duduk dibarisan belakang, jadi dia bisa memastikan bangkunya bersih lebih dulu, baru berpindah pada bangku yang lainnya.

Tiba di bangku Alfa, Naya membeku.
Sumpah ya, kalau Naya bisa mendeskripsikan kotornya bangku Alfa ini, dia akan bilang 'Udah kayak bantar gebang.'

"ALFAAAA INI BANGKU KAMU KOTOR BANGET SIH! BERSIHIN DONG!"

Alfa yang sedang mengangkat bangku didepan kelas terkejut sebentar, kemudian dia menyaut.
"Yaudah tinggal bersihin aja."

"DIH GABISA GITULAH. INI KAN BANGKU KAMU, BERSIHIN SENDIRI LAH!"

Alfa yang pusing mendengar Naya terus berteriak akhirnya melangkah mendekat.
"Mana sih?"

AgamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang