Afinitas

13.4K 1.6K 125
                                    

Cecilia Alkana.

Ayahnya dulu adalah salah satu profesor kimia di badan penelitian milik pemerintah. Salah satu pengembang obat untuk diabetes dari Indonesia.

Tapi sejak empat tahun yang lalu Ayahnya itu meninggal karena sakit bawaan.

Ibunya adalah seorang kader partai. Keras dan hampir tidak ada waktu untuk anak-anaknya.

Saudaranya ada dua; dua kakak laki-laki yang juga ikut berkecimpung di dunia politik. Sejak kecil suka berbuat ulah khas anak laki-laki pada umumnya. Sering membuat repot orangtua mereka karena dipanggil sekolah atau protes tetangga.

Tanpa mereka sadari, sifat kelaki-lakian mereka itu ditiru sang adik perempuan.

Cecilia cenderung menolak gendernya sebagai perempuan.
Ia berpenampilan layaknya pria; rambut pendek dan baju-baju maskulin. Tidak mau memakai make up.

Hanya seragam saja yang masih ia tolerir sebagai kodratnya. Ia tetap memakai rok.

Selebihnya, Cecilia punya selera sangat jantan.

Ia menonton konser rock, bahkan yang lebih cadas seperti death-metal dan deathcore. Ia juga suka melakukan moshing di setiap konser bersama kaum adam lainnya.

Bahkan ia menolak dipanggil Cecilia. Nama itu sangat feminim, menurutnya. Dia ingin dipanggil Alka.

Walau nama tersebut mengandung unsur senyawa hidrokarbon.

Kabarnya, dia sudah pindah sekolah dua kali sejak SMA.

Di sekolah pertamanya dengan kasus ikut tawuran sebagai 'inisiasi' siswa baru (padahal inisiasi itu hanya dilakukan oleh siswa cowok).

Di sekolah kedua ia membuat ulah dengan membuat seorang siswi babak belur. Tidak diketahui sebab musababnya.

Cecilia, atau Alka, juga sangat suka menambahkan kata-kata kotor dan makian di akhir kalimat. Ia juga menyukai rokok.

Seperti yang terlihat siang ini di kamar mandi siswi di belakang. Di sekolahnya yang ketiga.

Farah berjengit, sedikit pening karena bau asap rokok memenuhi satu ruangan kamar mandi ketika baru masuk.

Siapa yang nekat ngerokok di kamar mandi putri, sih? Biasanya jika ada siswa merokok, mereka memilih merokok di luar sekolah. Begitu pun yang siswi.

Hukuman di sekolah ini soal merokok lumayan keras.

"Gila, kenceng banget baunya." Celetuk siswi-siswi yang datang bergerombol sambil mengibaskan tangan mereka. Ternyata tidak hanya Farah yang merasakannya.

Seorang lagi keluar dari salah satu bilik sembari menutup hidungnya.

"Yang ngerokok siapa, yang pusing orang lain." Sungut yang lain.

"Seriusan, bego banget. Penyakit woi!"

"Intip, gih, intip!"

"Kalau dia pas boker gimana?"

Farah hanya diam. Ia lebih memilih menuntaskan maksud dan tujuannya.

"Hei, laporin Pak Kamsu, yuk? Gila aja dia ngerokok di sini. Baunya jadi di seragam. Dikiranya kita lagi yang ngerokok."

Ide melaporkan kejadian ini ke pengawas sekolah disetujui siswi yang lain. Biasanya jika sudah masuk laporan Pak Kamsu, akan ditindak cepat oleh Bimbingan Konseling.

Farah tidak tahu bagaimana harus menanggapi toh ia tipe yang tidak mau membuat urusan dengan orang lain.

Farah sedang mencuci tangan ketika bilik di ujung terbuka dengan suara kencang. Farah terkejut.

HelianthusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang