Gilang tampak percaya diri duduk di ruang auditorium yang biasa digunakan untuk rapat besar di Citra Nusa.
Di dekat dinding dekat proyektor untuk presentase, berderet meja panjang yang diisi kepala sekolah, para wakil serta perwakilan yayasan sekolah.
Hari ini diadakan rapat oleh jajaran OSIS, Dewan Siswa, panita tambahan, serta guru terkait acara tahunan yang memang selalu diadakan meriah dan tidak main-main. Bahkan perwakilan yayasan turut hadir untuk menyetujui atau tidak.
Menandakan bahwa rapat ini hampir sepadan dengan rapat para anggota yayasan, pejabat atau pertemuan wali murid.
"Woi." Yahya yang merupakan anggota Dewan Siswa, duduk di kursi peserta yang berderet di dekat kursi Gilang. Gilang mengangguk membalas sapaannya.
Untuk beberapa saat mereka terdiam. Gilang lalu mengobrol bercanda dengan dua teman dekatnya yang juga ikut Dewan Siswa.
"Kayaknya konsepnya OSIS tahun ini bakalan bagus." Gumam Yahya menyahut diantara obrolan Gilang dan gerombolannya "gue pernah lihat sekilas waktu Awang sama Gagas---Ketua Dewan Siswa--- diskusi soal konsep."
Gilang mendengus geli.
Dia menggeleng "gue sih yakin bakal standard banget... Atau ancur malahan."Ucapan Gilang lalu dibarengi kekehan dua orang temannya yang lain.
"Hah?" Yahya bingung.
"Ah nggak apa-apa. Gue cuma skeptis aja." Dia lalu menunjuk ke arah penyimpanan data kecil yang ada di sakunya.
"Tapi tenang aja, kalau konsep mereka kacau, gue bisa bantu. Gue punya proposal yang lebih bagus. Gue udah bilang Gagas, kalau ditolak, gue punya cadangan." Gilang berkata yakin.
Yahya menyipitkan matanya, lalu mengangguk hampir tidak peduli sembari memakan satu piring snack konsumsi yang bertebaran di meja depan. Mengudap dengan santai berbagai jajanan pasar dan kue-kue mungil modern dengan penampilan menggugah.
Bagi anak sekolahan seperti dia, makanan gratis adalah hal yang membahagiakan dan tidak patut disia-siakan.
Gilang tampak lebih bisa mengontrol keinginan menjamah berbagai kudapan.
Antusiasmenya tidak pada hal sepele seperti itu, pikirnya. Ada hal yang lebih bagus untuk dilihat dan dinikmati.
Wajahnya yang bersemangat lalu mulai memuncak ketika akhirnya panitia pensi membuka rapat lima menit kemudian. Jajaran OSIS dan panitia pensi mulai menampilkan berbagai presentase yang formal namun dikemas menarik.
Awang duduk di antara para penyaji. Mengamati temannya menyampaikan materi. Tampaknya kondisinya kemarin tidak banyak berpengaruh.
Dia terlihat seperti biasa, walau sedikit sekali ada pias dalam rautnya. Awang memberikan dukungan kepada temannya di hadapan para peserta dan guru.
Guru-guru dan perwakilan yayasan melihat dengan serius. Beberapa tampak mengangguk setuju.
Oh, itu belum yang utama. Batin Gilang pongah.
Gilang menatap layar besar dengan tajam. Walaupun dia tidak menyabotase pun tampaknya proposal OSIS biasa saja. Bahkan harusnya tidak bakalan lolos seleksi dari Pak Triman, penasihat dan pembina OSIS.
Gilang dapat mendengar kasak-kusuk peserta rapat yang lain mengamini pikiran Gilang. Proposal acara yang itu-itu saja, tidak ada gebrakan, tidak mencerminkan acara sekolah prestisius.
Apa itu? Hanya bazaar dari kelas, pementasan dari berbagai ekstrakurikuler, karnaval sekolah, acara panggung sebagai puncak dengan bintang tamu yang lagi naik daun tapi tidak begitu dikenal luas---sebatas penikmat musik anak muda dan sponsor yang sama dari tahun lalu?

KAMU SEDANG MEMBACA
Helianthus
Teen Fiction© Copyright by Lust Lucifer, June 2019 CERITAKU, OTORITASKU, HAK PREROGATIFKU. -Young Adult/Teen Fiction. But contain 18+. So be wise. -Typo, tidak EYD. -Notice this: plagiarism itu sama dengan mencuri. Jangan jatuhkan martabatmu hanya demi buah kar...