# | Prolog

15.3K 550 95
                                    

"Halooo!"

Nara berjengit kaget mendapati senyum lebar Riska. Sekonyong-konyong dia menolehkan kepala pelan, menatap horor pelaku yang nyaris membuat gendang telinganya bocor.

"Kesambet apaan lo? Otot Alan bikin syaraf lo lumpuh tiba-tiba ya?"

Nara menyikut perut Riska sedikit keras. "Sembarangan!"

Kini keduanya berada di pinggir lapangan utama SMA Gempita. Menatap kagum pada sang pentolan sekolah, sebenarnya hanya Nara saja, Riska ada di sana hanya untuk menemani Nara.

"Alan nggak bosen apa ya ganteng terus?" Nara sibuk memenuhi pikirannya dengan Alan seorang.

"Udah ganteng, manis juga dalam sekali waktu. Anjir, tipe gue banget emang." Nara senyum-senyum sendiri sembari terus menatap Alan.

"Apalagi keringetnya yang netes pelan-pelan, woah!"

Bisa gila Nara lama-lama jika menatap Alan. Baru melihat Alan saja jantungnya serasa kebat-kebit duluan.

Riska menatap sangsi, sahabatnya semenjak masuk SMA Gempita ini memang sedikit aneh. Sudah tergila-gila tingkat akhir dengan sosok yang sekarang latihan menjadi pemimpin upacara di tengah lapangan.

"Nara," panggil Riska pelan.

"Apa?"

"Lo kemarin pingsan 'kan pas upacara bendera?"

Sejurus kemudian Nara menoleh, memfokuskan pandangannya pada Riska. "Kenapa emangnya?"

"Lo tau nggak siapa yang gendong lo ke UKS?"

Dengan pelan Nara menggelengkan kepalanya. "Anak PMR 'kan?"

"Ck! Bukan!"

"Lha? Terus siapa emangnya?"

"Kak Alan."

Bebarengan dengan kalimat Riska. Alan yang menjadi objek pembicaraan tadi berjalan mengarah kepada mereka. Nara panik, jantungnya belum dilatih hari ini, dia belum siap untuk bertemu pujaan hatinya.

Sayangnya, Alan melewati Nara begitu saja. Pupus sudah harapan Nara untuk sedikit cari perhatian. Tanpa sadar Nara mengeratkan kedua tangannya pada leher Riska.

Yang menjadi pusat otak Nara sekarang hanyalah Alan. Pasal pertama, banyak gosip beredar jika Alan itu anti disentuh wanita. Pasal kedua, Alan itu memiliki mulut sepedas cabai di keranjang. Lalu parahnya lagi, pasal pertama tadi membuat berita miring menerpa Alan.

Katanya, dia gay!

Nara jadi merinding sendiri, mengenyahkan bayangan Alan dan tuduhan gay tadi.

Lalu, jika apa yang dibilang Riska tadi benar. Apa yang menjadi motivasi diri Alan menggendong Nara pingsan kemarin?

Apa jangan-jangan dia itu salah satu psycho yang mengincar tubuh Nara untuk dicincang-cincang? Lalu kemudian organ tubuh Nara dijual satu per satu?

Nara ingat, dia memiliki organ tubuh lengkap. Mata dua, lubang hidung dua, telinga dua, dua tangan, dua kaki, punya mulut di bawah hidung. Dan masih banyak organ dalam seperti jantung, hati, paru-paru, ginjal, usus, dan lainnya.

Bagaimana jika memang benar Alan itu psycho?

"Nar," panggil Riska lagi. Suaranya mencicit kali ini.

"Apa?"

"Gue ... terce ... kik."

Eh?

•••

Ditulis : 2 September 2019
Revisi : 30 Juni 2021

'Dari Nara Untuk Alan' [Versi Baru]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang