8. DNUA | Gengsi

3.2K 265 12
                                    

"Gue gabut banget deh, mending beli Tesla apa Audi?"

"Nggak ngotak, Gas."

"Emang lo ada duit?"

"Enggak sih." Bagas terkekeh sendiri dengan ucapannya.

Ketiga orang itu kompak menoyor kepala Bagas lumayan keras. Sekali-kali manusia tidak sadar diri seperti Bagas memang harus dibangunkan dari kehaluan. "Jangan jadiin kepala gue sasaran juga dong bro, udah remuk kemarin dimainin sama si Bonbin."

Omong-omong, Bonbin adalah keponakan Bagas yang kini berusia tiga tahun, anak dari kakak perempuannya. Nama asli anak laki-laki itu adalah Bintang, hanya saja dia memiliki tingkah yang nakal. Makanya Bagas sering mengganti namanya dari Bintang menjadi Bonbin alias Kebon Binatang.

"Gue masih kesel sumpah." 

"Kenapa lagi sih Gas? Bintang lagi?" tanya Askal jengah.

"Emang ada lagi orang yang bisa bikin Bagas stress tingkat tinggi kecuali Bintang?" sahut Bara seraya memutar kursinya menghadap meja Alan dan Askal.

Mereka berempat tengah memanfaatkan dinginnya AC kelas setelah selesai berolahraga. Jadwal pelajaran yang bertepatan pada siang hari membuat pelajaran olahraga mereka kadang terputus. Waktu yang diberikan hanya tiga jam pelajaran, dimulai dari pukul sebelas siang hingga pukul satu lebih empat puluh menit. Itupun terputus dengan istirahat, sholat, dan makan.

Banyak warga kelas yang memilih pergi ke kantin, sebagian lagi ada di mushola sekolah. Dan Alan beserta ketiga temannya baru saja kembali dari menjalankan ibadah sholat dzuhur. Rambut hitam yang sedikit basah sehabis berwudhu membuat aura ketampanan mereka semakin menguar.

"Dikit-dikit nangis, dikit-dikit nangis. Kenapa sih balita itu nggak bisa bersikap dewasa?!" teriak Bagas lelah. "Gue capek ngadepinnya. Apa gue jual Bintang aja ya?"

Definisi normal sudah tidak ada lagi dalam diri Bagas. Hari ini sudah ke sepuluh kalinya lelaki itu bilang ingin menjual keponakannya.

"Kalo gitu, siap-siap aja pulang sekolah lo tinggal nama."

"Lo lupa kalo kakak ipar lo bisa bikin nyawa hibernasi ke surga dalam hitungan detik?"

"Bagas tahan banting, Kal. Nggak mempan kalo gitu doang mah," serobot Alan kemudian.

Lelaki itu tetap menunjukkan sifatnya seperti biasa. Galak mendekati sangar, jika tidak suka, Alan akan mengatakannya langsung di depan. Dia tidak akan pernah bertele-tele dalam berbicara maupun bertindak.

"Tunggu, kok gue ngerasa dari kemarin, Nara nggak gangguin lo lagi ya Lan?" ucap Askal.

Kalimat Askal barusan membuat Bagas dan Bara menoleh kepada Alan. Mereka sudah siap menggoda lagi tetapi batal ketika Alan menaikkan sebelah alisnya dan menggedikkan bahu tanda tak mengerti.

"Bagus deh. Udah sadar kali itu anak," ujar Alan ketus. "Ngapain sih bahas dia segala? Bikin mood orang rusak aja bisanya."

"Hati-hati sama omongan lo, Lan. Siapa tau ntar lo suka beneran sama dia. Karma itu nyata." Askal mulai menasehati Alan. Baginya, gadis seperti Nara tidak patut untuk disia-siakan.

'Dari Nara Untuk Alan' [Versi Baru]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang