14. DNUA | Kromulen

2.9K 241 18
                                    

Dalam heningnya malam ini, waktu mulai berputar lambat. Kekosongan mengisi pikiran Nara untuk beberapa saat. Lelaki yang hampir dua tahun ini dia perjuangan, ternyata sudah menemukan seseorang yang berhasil memenangkan hatinya.

Bagaimana rasanya, ketika orang yang disukai ternyata sudah memiliki tambatan hati tetapi tidak dipublikasikan?

Sakit? Sudah pasti.

"Bercanda kamu keterlaluan, nggak lucu, Alan," balas Nara seraya tertawa garing.

Tolong, siapapun ceritakan pada Nara jika ini hanyalah sebuah skenario buatan Alan untuk menjauhkan Nara darinya.

"Gue serius."

Tawa Nara lenyap seketika, tergantikan dengan matanya yang mulai mengabur tertutup bulir-bulir air mata. "Siapa orangnya?"

"Gue nggak bakal kasih tahu karena ini hal privasi, yang perlu lo lakuin, lo nggak usah ngejar-ngejar gue lagi. Gue nggak mau bikin cewek yang gue suka cemburu, dan salah paham karena lo selalu nempelin gue kemana pun."

"Kamu picik, Alan. Cara main kamu halus. Harusnya kamu bilang gini dari dulu, sebelum rasa yang ada ini jatuh terlalu dalam!!" teriak Nara menggebu dengan kedua tangan yang memukuli dada Alan.

Alan nyaris dibuat kewalahan dengan pukulan tangan Nara di dadanya. Bahkan, jas yang dia sampirkan di tubuh gadis itu juga terlepas. Semua tidak sebanding dengan hati Nara yang sudah Alan hancurkan.

Rusak sudah, kini kepingan rasa patah hati itu hadir.

Menanggapi Nara yang sibuk memukuli dadanya, Alan langsung menangkap kedua tangan gadis itu dan beralih mendekapnya. Tenaga Nara terkuras habis, untuk menangis dengan suara saja dia tidak bisa. Semua terlalu tiba-tiba bagi Nara.

Alan selalu menjadi tokoh favorit dalam setiap sudut cerita kehidupan Nara. Lelaki pemilik senyum manis yang sayangnya tidak pernah dia tunjukkan, dan cenderung bersikap kasar dengan wajah garang.

"Suatu saat," lontar Nara dengan susah payah. Alan memasang telinga baik-baik untuk mendengarkan segala keluh kesah Nara tentang dirinya kali ini.

Seraya mengelus punggung Nara, Alan mulai membenahkan jas tadi untuk menutupi pundak Nara yang terbuka. Apalagi dengan model rambut gadis itu yang disanggul tinggi-tinggi.

"Aku bakalan natap mata kamu, tanpa adanya sebuah harap lagi." Jantung Nara seakan diremat tanpa aba-aba. Tak lupa juga dengan kondisi kaos hitam yang Alan kenakan, habis basah ditimpa air mata penuh luka milik Nara.

"Gadis itu istimewa ya. Dia bisa menangin hati kamu dengan begitu mudahnya. Berbanding terbalik dengan aku yang susah-susah perjuangin kamu selama ini."

Entah perasaan Nara saja atau memang itu fakta adanya. Dekapan Alan terasa semakin erat, membuat Nara bisa merasakan sesak yang lebih daripada tadi.

"Aku nggak perlu ketemu kamu dengan nyiapin pakaian terbaik. Karena aku tahu, aku orang nggak punya. Mau ketemu kamu pun, aku berusaha untuk bisa sepadan supaya kamu nggak malu. Sekarang, aku nggak perlu lakuin itu lagi."

Embusan napas putus-putus Alan rasakan ketika Nara menarik napas. Untung saja, tempat mereka berdiri sekarang tidak ramai dihuni orang. Alan melindungi wajah sembab Nara dari pandangan orang lain. Biarlah kaos hitam yang dia gunakan sekarang ini basah, asalkan Nara tidak mendapati pandangan miring dari orang di sana.

"Lan ... siapa orangnya?" bisik Nara nyaris tanpa suara.

Jika dulu, Nara pasti akan sangat senang saat berada dalam dekapan Alan. Tapi sekarang berbeda, perkataan Alan tadi membuat nyali Nara untuk tetap mencintai lelaki itu menciut.

'Dari Nara Untuk Alan' [Versi Baru]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang