4. DNUA | Sahabat?

3.6K 311 20
                                    

Argenara Prianita, gadis ini sungguh menyebalkan bagi Alan. Memikirkannya saja, bisa membuat otak Alan meradang. Dia tidak pernah habis pikir, dahulu waktu ibunya mengandung Nara, beliau mengidam apa?

Beberapa kali Alan sempat terheran. Bisa-bisanya gadis aneh bin langka muncul di permukaan bumi. Apalagi di hadapan Alan setiap hari. Hari-hari Alan yang dulu tenang dan damai sekarang hilang. Semua karena Nara, gadis itu datang di kehidupannya tanpa pernah diundang sekalipun.

"ALAAAAN!!!"

Baru saja dibicarakan, kalian tahu yang namanya cenayang? Nara ini mungkin ratunya. Dia bisa muncul kapan dan di mana saja tanpa bisa ditebak.

Teriakannya menggelegar di sepanjang koridor kelas sepuluh. Banyak adik kelas yang menatap posisi Alan sekarang. Dan yang dilakukan Alan hanya pasrah, dia memejamkan mata menahan kesal akibat ulah Nara itu.

Kapan akan tiba masa Nara tersadar jika Alan sama sekali tidak menyukainya?

Sepertinya mustahil, sekarang Nara menghadang langkah Alan. Lagi dan lagi Alan harus bersitatap dengan wajah tanpa dosanya itu.

"Kamu mau kemana sekarang?"

"Bukan ... urusan ... lo!" katanya penuh penekanan.

"Iya kemarin, tapi sekarang jadi urusan aku."

Ini yang terkadang bikin Alan merasa kesal lebih dulu sebelum melihat wajah Nara. Pacar bukan, saudara juga bukan, sibuk sekali mencampuri kehidupan pribadinya.

"Lo bukan siapa-siapa gue Nara. Jadi stop ikut campur urusan gue!" ketusnya.

"Sampai kapan pun, gue nggak bakalan bisa suka sama lo! Lo paham nggak sih?!"

Tangan Alan rasanya gatal ingin mencakar wajah Nara, dia gemas sendiri karena sampai sekarang Nara tidak juga memahaminya.

"Jangan suka gitu, nanti kemakan omongannya sendiri baru tahu rasa. Lagian kenapa sih kamu segitunya nggak suka sama aku?"

Masih saja bertanya, namanya rasa tidak suka ya tidak bisa dipaksakan. Segala sesuatu yang dipaksakan akan berakhir tidak baik. Dimulai dari menginjakkan kaki di sekolah hingga pulang ke rumah, Nara akan menyempatkan diri menganggu Alan. Ingin rasanya Alan punya kekuatan yang yang bisa menghilangkan Nara, atau kalau tidak begitu, dia saja yang mempunyai kekuatan hilang sewaktu-waktu. Rasanya, dia ingin menyerah melihat wajah Nara setiap hari.

"Aku cantik, aku juga pinter walaupun nggak pake amat."

Taraf rasa kepercayaan diri Nara sudah melebihi jarak bumi ke bulan. Mungkin orang-orang harus mencontohnya agar tidak mudah terserang rasa insecure.

"Gue udah bilang berapa kali sih sama lo? Gue nggak bakalan dan nggak akan pernah bisa suka sama lo!"

Tidak ada balasan, Nara hanya diam menatap dalam mata Alan.

"Apa lo nggak bisa memahami kata-kata gue? Kalo emang lo nggak paham, gue ulangin sekali lagi. Gue nggak bakalan bisa, suka sama lo Argenara."

Alan mengatakan kalimat tadi dengan menunjuk-nunjuk tepat pada wajah Nara, dia sempat terdiam untuk beberapa saat. Hingga Alan berjalan melewatinya pun, Nara tidak lagi mengejarnya.

'Dari Nara Untuk Alan' [Versi Baru]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang