1. DNUA | Bendera Jepang

6.2K 403 83
                                    


"Lo udah makan?"

Lelaki yang memiliki mata sipit itu menoleh. "Kenapa emangnya?"

Alan mengedikkan dagu menyuruh Bara menatap ke atas mejanya. XII MIPA 1, kelas tempat Alan dan ketiga temannya mengampu pelajaran.

"Kalo lo nggak mau sih nggak papa, gue bisa buang itu nanti."

"Heh! Lo mau buang-buang makanan? Seenggaknya kalo lo nggak mau makan ini, kasih ke orang yang lebih butuh. Di luar sana masih banyak orang yang kelaparan karena nggak sanggup beli makan, lo udah dikasih hidup enak bukannya bersyukur malah mau buang-buang makanan."

Telinga Alan rasanya sudah berdengung mendengar petuah Askal. Lelaki itu hobi sekali menceramahinya. Bahkan hampir setiap hari, serasa tidak pernah lepas dari petuah-petuah Askal.

"Gue nggak minta dia naruh makanan di meja gue. Kalo lo bertiga nggak mau yaudah sih, repot banget."

Ketiga temannya, Askal, Bara, dan Bagas hanya menggeleng pasrah. "Lo nggak kasihan sama Nara yang pagi-pagi udah rela buatin lo bekal?"

Alan mendengus, gadis itu lagi yang menjadi pokok pembicaraan. "Nggak ada bahasan lain apa?"

Sementara di luar kelas, langkah kaki Nara mulai melambat ketika hampir menyentuh pintu kelas Alan. Dia memegang dadanya yang bergemuruh. Detak jantung Nara pasti akan naik turun ritmenya setiap kali berada dalam jarak dekat dengan Alan.

"Lo semua tau sendirikan gue nggak suka cewek kaya dia?"

Sayup-sayup suara Alan menggema memenuhi indra pendengaran Nara.

"Mungkin belum, Lan. Nara kayaknya cewek baik-baik. Coba lo buka hati sedikit aja buat Nara." Itu suara teman Alan, jika Nara tidak salah ingat, namanya Bagas.

"Apanya yang harus dicoba? Gue paling benci sama cewek murahan."

"Mulut lo kasar banget, Lan," komentar Bara.

Nara merasa seperti ada yang meremat jantungnya. Dia tidak boleh mundur, sudah sampai di tahap sekarang berarti perjuangan Nara sudah panjang. Hampir dua tahun ini dia memperjuangkan lelaki pemilik nama lengkap Alano Geraldion itu.

Niatnya untuk mengambil kotak makan jadi terhambat. Nara masih bergeming di samping pintu kelas Alan.

"Orang seperti Nara, nggak akan pernah gue biarin masuk ke dalam hidup gue. Sekalipun."

"Udah-udah, malah jadi panjang gini bahasannya. Sini Lan, biar bekalnya Nara gue lagi aja yang makan."

Lagi?

Itu berarti selama ini bekal yang Nara beri bukan Alan yang makan? Melainkan teman-temannya?

"Terserah, intinya gue nggak mau makan makanan dari dia. Gue risi."

Pantas saja, selama ini teman-teman Alan yang selalu memberikan kotak makan Nara yang sudah kosong. Entah itu Askal, Bara, ataupun Bagas.

Bunyi meja yang berderit terdengar kemudian. Disusul langkah kaki menuju luar kelas. "Mau kemana lo?"

"Toilet."

'Dari Nara Untuk Alan' [Versi Baru]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang