Kecopetan Gelang

8 0 0
                                    

Malam ini udaranya terasa begitu panas, entah mau turun hujan aku juga tidak tau. Bahkan sehabis mandi pun tetap terasa gerah, keringat masih bercucuran ditubuhku.

Aku sengaja duduk lesehan sambil menikmati sejuknya kipas angin di kamarku, yang sejenak membuatku lupa akan gerahnya keadaan.

"Tok tok tok..." terdengar bunyi pintu diketok dari luar.

"Siapa...?" tanyaku yang masih sambil menikmati derasnya kipas angin.

"Ainaaa..." jawab Kak Aina.

"Ooh masuk kak, gak dikunci," jawabku sekenanya.

Kak Aina pun masuk dan berdiri di depan pintu kamarku.

"Maya kakak bisa minta tolong gak?" tanya kak Aina penuh pengharapan.

"Minta tolong apa kak?" tanyaku mengerutkan kening.

"Temenin Kakak jalan-jalan cari makan yuk! Kakak malam ini rasanya pengen makan diluar," pinta Kak Aina.

Ya ampuuunn dikira minta tolong apa, atau ada sesuatu yang darurat gitu. Eh ternyata cuma minta tolong temenin cari makan, untung gak cari pacar...gumamku dalam hati seraya nyengir dengan senyum dikulum.

"Mayaaa...!" panggil Kak Aina heran, ditanya malah bengong.

"Oh iya kak, bisa kok, bentar yaa Maya ganti baju dulu. Nanti kalaunya udah siap Maya ke kamar Kak Aina." Jawabku antusias.

"Ok...kamu tenang ajaa...mumpung masih tanggal muda, kamu dapat traktiran kok," ucap Kak Aina senang.

"Waah beneran Kak...!" tanyaku seolah tak percaya dengan mata berbinar.

"Ngapain bohong, gak ada untungnya juga," balas kak Aina.

🍒🍒🍒

Malam setelah shalat isya aku pun berangkat dibonceng Kak Aina, setelah dibawa jalan kegerahan yang tadi kurasakan tiba-tiba menghilang entah ke mana, berganti dengan sejuknya hawa malam di jalan yang kami telusuri. Karena tempat makan langganan Kak Aina cukup memakan waktu jadi perjalanan pun cukup lama kurang lebih sekitar 20 menitan.

Namun sesuatu yang tidak pernah kuduga sebelumnya, ditengah perjalanan kami di sapa dua orang laki-laki yang juga berboncengan. Sedang menatap liar ke arah kami berdua, aku pun mulai merasakan takut dan panik luar biasa. Sempat aku berbisik pada Kak Aina untuk memacu kecepatan lebih cepat lagi agar terhindar dari dua laki-laki misterius itu.

Namun motor itu terus mengimbangi arah kecepatan kami, seakan tau kami menghindarinya dan tidak ingin kehilangan jejak kami berdua.

"Ya Allah...tolong kami, jangan sampai terjadi apa-apa," do'aku dalam hati. Sementara tubuhku mulai bergetar panas dingin menahan ketakutan yang teramat sangat.




Gimana ceritanya tegang gak atau biasa-biasa aja? maaf kalau aura ketegangannya gak dapat, karena disini aku masih belajar juga.

Jangan lupa tinggalkan jejak pada cerita ini, agar aku lebih semangat lanjutin ceritanya, ok..😊

Sampai ketemu lagi di kelanjutannya yang lebih menegangkan...

Suka Duka Di KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang