Nasi Kuning Langganan 2

4 0 0
                                    

Setelah cuma bisa meneguk ludah saat Siska berlalu dengan semangkok bubur ayam hangat yang masih mengepulkan asap, kini aku masih setia menunggu Paman nasning yang belum muncul keberadaannya.

Dihati sebenarnya ragu apakah Paman masih ada harapan lewat atau malah nasningnya sudah habis tak bersisa. Apakah aku sarapan telor ceplok saja yang kebetulan masih sisa satu. Mana jam 9 pagi nanti ada kuliah lagi. Baiklah aku tunggu lima menit lagi, kalau memang ada rezeki takkan kemana. Pikirku terus menghibur diri.

Lima menit pun berlalu bahkan sudah mencapai delapan menit. Aku pun sepertinya sudah pasrah dan menyerah, coba saja kalau tau dari tadi aku tidak akan menunggu selama ini.

Kini aku pun bangkit dari dudukku dan berdiri, sepertinya memang hari ini bukan rezekiku makan nasning favoritku itu. Aku pun melangkah gontai dengan hati yang risau, perut pun kian keroncongan.

Tiba-tiba setelah beberapa langkah mau menuju pintu masuk kost, suara klapson kendaraan roda dua mengejutkanku. Jantungku pun hampir copot dibuatnya.

"Tiiiitt...titiiiiitt..."

Sepertinya aku hapal betul suara klapson kendaraaan itu, begitu familiar ditelingaku. Lalu aku pun menolehkan kepala ke belakang.

Ooh ternyata Paman nasning sudah bertengger di depan pelataran kost ku, dengan cepat aku pun berlari kecil menghampiri. Wah rezeki memang tidak kemana, gumamku ceria.

"Maaf Mbak tadi saya mengantarkan pesanan dulu ke gang Mawar sama gang Anggrek. Kebetulan mereka hari ini sama-sama pesan nasi kuning buat maju sidang skripsi" jelas Paman nasning ramah.

"Ooh...pantesan Paman dari tadi ditungguin gak kelihatan. Terus pagi tadi apa Paman masih keliling?" tanyaku penasaran. Karena perasaan tidak terdengar teriakan lantang menggelegar suara khas Paman menjajakan dagangannya.

"Jualan sich Mbak, tapi cuma sebentar. Hari ini jualannya cuma 20 bungkus aja," jawab Paman sembari memeriksa sesuatu di dalam kantong plastik hitam besar.

"Apa!  terus berarti habis dong nasningnya?" tanyaku yang reflek wajahku yang asalnya berbinar berubah jadi muram.

Melihat perubahan wajahku Paman nasning tertawa kecil.

"Tenaaang untuk Mbak saya ada sisakan sebungkus nasning tapi cuma ada lauk hati aja mau?" tanya Pamannya ragu.

"Ya maulah Paman, kan menu hati menu favoritku!" sahutku cepat takut Paman berubah pikiran.

"Ya udah ini..." ucap Paman sambil menyerahkan sebungkus nasning padaku.

"Ini uangnya Man," ucapku dengan wajah yang kembali berbinar senang sambil menyerahkan uang pada Paman.

"Gak usah Mbak, kali ini gratis dech buat Mbak. Karena Mbak langganan nasi kuning saya yang paling setia, jarang-jarang lho seperti Mbak ada yang beli nasi kuning sampai dua minggu lebih berturut-turut," ucap Paman bangga.

"Waduh berarti Paman hapal dong saya yang paling sering beli nasi kuning Paman?" tanyaku sembari tertawa geli.

"Ya iyalah hapal, kan Mbak yang sering beli tiap hari," sahut Paman yang juga sambil tertawa.

"Wah berarti saya memang pemecah rekor dong mampu makan nasi kuning tiap pagi selama dua minggu lebih berturut-turut," ucapku lagi sambil tertawa konyol.

Sejenak kami pun tertawa menertawakan kenekatanku yang langka tidak bosan makan nasi kuning selama dua minggu berturut-turut. Setelah tawaku mulai mereda, aku pun kembali berbincang dengan Paman.

"O ya terima kasih banyak ya Paman udah dapat gratisannya!" ucapku ramah pada Paman.

"Ya sama-sama Mbak, jangan bosan-bosan ya beli nasningnya Paman!" ucap Paman pun dengan ramah.

"Ya pastilah Paman, buktinya saya jadi pemecah rekor," sahutku sembari tersenyum.

Setelah berbincang-bincang sebentar aku pun pamit mau masuk ke kost tidak sabar ingin segera menyantap nasning menu hati favoritku.

Aku pun berlalu dan masuk ke kamar kostku dengan santai dengan perasaan tenang dan lega. Tidak sia-sia penantianku selama hampir kurang lebih satu jam.

"Aaaaaagggggghhhh..."

Tiba-tiba aku kaget setengah hidup, jam sudah menunjukkan pukul 08.45 itu berarti 15 menit lagi ada kelas, aku tidak sempat makan nasning favoritkuuu...

Rupanya jam tangan yang sengaja kupasang di pergelangan tanganku buat berjaga-jaga kalau aku larut menunggu, ternyata telat 20 menit. Aku pun baru menyadarinya setelah melihat jam dinding di kamarku.

Akhirnya aku bergegas berganti baju untuk ke kampus, berdandan seadanya serta memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas selempanganku yang parahnya tadi belum aku siapkan, yang kini dengan terburu-buru aku melihat jadwal sambil mengambil buku-buku untuk dimasukkan ke dalam tas. Semoga saja tidak ada yang ketinggalan, disaat genting seperti ini aku selalu saja menyesali kenapa aku terlalu santai. Seandainya aku bisa menyiapkannya lebih awal tentu tidak memakan waktu seperti ini. Dasar aku!!!

Untung sudah mandi, setelah semuanya dirasa sudah siap, aku tergopoh-gopoh membuka pintu kamarku dan menguncinya. Tak lupa sebungkus nasning tadi aku masukkan juga kedalam tas, disaat istirahat tiba tinggal dilahap saja tuch nasning. Lalu untuk mempersingkat waktu aku berlari-lari kecil sepanjang jalan, tidak kuperdulikan lagi tatapan-tatapan orang di gangku yang kurasa memperhatikanku. Yang terpenting bagiku sampai secepatnya di kelas dan tidak terlambat walaupun nafas ini kian memburu lelah.




Gimana ceritanya seru gak??? nantikan cerita selanjutnya ya dengan tema yang berbeda, jangan lupa tinggalkan jejaknya..😊





Suka Duka Di KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang