Chapter 2

793 102 4
                                    

"Sohyun, sudah kukatakan berulang kali bukan? Sebaiknya kau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi agar aku bisa membela dan membuatmu merasa lebih baik saat berada disekolah. Kalau kau begini terus, kau bisa tertekan. Apalagi ini sudah masa akhir sekolah, sebentar lagi kau harus menghadapi ujian kelulusan dan berusaha masuk ke universitas yang baik bukan? Jangan membebani dirimu sendiri, tidak ada salahnya untuk bercerita padaku." Ujar guru yang merupakan wali kelasku.

Aku sedari tadi berusaha mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan tidak ada perlu yang dikhawatirkan walaupun kenyataannya tidak. Tapi guruku kali ini sudah sangat curiga dan tidak bisa membiarkan apa yang terjadi padaku selama ini.

"Seokjin ssaem, sungguh aku baik-baik saja. Tidak ada yang terjadi padaku. Semua teman-teman memperlakukanku dengan baik." Jelasku untuk yang kesekian kali.

Miris sekali kau Sohyun harus mengatakan kebohongan seperti ini.

"Teman? Katakan siapa temanmu." Ujar Seokjin ssaem sambil melipat kedua tangan didepan dada. Kedua matanya menyipit sembari menatap mataku seolah sedang menyelidik seorang kriminal. "It-...itu.. temanku-"

"Tidak ada. Kau tidak punya teman. Aku tahu itu." Potongnya dengan lugas.

Aku tertohok akan kata-katanya. Seakan tertampar dan aku tidak bisa mengelak dengan mencari celah untuk berbohong lagi. Aku takut. Tapi aku berusaha untuk menyembunyikannya. Bertahan sampai lulus tidak ada salahnya. Aku hanya harus tidak terlibat masalah lain lagi dan membiarkan mereka memainkanku sepuasnya. Hanya itu.

"Lihat wajahmu. Sudut bibirmu terluka. Kau tidak bisa mengelak kalau itu luka terjatuh atau semacamnya. Itu luka bekas tamparan Shin Sohyun, aku sangat mengetahui itu dan sebaiknya kau bilang padaku pelakunya, tidak perlu takut aku akan melindungimu." Sambung Seokjin ssaem.

Fakta bahwa ia masih muda dan paras tampannya sungguh membuatku tambah mengaguminya. Sikapnya yang ramah juga suka berbaur dan bercanda dengan murid layaknya teman membuat siapa saja merasa ia hanyalah seorang kakak disini.

Rasanya sangat ingin menceritakan segala perbuatan mereka padaku, tapi aku merasa akan sia-sia dan tidak ada gunanya. Walaupun ia sudah berusaha sebaik mungkin untuk melindungiku, tapi tetap saja kurasa akhir dari ini tidak menghasilkan yang baik bagiku.

"Ssaem, terima kasih atas tawarannya. Tapi, kurasa aku bisa mengatasinya sendiri." Jawabku berusaha terlihat meyakinkan.

"wahh aku bisa gila kalau begini. Yang satu memintaku untuk melindunginya dan yang satu lagi mati-matian berusaha menangani masalahnya sendiri. Kalian berdua sangat membingungkan." Ujar Seokjin ssaem seraya memijit pangkal hidungnya.

Aku mengeryitkan dahiku. Lantas aku dibuat bingung dengan apa yang dikatakan Seokjin ssaem. Aku berusaha menerka-nerka. Jadi seseorang melaporkan masalah tentangku setelah hampir 3 tahun lamanya? Ada rasa terima kasih yang tersisipkan dibenakku akan rasa pedulinya terhadapku.

Tapi kemana saja orang itu baru melaporkannya sekarang?!

"uhmm.. apakah seseorang melaporkan tentang masalahku padamu ssaem?" tanyaku penasaran.

"jadi sekarang kau mengakui kau mempunyai masalah setelah mati-matian kau mengatakan padaku bahwa kau baik-baik saja Shin Sohyun-ssi?"

Ahh tertangkap lagi.

"Baiklah. Sebaiknya kau pulang dahulu ini sudah mau malam. Kita akan membicarakannya lain kali dan kuharap kau bisa terbuka padaku." Sambungnya lagi.

Aku hanya mengangguk dan pamit untuk segera pulang. Aku bisa melihat wajahnya sedikit tertekan karena kesal aku tidak mau menceritakan masalahku. Tetapi perasaanku sedikit lega setidaknya memang ada orang yang diam-diam peduli padaku selama ini.

Dalam perjalanan pulang, aku memutuskan untuk mampir ke mini market dan membeli es krim cokelat kesukaanku. Sampai di halte bus, aku melihat seorang pemuda duduk seraya memainkan ponsel dan earphone terpasang pada telinga. Kepalanya mengangguk-angguk seolah mengikuti irama yang sedang berdentum ditelinganya.

Kim Jungkook. Pemuda ini baru pulang juga ternyata. Aku sedikit ragu untuk melangkah mengingat dia mendapatiku sedang menatap kearahnya tadi dikelas. Tapi, tak ada pilihan lain maka aku berusaha menepis pikiran yang mengganggu lalu duduk disampingnya sembari menunggu bus datang. Ia terlihat tak terganggu dengan kehadiranku dan tetap fokus berkutat dengan ponselnya.

Duduk disampingnya seperti ini saja membuat jantungku serasa ingin keluar dari tempatnya. Jarang sekali aku bisa sedekat ini dengannya walaupun kami satu kelas. "Apa kau menaiki bus yang sama denganku ?" tanyanya tiba-tiba memecah keheningan. Aku terkejut dan menatapnya yang bertanya tanpa ia mengalihkan pandangan dari ponsel.

"Ak-aku menaiki bus 6103." Jawabku gugup.

"Sama kalau begitu. Tapi kenapa kau tidak pernah naik bus yang sama denganku?"

"Aku.. selalu pulang tepat waktu. Jadi ini pertama kali aku pulang larut"

"Ahh benar juga. Aku yang selalu pulang larut malam karena kegiatan klub. "

Aku hanya tersenyum kepadanya. Dan keheningan kembali melanda diantara kami.

Canggung sekali.

"Kau tidak banyak berbicara disekolah." Kali ini ia berbicara dengan menatapku dan menaruh ponsel juga melepas earphone yang terpasang pada telinganya disaku celana. Aku salah tingkah sendiri dibuatnya karena tidak pernah terlibat percakapan dengan orang selama ini. kecuali dengan guru dan orang dirumah tentunya.

"Be-begitulah. Kau tahu aku tidak mempunyai teman untuk diajak berbicara."

"Kalau begitu kau bisa mengajakku berbicara disekolah."

Mendadak aku merasa bodoh dan tidak bisa berpikir jernih. Apakah karena aku sudah lama tidak bersosialisasi dengan seseorang hingga rasanya sangat asing dan mendebarkan seperti ini? aku tidak tahu lagi.

"aku.. entahlah aku tidak tahu. aku merasa lebih baik banyak diam."

"Sayang sekali. Kalau saja kau berani sedikit, aku pikir kau bisa menjadi populer juga. Khususnya dikalangan pria tentu saja."

"Apa maksudmu? Tentu saja itu hal mustahil. Mereka membenciku."

"Apa yang membuat mereka membencimu? Tidak ada alasan untuk mereka membencimu. Asal kau tahu, kau itu sangat cantik. Beberapa temanku bahkan sering membicarakanmu."

Jungkook mengulas senyum manis diwajahnya seraya menatap mataku lekat. Rasanya sangat panas di tengah musim dingin yang sebentar lagi berakhir. Kurasa wajahku sudah seperti udang rebus sekarang karena menahan malu. Aku tak tahu harus menjawab apa atas pernyataannya. Ia terkekeh melihatku salah tingkah.

Ohh Shin Sohyun sadarlah!

"Shin Sohyun-ssi?" tanyanya lagi membuyarkan lamunanku.

"Y-ya?" Jawabku tergagap.

"Hanya memastikan namamu dengan benar." Sambungnya lagi seraya tersenyum menatap jalanan yang dilalui kendaraan.

Aku terdiam. Bahkan aku masih mencerna apa yang barusan ia katakan. Jadi pemuda ini mengenalku? Ohh tentu. Dia sekelas denganku.

Haha apa yang kuharapkan?




Kim Seokjin as Jang Seokjin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Seokjin as Jang Seokjin

Expect The Unexpected (⚠️ONHOLD⚠️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang