Chapter 5

638 78 37
                                    

Sohyun POV

"Bibi, aku pulang!" Aku setengah berteriak sembari mengganti sepatu sekolah dengan sandal rumah. Dengan kesusahan aku menenteng kanvas lukisan untuk dibawa ke kamar. Tak lama bibi menghampiriku dengan sedikit tergesa dan segera membantuku untuk membawa lukisan ke lantai atas dimana kamarku berada.

"Nona sudah pulang ternyata. Oh.. apa ini?" tanyanya sambil melihat-lihat kanvas.

"Ini hasil lukisanku bi, aku membawanya pulang karena tidak ingin dilihat banyak orang."

Sontak bibi hanya terkekeh pelan. Beliau mengusap rambutku dengan penuh kasih sayang. Bagiku selain nenek, aku menganggapnya sebagai ibu karena memang ia sudah merawatku sejak belia.

"Aku akan membawanya ke kamar nona beserta tas sekolah. Pergilah makan aku sudah menyiapkan makanan dimeja untuk nona." Aku tersenyum dan menatap pintu kamar nenek yang tak jauh dari ruang tamu.

"Apa nenek pulang malam lagi? Aku akan menunggunya kalau dia pulang sebentar lagi." Ujarku sambil menatap bibi yang sudah setengah jalan mau sampai tangga. Ia memutar tubuh menatapku seraya menggelengkan kepala.

"Tidak nona. Nyonya menyuruhku untuk memberitahumu kalau ia tidak akan pulang untuk beberapa hari kedepan karena ada urusan di luar negeri. Dan menitip pesan agar nona tidak lupa untuk belajar dan makan tepat waktu berhubung nona sudah ditingkat akhir."

"Oh.. baiklah kalau begitu." Aku hanya mengangguk seraya berjalan menuju ruang makan.

Sedikit merasa kecewa karena nenek lagi-lagi tidak pulang kerumah untuk menemaniku. Aku sudah besar, jadi aku memakluminya. Lagipula sebenarnya aku mengasihani nenek. Di usia sekarang, tentu nenek hanya ingin beristirahat dirumah atau menekuni kegiatan yang ia sukai seperti duduk manis sembari menikmati teh hangat di green house yang terletak dibelakang rumah.

Dulu ia melakukan itu saat ayah dan ibuku mengurus perusahaan tapi sekarang tentu waktu luangnya berkurang karena sibuk mengurus perusahaan lagi.

Aku menikmati masakan bibi di ruang makan ini seorang diri. Meja yang cukup panjang dan kursi yang bisa diisi hingga 6 orang hanya diisi oleh diriku.

Hening.

Tidak ada suara lain yang mengisi ruang makan selain bunyi yang diciptakan dari sumpit dan sendok beradu dengan piring dan mangkok. Rasanya rindu disisi kanan dan kiriku diisi oleh sosok ayah dan ibu juga nenek.

Biasanya pulang sekolah salah satu dari mereka pasti sudah dirumah. Walau kedua orang tuaku sibuk tapi mereka sepakat untuk tidak mengabaikanku dan mengurus anaknya dengan sangat baik.

Aku sering bertukar cerita dengan ibu sehabis pulang sekolah. Menceritakan segala hal yang terjadi dan meluapkan beberapa kekesalan dengan apa yang terjadi tapi ibuku dengan sangat baik mendengar keluh kesahku dan berakhir menasihati. Ia memberikan suatu pengertian padaku tentang benar atau salah dalam kita menyikapi sesuatu.

Sungguh aku merindukan itu. Ibu jarang marah padaku karena aku pun berusaha menjadi putri yang baik bagi mereka dan juga nenek pastinya. Aku merindukan ibu dan ayah untuk berada disisiku saat ini sepenuhnya. Tapi tentu saja kenyataan tak mengabulkan apa yang menjadi angan. Kenyataan bahwa mereka telah tiada memukul kesadaranku untuk yang kesekian kalinya.

Aku tersenyum sedikit tertawa disela makan. Mengingat kenangan dimeja makan sedikit menghibur membayangi aku dan kedua orang tuaku sedang bertukar cerita lucu.

Aku menghabiskan makananku dengan sedikit cepat. Tak ingin berlarut-larut dalam kenangan yang membuat rasa rindu semakin mendominasi diri. Itu tidak baik bagiku karena pasti berakhir dengan aku menangis ditempat tidur semalaman karena memikirkan mereka juga kenyataan pahit yang aku terima disekolah sungguh sama sekali tidak membantuku.

Expect The Unexpected (⚠️ONHOLD⚠️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang