Siyeon mematung saat Jeno mulai sibuk dengan kegiatan tidak pentingnya di Apartement. Pria dengan setelan Kaos putih tanpa lengan dan juga celana Jeans pendeknya terlihat sangat sibuk mengatur ruang tengah.
"Saya mau sofa ini diganti dengan yang lebih besar," matanya terlihat sedang mengintrupsi beberapa pekerjanya yang sedaritadi sudah kepalang kabut memenuhi keinginan sang Boss. Pandangannya menatap nakas kecil disamping Sofa. "Siapa yang menaruh hiasan gelas kaca disini? Bagaimana kalau Naeun pergi kearah sana dan gelas itu jatuh? Hal itu bisa melukainya."
Semua pekerja sontak menghentikan pekerjaannya dan menatap Jeno dengan takut, "Tapi Pak Jeno, dulu anda sendiri yang---"
"Tidak ada dulu, Joko. Sekarang saya sudah berkeluarga. Anak saya dua dan tentu saja saya harus menjadi Ayah yang baik dimata kedua anak saya nanti. Saya tidak ingin ada barang kaca atau benda apapun itu yang dapat terjangkau dan melukai anak saya."
Joko dan yang lainnya mengangguk dan segera memindahkan hiasan gelas kaca tersebut.
Siyeon menghela nafas melihatnya. "Jeno, bukankah itu berlebihan?"
"Siyeon," Jeno beralih menatapnya hingga menatap perutnya. Kemudian tersenyum. "Kamu bisa istirahat saja di kamar. Aku tidak mau hal yang tidak aku inginkan terjadi lagi."
Jeno bersimpuh dihadapan Siyeon dan mengecup lembut perutnya yang masih rata. "Daddy's here."
"Jeno aku tidak lelah. Berapa kali kamu menyuruh aku untuk istirahat hari ini? Aku justru lelah kalau hanya tidur dikamar."
Siyeon menatap lekat mata Jeno saat pria itu kembali berdiri dan memeluk pinggangnya, dengan posessif tentunya.
"Aku akan mengantarmu kekamar. Apa kamu sudah meminum vitamin yang Dokter berikan sayang?" Tanya Jeno, namun pertanyaannya tidak dihiraukan oleh wanitanya. Siyeon masih dengan tatapan intensnya.
"Siyeon, aku berbicara kepada kamu. Apa yang kamu rasakan? Atau kamu menginginkan sesuatu?" Siyeon dapat melihat raut wajah khawatir dimata Jeno. Khawatir dan rasa sayang yang sangat Siyeon rasakan jika didekat Jeno. "Katakan padaku Siyeon. Aku akan dengan senang hati mencarikan kamu sesuatu jika kamu menginginkannya."
Airmata Siyeon jatuh, dan itu membuat Jeno kepalang terkejut.
"Astaga, apa yang terjadi? Apa... apa kamu merasakan sakit, hm? Katakan Siyeon!"
Siyeon sudah tidak kuat lagi sepertinya melihat bagaimana Jeno sangat mengkhawatirkannya dengan keadaan dirinya yang sedang hamil.
Siyeon hanya berpikir, kenapa ini sangat membahagiakan? Dimana saat dirinya hamil anak kedua ini, Jeno bersamanya, Jeno disampingnya menjadi sosok seorang Ayah dari anak yang dikandungnya.
Rasanya sangat membahagiakan. Jauh seperti saat dirinya mengandung Naeun sendirian. Sangat kesepian.
Jeno terlihat panik saat Siyeon hanya menangis dalam diam tanpa bicara. "Aku akan menelpon Dokter Yasmin untuk memeriksamu disini, Sayang. Duduklah, atau kamu mau kita kekamar sekarang dan..."
"Jeno, Stop!" Siyeon memeluknya, "aku hanya bahagia..."
Jeno tersenyum. Dirinya dapat merasakan bagaimana Kaos putihnya mulai terasa basah karena airmata Siyeon dipelukannya.
"Aku hanya... aku hanya bahagia Jeno."
Tangan Jeno beralih mengangkat tubuh Siyeon ala Bridal Style dengan tiba-tiba. "Jeno apa yang kamu lakukan! Turunkan aku!"
Saat Siyeon mulai memberontak, Jeno hanya tersenyum. "Siyeon apa yang kamu lakukan? Kamu harus ingat ada anak aku didalam tubuh kamu. Jangan gegabah."
"Turunkan aku kalau begitu!"
"Tidak, aku akan membawa kamu kekamar sekarang." Jeno mulai berjalan menaiki tangga.
"Aku tidak ingin istirahat Jeno! Biarkan aku ikut mengatur tata rumah ini!" Siyeon terus teriak tapi Jeno menyukainya.
"Istirahat? Tidak, aku tidak menyuruhmu istirahat, Sayang."
Saat Siyeon melihat senyum mematikan seorang Jeno Lee disana, ia tahu kalau dirinya akan terancam.
"Jeno, kamu tahu 'kan apa yang akan kamu lakukan ini bisa membuatku kelelahan dan..."
Saat sudah didepan pintu kamar mereka, Jeno diam sejenak kemudian berbisik, "aku tahu bagaimana caranya menghukummu dalam keadaan seperti ini, Sayang."
Siyeon menegang saat bisikan Jeno semakin lembut ditelinganya, "Dokter Yasmin mengizinkannya."
.
Jams yang tengah sibuk dengan berkas dan laptopnya terlihat sedikit cemas kala berita Negatif bahwa Boss-nya telah berselingkuh dengan Karyawannya sendiri sudah merebak luas.
Bukan karena apa, sebab target pemasaran untuk Qlie Holdings Singapore Stores akan mendapatkan keuntungan yang menurun jika nama baik Jeno Lee Tanutama tidak segera pulih. Untuk itu, Jams terpaksa langsung menghubungi Jeno yang sedang mengambil Cuti kerjanya sekarang. Dengan alasan memberesi rumah.
Setelah mendapatkan izin dari Jeno, Jams mengerahkan semua petinggi Sunac Tanutama dan Qlie Holdings Jakarta dari Divisinya untuk berkumpul diruang rapat.
"Bagaimana bisa Jams, apa Pak Jeno tidak sedang sibuk?" Silvia menatap Jams dengan heran. Pasalnya tidak mungkin Jeno mengambil Cuti kalau urusannya tidak penting.
Jams tersenyum, andaikan kamu tahu Silvia. Memberesi rumah bersama Siyeon adalah hal terpenting bagi Jeno.
"Kita akan melaksanakan rapat mendadak ini menggunakan Conference Video Call dengan Pak Jeno dirumahnya." Jelas Jams.
"What? Dirumahnya? Pak Jeno sedang sakit?" Heran Silvia.
"No, no! Jika sakit, seorang Jeno Lee Tanutama tidak akan berdiam diri dirumah, tapi sudah kerumah sakit dan mendapatkan perawatan terbaiknya." Ucap Monica, salah satu petinggi Divisi Financial.
Jams dan Hwall hanya bisa menghela nafas mendengarnya sebelum akhirnya Hwall mengintrupsi semuanya, "baiklah lima menit lagi Rapat akan segera dimulai."
Sambungan Video Call yang menampilkan wajah tampan Jeno Lee di depan Sebelas Board Members membuat sebagian yang hadir sangat tidak fokus. Bagaimana tidak, Jeno Lee memimpin rapat lewat sambungan Video namun tubuh kekar yang masih terbalut kaos putih tanpa lengannya terlihat sangat jelas.
"Oh, Shit. Aku akan gila." Gumam Silvia yang kemudian kakinya diinjak oleh Monica, "aw, sakit!"
"Aku tidak akan membiarkan kamu berimajinasi dengan calon suamiku, Silvia." Ucap Monica dengan nada dibuat-buat.
"Jeno Lee Tanutama tidak akan mau dengan kamu, mengerti?"
"Ya, dia juga tidak akan mau dengan kamu!"
"Bisa kita mulai rapatnya?" Intruksi Jeno membuat semua terdiam dan kembali fokus.
Saat mata Silvia kembali menatap Jeno di Video, ada satu yang mengganjal pikirannya selain ketampanan Boss-nya itu, yaitu lukisan dibelakang Jeno yang sama persis seperti milik Siyeon.
Silvia menyipitkan mata agar bisa melihatnya dengan jelas, "ah, tidak Silvia. Lukisan seperti itu jelas dijual banyak di Indonesia. Tidak mungkin Siyeon dan Jeno satu atap." Gumamnya dengan acuh.