24

7.3K 701 83
                                    

Siyeon kembali melirik jam tangannya. Sudah hampir setengah jam Santi tidak kembali dari toilet dan itu sangat membuatnya heran. Dirinya sedikit cemas, takut terjadi sesuatu yang menimpa pada Santi.

Tangan Siyeon mengambil handphone dan berniat untuk menelponnya. Matanya menatap kesekitar, mencoba untuk mencari Santi jika saja wanita itu datang.

Telponnya tersambung, tapi sesaat sambungannya diputuskan begitu saja dan itu sukses membuatnya kembali sangat khawatir.

"Dimana Santi?" Gumamnya. Naeun yang masih tertidur dipelukannya membuatnya tidak bisa berbuat banyak, apalagi dengan dua tas yang akan dibawanya.

Taklama, handphone-nya berdering tanda ada sebuah pesan yang masuk.

Pesan : Bu, Maaf saya harus segera pergi terlebih dahulu karena sebuah urusan. Ibu bisa pesan taksi segera.

Siyeon mengeryitkan pandangannya. Tidak, bagaimana bisa Santi pergi jika Tas serta dompetnya masih berada padanya?

Saat Siyeon ingin mengetikkan sesuatu untuk membalasnya, ia melihat Dua orang pria datang menghampirinya. Bisa Siyeon lihat Pria itu berbadan besar, tapi menatapnya dengan pandangan sangat lembut dan sopan.

"Permisi, benarkah ini dengan Ibu Larasati Siyeon?" Tanyanya dengan baik.

Siyeon menatapnya dengan anggukan kecil, "ya, benar. Kalian siapa?"

Salah satu pria itu menjawab, "saya Tomi dan ini Beni, Bu. Saya ditugaskan oleh Pak Jeno Lee Tanutama untuk menjemput Ibu dan mengantarkan Ibu ke Apartement segera."

Tidak tahu apa yang harus Siyeon lakukan, karena menurutnya ini sangatlah tidak masuk akal. Sesaat dirinya mendengus dengan kesal, bisakah Pria itu sehari saja tidak bersikap posesif padanya? Pikirnya.

Jeno Lee Tanutama benar-benar selalu membuatnya marah. Sikap berlebihan pria itu, selalu membuatnya takut setiap mengingat ancaman yang selalu Kamila kerahkan padanya.

Siyeon tidak segera menjawab, ia menatap handphone-nya. Dirinya menghela nafas dengan lelah. Mungkin benar kalau Santi sedang ada urusan mendadak yang mengharuskannya untuk pergi sekarang.

"Baiklah, dimana mobilnya?" Tanya Siyeon. Saat dirinya berdiri, salah satu pria tersebut dengan sigap membawakan dua tas untuk membantunya. "Terimakasih."

"Mari ikut saya, Bu." Ajaknya dengan sopan.

.

Hwall dapat melihat Jeno yang sekarang sedang berada di Jet Pribadinya tapi masih sibuk dengan laptopnya.

"Hwall, saya sudah mengirim Jams dan Kamu pesan untuk rencana tindakan selanjutnya tentang Qlie Holdings Singapore Store," ucap Jeno yang kembali membuat Hwall sigap mengiyakan.

"Baik, Pak," Hwall menatapnya dengan hati-hati, "tapi Pak, soal suntikan dana untuk Visa Tèam Moscow, ternyata didapat oleh Tjandrakusuma Group. Mungkin ini terjadi saat Kamila Tanutama kembali mengadakan rapat kemarin di Jakarta."

Jeno sedikit terkejut mendengarnya. Bahkan ia sebagai CEO tidak mengetahui apapun tentang ini.

"Ibu saya melakukan itu?" Tanyanya.

"Benar Pak. Saya mendapat informasi bagaimana Tuan Tjandrakusuma dan Ibu anda, Kamila Tanutama mengadakan rapat dengan dua puluh board members di Jakarta untuk membahas soal kerugian yang Bapak sebabkan tempo lalu soal Visa Tèam di Moscow," tutur Hwall.

Dengan frustrasi Jeno melepas kacamata yang sedikit mengganggunya. Pikirannya benar-benar kacau. Bagaimana bisa Ibunya membuat keputusan yang sangat gegabah menurutnya. Karena dalam berbisnis, suntikan dana atau bantuan dana dari siapapun tidak akan dilakukan jika tidak ada timbal baliknya. Ia yakini pasti Tjandrakusuma meminta balasan yang menguntungkan atas bantuannya tersebut.

SINGLE MOM ● Jeno x Siyeon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang