"Wanita jalang." Gumam Kartika dengan Kamila disampingnya.
Sore hari yang dingin di Giorgina Cafè, membuat Siyeon tersenyum simpul. Entah bagaimana bisa dirinya dan dua perempuan ini ada di sebuah Cafè dekat sekolah Naeun. Yang jelas, Siyeon tidak akan membiarkan mereka menemui anaknya.
Pandangan Siyeon mengarah ke luar jendela, semoga saja Naeun belum keluar kelas. Tunggulah Santi. Jaga Naeun disana.
Jarinya bertautan. Dia tidak bisa mengeluarkan handphone-nya sekarang juga. Santi harus tahu apa yang ada dipikirannya. Semoga saja.
"Berhasil kabur, hmm?" Gumam Kamila yang masih tidak dihiraukan Siyeon. Lalu dirinya mengingat kembali bagaimana Siyeon bisa terlepas dari permainannya minggu lalu, "Hah, menyusahkan saja."
Siyeon menatapnya tanpa rasa takut, "Apa mau Mama?"
Kamila tertawa sinis, "Apa yang membuat kamu begitu berani menyebutku Mama? Aku bukanlah Mama dari seorang Jalang!"
Beberapa pengunjung Cafè mulai melihat kearah mereka dengan penasaran. Aku akan baik-baik saja. Batin Siyeon.
"Saya tidak akan berbasa-basi. Tinggalkan Jeno dan pergi dari sini." Lanjut Kamila, "itupun kalau kamu tidak mau hal kemarin terulang lagi dengan kami yang membawa paksa kamu untuk terbang ke negara lain."
Siyeon mengulum bibirnya, "kalau aku tidak mau?"
"Aku akan memaksamu, Jalang!" Kali ini Kartika sedikit berontak. Dia yang kehabisan kesabarannya reflek membentak hingga orang disekitarnya semakin menatap kearah mereka.
"Kamu tahu apa penyebab sialnya kehadiranmu, hah? Jeno rugi Puluhan Trilliun, dan sekarang nama baiknya mulai tercoreng. Kamu seharusnya sadar diri, bagaimana bisa wanita miskin sepertimu bisa masuk kedalam keluarga Sunac Tanutama, Cih!"
Melihat Kartika yang membuat dirinya tersentak, seakan semakin menyulutkan emosi Siyeon. Saat matanya terpejam, tangannya bergerak kearah perutnya--yang untungnya masih rata--dengan perlahan. Oh Tuhan, aku harus bersabar untuk Naeun dan anak ini.
"Saya akan pergi." Jawab Siyeon. Jawaban yang sangat dinanti Kamila dan Kartika, "Tapi katakan sekali saja, Ma. Apa yang membuat Mama sangat membenci saya?"
Kamila mematung. Membeku dan tidak langsung berbicara apapun. Lidahnya mendadak kelu.
"Karena hanya saya yang pantas menjadi menantunya, sudah pasti. Kamu, dan saya. Jelas sangat berbeda!" Jawab Kartika.
Siyeon menatap Kamila, entah mengapa ia tahu sebenarnya yang membuat Kamila seperti ini adalah Kartika. "Apa yang saya tidak punya dari Kartika, Ma?"
"Jangan berani membandingkan diri kamu dengan Kartika, Siyeon. Jelas kamu dan Kartika adalah sosok yang sangat berbeda jika Kartika dibandingkan dengan Jalang seperti kamu!" Kamila menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
Siyeon tentu saja bisa melihat kemarahan disana, tapi ada sesuatu yang mengganjal.
"Larasati Siyeon seorang wanita Jalang dan Jeno Lee Tanutama seorang Chief Executiv Officer, Tanutama & Inc. Hidup bersama? What a joke! Kalian tidak pantas disandingkan dan itu adalah salahsatu alasan kuat mengapa saya sangat membenci kamu!"
Kartika tersenyum sinis. Dalam senyumannya, Kartika merasa sangat menang. Bagaimana wanita parubaya bodoh disampingnya bisa sangat membelanya.
Kartika tidak menyangka, hanya karena dirinya meminjamkan modal dan saham kepada Sunac Tanutama Inc., dia bisa membuat Kamila menyerahkan Jeno Lee dengan percuma kepadanya.