Jihoon yakin, tadi ia hanya berenang di kolam dangkal. Si Pipi bulat ini mencoba berlatih sendiri, nilai cabang berenangnya sangat jelek omong-omong. Niat hati memilih kolam ujung yang memiliki kedalaman bertahap. Tapi kenapa Jihoon berakhir seperti ini, ia ternyata berenang terlalu jauh ke bagian kolam yang mulai dalam.
"Oohh...No-no-no-no-no...Ini sedikit menakutkan. Kembali ke tepi Park Tampan Jihoon! Kembali ke tepi..." Jihoon bergumam sendirian. Teman-teman yang lain sedang sibuk dengan kegiatan mereka sendiri. Yang bisa Jihoon lihat dari kolam Ujung ini adalah, Daehwi yang sudah melingkarkan handuk di lehernya. Anak jenius itu sudah akan mandi sepertinya. Dan punggung Chanyeol Hyung yang tadi sempat memperingatkan Jihoon untuk berhati-hati.
Mahluk kelahiran Mei ini berenang pelan, menepi. Namun mendadak gerakannya terhenti. Tangan Jihoon meraba-raba lehernya yang tiba-tiba terasa terikat. Tepat di dentang ke enam Jam Besar.
Cring!
Sulur Sihir yang mengikatnya dan Woojin kembali berpendar. Dan paling berbahaya adalah, Park Woojin tidak terlihat oleh matanya. Berada jauh dari radius tujuh meter dimana Jihoon berada sekarang.
Jihoon masih berusaha berenang sekuat tenaga, tapi lehernya mulai sulit mengatur udara yang masuk. Hanya saja yang aneh adalah Jihoon masih bisa menelan air kolam yang tidak sengaja terminum.
"Ukh!" Mata Jihoon mendelik ngeri. Ia kesulitan bernapas.
"Ti--dak!"mencoba berteriak. Dia masih melihat siluet Chanyeol Hyung di depan kamar ganti ujung koridor, terlalu jauh untuk mendengar suaranya yang tersendat atau kecipak air.
"Ukh! To--long!"
Jihoon mulai tenggelam perlahan, tangannya berusaha menggapai permukaan air, namun tidak ada seorang pun yang melihat. Tubuhnya sudah tidak mampu mengapung karena bergerak acak. Kaki Jihoon menendang-nendang di dalam air masih mencoba mencapai permukaan. Tapi, leher satu orang Park ini benar-benar sudah tidak bisa merasakan apa pun.
Jihoon tercekik.
"Woojinah!" Hanya satu nama yang terbersit di otak Jihoon yang hampir macet berpikir.
'Woojin--Woojin! Tolong aku!' Jihoon berharap dalam hati. Ia yakin sudah menangis sejadinya sekarang. Ini sungguh-sungguh menakutkan. Netra caramellnya masih terbuka di dalam air, meski yang ia lihat hanya blur. Namun pikiran Jihoon sibuk dengan berbagai macam pertanyaan.
'Apa aku akan mati disini?'
'Kemana Woojin?'
'Apa Woojin tidak ingat pada Sulur Sihir pengikat mereka berdua?
'Aku benar-benar akan mati di sini!'
'Tidak! Park Woojin!'
Tubuh Jihoon sudah tidak mampu bergerak. Hanya pasrah, semakin terdorong air ke dasar kolam.
'Woojin Tolong aku!'
Leher Jihoon yang terjerat Sulur Sihir hanya mampu memasukan air ke dalam perut dan sistem pernapasan Jihoon melalui tenggorokan. Telinganya kebas, kepala dan hidung yang nyeri karena air masuk secara paksa, dada Jihoon sesak dan riak-riak air bergerak mengelilinginya dengan warna biru yang paling mengerikan bagi si Gembul ini mulai sekarang dan selamanya. Jihoon bersumpah setelah ini mungkin dia akan membuang semua barang-barangnya yang berwarna biru.
Itu jika ia selamat!
Jihoon sudah mati rasa. Ia harap itu bukan ilusi, saat ada tangan yang merengkuh pinggangnya di titik akhir kesadaran.
Park Woojin jika aku mati sekarang! aku akan menghantuimu!
Adalah terakhir yang Jihoon pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ? Should I ?! (2park)
FanfictionA 2Park fanfiction Saat 'hal itu' datang, tak seorang pun mampu mengelak. Dengan pesona pixi yang berpendar, mantra terindah, kutukan paling menakjubkan. Apakah mereka mampu bertahan ? Seberapa lama ? Maukah menyadarinya ? Sanggupkah menerima ? Atau...