Ini hampir tengah malam dan Jihoon harus menghentikan kakinya berjalan memasuki gedung asrama. Kenapa Jihoon merasa dia berjalan sendirian? Bukankah hampir tiga bulan ini dia sudah tidak punya kata 'sendirian'. Ayolah, ke kamar mandi, toilet, bahkan hanya buang ingus saja Jihoon punya partner sekarang.
"Dekil, kenapa kau berjalan sangat lambat?!"
"Sebentar, Mbul.. " Woojin menyahut tanpa melihat Jihoon, matanya sedikit buram untuk memperhatikan jalan. Kepalanya pening, asam lambung sialan. Jika seperti ini terus, hilang sudah pamor Woojin sebagai mahluk paling berenergi di jagat raya.
"Sudah ku bilang, kita pulang saja setelah Daehwi dan Hyungseob tampil, tapi kau menolak." Jihoon sudah berdiri di depan Woojin yang masih menyandarkan tubuhnya di dinding. "Kau lebih memilih menunggu seluruh siswa tingkat tiga tampil, begini kan jadinya."
Jihoon melingkarkan lengannya di bahu Woojin. Hari ini Jihoon sedang berbaik hati, teman duetnya ini sudah bekerja keras baik badan atau pun hati yang harus bertahan melihat Eungki menari dengan begitu,errr... Bagaimana ya? Jihoon susah untuk mengungkapkan.
"Aku bantu berjalan, sampai di kamar kau harus minum obat cadangan, Sepertinya kau demam lagi. Jangan sampai kau benar-benar terserang Tifus, Dekil!"
.
"Kau itu masih masa pemulihan, tapi sudah memforsir tubuhmu, membuat koreografi, mengecek semua tim tanggunganmu, masih tidak mau makan dengan benar, bahkan minum obat saja harus aku yang menyuapi, mental agemu mungkin hanya lima tahun ya Dekil..?!"
Woojin hanya diam saja melihat Jihoon sibuk bolak-balik ke kamarnya sambil berbicara panjang kali lebar kali tinggi, lalu kembali lagi ke kamar Woojin dengan kaus oblong putih dan celana training pink yang terlihat lebih nyaman, dengan menenteng sebuah keranjang kecil. Kalau tidak salah itu celana setelan seragam olahraga dulu saat mereka tingkat satu. Semua yang di katakan Jihoon tidak salah sih, tapi mau bagaimana lagi. Sudah menjadi tanggung jawab Woojin sebagai Ketua Perkumpulan Tim.
"Lepas setelanmu, ganti baju yang lebih nyaman! Aku lupa dimana obatmu.. " Jihoon keluar lagi, dengan alasan lupa mengambil obat yang sebenarnya sudah di kantong celananya. Maaf saja, Jihoon tidak ingin terkena shock otak lagi jika berada dalam satu ruangan dengan Woojin yang tidak berpakaian. Bisa hilang semua koreografi, lirik lagu dan partitur musik yang dia pelajari mati-matian.
Ceklek!
Jihoon melonjak kaget saat pintu di belakangnya terbuka, menampilkan Woojin yang masih dengan kemeja.
"Kamar mandi,"
Woojin mendahului si Gembul dengan langkah yang bukan Park Woojin sekali. Letih, lesu dan lunglai. Membuat Jihoon tidak tega, dia merebut pakaian ganti yang Woojin bawa asal di tangan kiri. Sempat mengeryit, pilihan Woojin adalah celana training pink seperti ia pakai dan kaus hitam. Sudahlah toh itu memang seragam. Jihoon berjalan di samping Woojin yang bisa ambruk kapan saja. Beruntung ini sudah tengah malam. Mereka hanya menemukan satu dua anak di koridor. Tidak mungkin jika satu anak itu akan menggosip dengan tembok bangunan, kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ? Should I ?! (2park)
Fiksi PenggemarA 2Park fanfiction Saat 'hal itu' datang, tak seorang pun mampu mengelak. Dengan pesona pixi yang berpendar, mantra terindah, kutukan paling menakjubkan. Apakah mereka mampu bertahan ? Seberapa lama ? Maukah menyadarinya ? Sanggupkah menerima ? Atau...