Dua Puluh Dua

7.9K 853 63
                                    

Khanza

"Kalau gue nggak mau?" lagak gue sok jual mahal. Padahal dalam hati udah jingkrak-jingkrak nggak karuan.

Tapi nggak pa pa dong. Jadi cewek emang harus mahal.

"Ya pokoknya lo harus mau"

"Kok maksa?"

"Tanggungjawab dong. Siapa suruh bikin hati gue cenat-cenut"

"Yaah.. tapi bapak keduluan si Koko. Gimana dong?"

"Koko? Si mata sipit?"

Gue mengangguk, "Tadi Koko juga minta gue jadi pacarnya"

"Trus lo jawab apa?"

"Belum gue jawab"

"Tolak aja"

"Kok gitu"

"Elo cuma boleh sama gue. Titik. Nggak pake koma"

"Kalau ada yang ngasih koma?"

"Gue tembak terus gue buang ke Timor Leste"

"Nggak takut dipenjara?"

"Daripada gue bebas tapi harus liat lo sama orang lain"

Gue senyam-senyum. "Iiih jadi suka deh"

"Berarti lo pilih gue dong?"

"Siapa bilang"

"Eh kok gitu?"

"Cium dulu baru gue jawab"

"Lah? Di sini?"

"Ya udah kalau nggak mau, gue sama Koko aja"

"Eh eh eh.. siapa yang nggak mau. Tapi jangan di sini. Banyak orang."

"Cium atau gue kawin lari sama si Koko"

"Bisa gitu kawin lari?"

"Ya tinggal kawin sambil lari-lari. Gue mah nemplok aja, ntar Kokonya yang lari-lari sambil-"

Cup.

Gue kaget. Barusan Kendra nyium gue? Demi apa? Si seksi nyium gue duluan..

"Mulut lo sekarang punya gue. Jadi kalau ngomong pake filter"

Gue cengengesan.

"Minta nambah boleh nggak?"

"Nambah apanya?"

"Ciumnya lah. Paket combo tapi. Pake gigit dan isepan. Plus extra lama"

Kendra nyodorin sesendok mie instan dari mangkok di depan gue "Nih cium mie-nya nih. Mau digigit boleh diisep juga boleh."

Gue manyun.

Acara santap menyantap mie instan kita tiba-tiba terganggu oleh dering suara dari ponsel gue. Sebuah panggilan masuk dengan nama kontak Koko Andreas terlihat pada layarnya.

Baru aja mau gue angkat, tangan Kendra terlebih dulu menyambar benda pipih itu.

"Halo. Nggak usah hubungin Khanza lagi. Sekarang dia pacar gue. PACAR GUE. Lo denger kan. Awas kalau lo berani hubungin Khanza lagi, gue obrak-abrik proyek tambang yang baru lo bikin."

Tut..tut..tut..

Nafas Kendra masih ngos-ngosan ketika sambungan telepon itu terputus.

"Ken.." panggil gue hati-hati.

"Kenapa?" masih ada sisa-sisa emosi di suaranya.

"Si Koko nggak pernah nembak gue. Tadi gue cuma bercanda"

CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang