FATAHILLAH¤¤¤Dua

1.1K 45 52
                                    

A/N : jangan lupa lihat keterangan waktu sebelum membaca.

2006

...........................................................

Hari ini Esta merencanakan banyak hal untuk mengenal lingkungan baru tempat tinggal mereka. Ibunya sedang sibuk membuatkan teh untuk sang ayah di dapur. Sedangkan ayahnya membersihkan garasi rumah yang berdebu. Dana dan Hana __ orang tua Esta. Memutuskan untuk pindah dari rumah lama mereka yang sudah terjual. Pradana Hartawijaya, dipecat oleh perusahaan tempatnya bekerja. Esta tidak tahu alasannya, lagi pula dia terlalu kecil untuk mengerti. Sedangkan Risti Anhana hanyalah ibu rumah tangga biasa.

Dari hasil penjualan rumah itu, Dana membeli rumah baru yang lebih kecil dari sebelumnya. Sedangkan sisa dari penjualan rumah, Dana pergunakan untuk membuka usaha. Kebetulan rumah yang baru mereka beli memiliki garasi yang lumayan luas. Rumah itu memiliki dua lantai tapi tidak mewah. Esta tidak banyak bicara, tidak berani menuntut ini dan itu. Dia tahu keadaan orang tua sedang sulit. Esta hanya merasa sedih harus meninggalkan rumah yang dulu memiliki banyak kenangan. Tempat ia dibesarkan.

"Mau kemana, Ta?"

"Eh, Ayah. Ini Esta mau main," ucapnya sambil menunjuk bola sepak di tangan kiri.

"Main di mana, 'Nak?" Dana mendekat sambil mengelap tangan yang penuh debu dengan kain.

"Memang Esta sudah punya teman?" tanya Dana.

"Ya belum. Nanti kan di cari, Yah," ucapnya.

"Esta mau main ini, jadi boleh apa enggak?"

"Boleh. Mainnya jangan jauh-jauh, nanti nyasar."

Setelah mengiyakan ucapan sang ayah, Esta segera mengayuh sepeda menuju lapangan yang tidak jauh dari rumahnya.

Lapangan itu terletak di belakang Tempat Pemakaman Umum. Pada sisi kanan lapangan berbatasan langsung dengan komplek perumahan elit, bahkan hanya berbatas tembok pemilik rumah. Esta pernah melihat lapangan ini melalui jendela kamarnya yang kebetulan berada di lantai dua rumah.

Dari sini Esta bisa melihat anak - anak yang mulai bermain bola. Beberapa dari mereka mungkin anak Sekolah Menengah. Esta kembali mengayuh sepeda, semakin mendekati lapangan.
Ketika berada di persimpangan jalan, mata kecilnya tidak sengaja melihat wanita yang kesulitan membawa keranjang dan kantung pelastik yang entah apa isinya. Esta membelok stang sepeda ke arah wanita itu, mengayuh pedal supaya semakin dekat.

"Ibu bawa apa?" tanya Esta.

Wanita itu menoleh sejenak, "Iya?"

"Oh, ini. Ibu lagi bawa sayur sama piring. Kebetulan dari pasar."

"Berat itu pastinya. Mau Esta bantu?"

"Apa tidak merepotkan kamu? Ini berat loh."

"Iya, kelihatan berat. Tapi Ibu lebih kelihatan berat dengan perut itu. Esta bagian bawa sayur. Piringnya ibu aja."

Wanita itu tertawa renyah. "Boleh kalau tidak merepotkan."

"Enggak kok."

Esta menurunkan standar sepedanya. Kemudian mengambil alih kantung sayuran dari tangan wanita itu. "Ini, keranjang sepedanya kosong. Bisa di bagi dua sayurnya, nanti di gantung di stang sepeda."

"Kalau begitu. Ini kantung satu lagi. Biar kardus piringnya tidak usah pakai kantung pelastik."

"Nah, iya." Esta menyambut kantung pelastik hitam itu. Kemudian membagi dua sayuran agar muat diletakkan di dalam keranjang sepedanya.

Fatahillah || REVISI SETELAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang