DUA

27.2K 1.1K 17
                                    

DUA

"JESYY!!! HANS!!!"

Teriak suara itu kencang di susul tubuhnya yang bangun dengan kasar dari baringannya di samping suaminya yang ikut kaget akan suara kerasnya barusan.

Nafas wanita parubaya itu terlihat terengah-engah dengan biji keringat yang mengucur deras di atas dahi, bahkan seluruh tubuhnya saat ini terasa basah, basah oleh keringat yang keluar dari pori-porinya yang lumayan banyak.

"Kamu kenapa, Sayang?"Azhar Subroto, menatap cemas kearah sang isteri yang saat ini masih terengah-engah di sampingnya.

Manda, hanya bisa menggeleng lemas tanpa menatap sedikit pun kearah sang suami yang tengah menatap cemas kearahnya saat ini.

Bibir perempuan itu bahkan kini terlihat bergetar menahan tangis. Ia baru saja mimpi buruk. Sangat buruk, membuat ia lemas hanya untuk sekedar menjawab singkat pertanyaan cemas suaminya saat ini.

"Kamu kenapa?"Tanya Azhar dengan suara yang sedikit keras, untuk menyadarkan lamunan isterinya yang terlihat menatap kosong kearah depan.

Tapi, sekali lagi, hanya gelengan lemah yang mampu di berikan oleh Manda sebagai jawabannya. Air mata yang ia tahan sebisa mungkin akhirnya luruh membasahi kedua pipinya.

Anaknya...tidak, kedua anaknya, Jessy, Hans, terlihat jatuh ke dalam jurang yang dalam, mobil yang mereka tumpangi bahkan meledak di saat mobil itu masuk ke dalam jurang. Lalu...lalu, di dalam mimpinya terlihat, jasad kedua anaknya sangat mengerikkan. Gosong, hitam, dan kaku. Tubuh sehat, cantik, dan tampan anakknya terlihat mengerikkan karena kecelakaan itu.

"Ada apa, Manda?"Cemas Azhar.

Azhar menarik lembut tubuh Manda agar mau menghadap kearahnya. Manda menurut lemas.

"Ambil ponsel, Mas."bisik Manda serak.

Azhar mengernyitkan kenignya bingung. Ponsel buat apa? Isterinya mimpi buruk.

"Itu hanya mimpi. Apapun yang kamu lihat barusan hanya bunga tidur. Jangan nangis. Aku tau kamu pasti mimpi buruk."Azhar mengelus lembut kedua bahu isterinya yang bergetar hebat menahan tangis .

Tapi, tangis Manda semakin kencang. Mimpi yang ia alami tadi begitu nyata, dan sangat mengerikkan.

Manda menggeleng keras sekali lagi.

"Ambil ponselku, Mas."Ucap Manda keras dengan nafas terengahnya.

Azhar menatap dalam diam isterinya, semenit, baru kemudian Azhar menurut, mengambil ponselnya yang berada di atas nakas samping ranjang.

"Telepon Jessy, dan Hans. Aku...aku melihat mereka kecelakaan. Mobil mereka meledak. Aku...aku takut."Bisik Manda terbata dengan kepala yang menggeleng keras.

Azhar menghembuskan nafasnya panjang. Azhar menggeleng pelan. Jujur saja, Azhar tidak percaya dengan mimpi. Mimpi, ya mimpi, hanya bunga tidur. Kadang setan nakal yang ingin membuat tidur nyamannya terbangun di tengah malam. Tapi, Azhar tetap menurut. Mencari nomor Hans terlebih dahulu untuk ia hubungi agar isterinya tenang saat ini, dan melanjutkan tidurnya.

Tapi, dua kali Azhar menghubungi Hans tidak ada jawaban sedikitpun di sebarang sana. Azhar beralih menelpon nomor Jessy, tiga kali Azhar mencoba menghubungi Jessy, tetap tidak di angkat.

Ada apa? Seketika rasa cemas mulai merasuk diri Azhar. Azhar melirik kearah Manda yang saat ini tengah menghapus lemas air matanya.

Jangan buat isterimu semakin khawatir. Mereka jelas sudah tidur. Bisik hati Azhar menenangkan dirinya sendiri.

"Maaf, Manda. Sepertinya mereka tidur. Nggak ada yang angkat."Ucap Azhar lembut.

Air mata Manda semakin mengalir banyak. Perasaannya semakin tidak enak.

BASTARD BROTHER! (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang