EMPAT

21.3K 981 45
                                    

EMPAT

Laki-laki tinggi jangkung dengan tubuh telanjang bulatnya, menatap pahit kearah tubuh kekar berototnya di depan cermin besarnya yang berada dalam kamar mandinya.

Matanya merah, merah karena rembesan air mata, dan merah karena amarah yang di tujukan untuk dirinya yang bajingan, dan biadab terhadap adiknya, oh Tuhan, Jessy adalah adiknya, walau mereka hanya adik, dan kakak angkat.

Oh Tuhan, apa yang telah aku lakukan? Jerit batinnya tersiksa di dalam sana.

"Jessy..."Ucapnya dengan nada lirih nama indah itu.

Namanya sang adik yang begitu ia kasihi, dan sayangi selama ini. Perempuan spesia setelah sang mama, dan wanita yang ia cinta.

Tapi, tapi karena wanita yang ia cintai, ia bahkan menodai adiknya tadi malam. Tapi, maaf saja. Hans tidak akan menyalahkan wanita itu, wanita yang sangat ia cintai sehingga ia rela...ah, Hans menggeleng keras.

Sial! Dirinya saat ini benar-benar telah di perbudak oleh cinta.

Hans menyesal, sungguh menyesal.

"Ampuni kakak, Jess."Bisik Hans lirih.

Matanya yang hitam kelam, melirik dengan tubuh yang bergetar hebat kearah pusat intinya di bawah sana.

Merah, miliknya berwarna kemerahan di bawah sana. Oh Tuhan, ia telah memerawani Jessy. Itu terlihat jelas dari miliknya yang berlumur darah perawan Jessy  yang telah mengering. Benar-benar menjijikan!.

Menjijikkan, dan sangat hina. Hans membenci dirinya sendiri sampai ke dasar tulanganya.

"ARGGG!"Raung Hans tersiksa.

Kedua tangan kekarnya menepuk-nepuk dadanya yang terasa amat sesak di dalam sana. Sakit sekali, perih, dan berdenyut-denyut ngilu.

Bahkan kedua tangannya juga dengan sesekali, menjambak marah rambutnya yang sedikit gondrong.

Nafasnya terengah memburu. Matanya berkaca-kaca ingin mengeluarkan airnya, tapi Hans tahan sebisa mungkin.

"Jessy...apa yang harus kakak lakukan? Kakak nggak akan mungkin,dan bisa menikahimu... maafkan kakak..."Ucap Hans putus asa.

"Tolong, katakan ini semua hanya mimpi, Tuhan."Mohon Hans dengan nada mengharap yang dalam.

Bahkan berkali-kali Hans mencubit kuat tangannya, sakit, sakit sekali kulit perutnya di saat tangannya yang besar mencubit kuat perutnya sendiri. Dan, ini nyata, dan bukan mimpi seperti apa yang di harapkan oleh Hans.

"Tuhan...kalau ini bukan mimpi, lantas tanggung jawab sepeti apa yang harus aku berikan untuk Jessy? Selain menikahinya, aku tidak siap, dan tidak akan bisa menikah dengannya."

Hans benar-benar bingung, dan putus asa saat ini.

****

Sama halnya dengan Hans, Jessy saat ini tengah menatap pahit dari ujung kaki hingga ujung rambutnya di depan cermin besar yang berada dalam kamar mandinya.

Selimut yang di pakaikan oleh kakaknya untuk menutup tubuhnya tadi sudah Jessy lempar entah kemana.

Sepasang matanya, kini tengah menatap nanar sekujur tubuhnya yang sangat menjijikkan saat ini.

Tanda menjijikan yang di tinggalkan oleh kakaknya di tubuhnya begitu banyak. Di dadanya yang paling parah, berwarna merah ke unguan, ngilu sekali di saat Jessy tidak sengaja menimpa kedua dadanya dengan tangan rapuhnya.

Bahkan di kedua pahanya, di sana juga tak kalah banyak. Berwarna merah dengan bekas gigitan kecil yang kentara, menjijikkan.

Jessy muak! Jessy ingin menguliti kulitnya saat ini untuk menghilangkan tanda menjijikkan yang di tinggalkan oleh kakaknya, kakak angkat biadabnya.

BASTARD BROTHER! (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang